Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Merdeka Belajar, Tetapi Tidak Merdeka Bullying

Tintasiyasi.com -- Setiap orang tua pasti menaruh harapan besar ketika mengantarkan anaknya masuk ke dunia sekolah. Harapan besar bahwa sekolah akan  menjadi tempat pembentukan karakter dan intelektual anak. Namun pada era sekarang, mengantar anak masuk ke dunia pendidikan memiliki tantangan tersendiri bagi orang tua. Ada semacam sindrom kekhawatiran baru, yaitu kekhawatiran akan adanya bullying (perundungan) di lingkungan sekolah.

Bullying memang sudah ada sejak jaman dahulu, tidak hanya disekolah, tapi juga bisa terjadi di Lingkungan rumah. Perilaku ini biasanya muncul sebagai bentuk kenakalan anak-anak. Namun akhir-akhir ini, kasus perundungan menjadi semakin masif dan sadis, bahkan tidak jarang menyebabkan kematian. Sangat jauh dari kewajaran sikap anak-anak.

Masih segar diingatan kita, kasus memilukan dimana seorang bocah SD berusia 11 tahun di Tasikmalaya dipaksa menyetubuhi kucing oleh teman-temannya sambil direkam menggunakan handphone. Ketika videonya tersebar, si bocah malang itupun mengalami depresi hingga akhirnya meninggal dunia (Liputan6.com, 22/07/2023).

Kendati menuai perhatian dan keprihatinan dari berbagai pihak, perundungan nyatanya tidak berhenti disitu. Kasus demi kasus terus terjadi. Tidak ada tanda-tanda bahwa kepiluan dunia pendidikan ini akan segera berakhir. Terbaru, di Banjarmasin seorang siswa SMK menusuk temannya sendiri di sekolah lantaran dendam sering dibully (Liputan6.com, 01/08/2023). 

Sekolah sebagai salah satu tempat yang diharapkan menjadi tempat penempaan bagi anak, tentu ibarat ironi apabila di dalamnya terjadi perundungan yang jauh dari cermin sikap seorang intelektual. Lebih-lebih ketika perundungan sampai menggunakan senjata tajam. Muncul pertanyaan besar, apa saja yang telah dilakukan oleh sistem pendidikan di negara ini? Bukankah katanya sistem terus diperbaiki, tapi mengapa mental anak didik semakin jauh dari kata baik?

Berbagai inovasi pendidikan dilontarkan di tengah masyarakat. Mulai dari sistem penerimaan siswa baru yang akhir-akhir ini viral karena justru menimbulkan kekacauan, yaitu sistem zonasi. Hingga 'gonta-ganti' kurikulum yang tidak jelas apa perbedaan esensinya dengan kurikulum-kurikukum sebelumnya. Terakhir, sekolah di cekoki dengan kurikulum baru beristilah kurikulum merdeka.

Kurikulum ini mengedepankan kebebasan bagi siswa untuk memilih cara belajar yang dinilai paling efektif bagi dirinya. Atau disebut juga merdeka belajar. Sayang sekali, ambisi memajukan pendidikan melalui program merdeka belajar, apalah artinya jika akhirnya mental siswa rusak karena maraknya perundungan. Buat apa merdeka belajar jika tidak merdeka dari bully?

Inilah potret 'semrawutnya' pendidikan dalam sistem sekularisme. Terbukti, bahwa perbaikan demi perbaikan yang diklaim sebagai upaya memajukan pendidikan anak bangsa, nyatanya tidak menyentuh akar permasalahan. Pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama kokohnya sebuah negara, tidak mampu membentuk siswa menjadi seseorang yang berkarakter kuat dan bermoral tinggi. Tentu tidak akan ada manfaatnya sebesar apapun intelektual sebuah generasi jika moralnya hancur. Alih-alih menjadi penerus pembangunan, justru akan menjadi penyebab hancurnya sebuah negara di kemudian hari. 

Sistem sekularisme, artinya sistem yang memisahkan antara kehidupan dan nilai-nilai agama, merupakan biang dari semua persoalan yang terjadi saat ini, termasuk persoalan di dunia pendidikan. Membentuk moral dan karakter seseorang tidak mungkin dilakukan jika menjauhkan mereka dari nilai-nilai agama, terutama agama islam. Sebab akidah Islam inilah satu-satunya yang bisa menjamin seseorang akan berperilaku baik dan manusiawi berdasarkan hati nuraninya. Berdasarkan keimanan dan rasa takutnya kepada Allah.

Seluruh persoalan generasi ini hanya bisa tertuntaskan apabila sistem sekulerisme diganti dengan sistem Islam. Islam merupakan agama ideologis yang memiliki peraturan lengkap dan sempurna untuk mengatur sistem kehidupan masyarakat, termasuk sistem pendidikan. Sistem Islam berdiri diatas pondasi keimanan sehingga terdapat kesadaran pada diri masyarakat Islam bahwa segala yang mereka upayakan disaksikan oleh Allah SWT.

Islam menekankan bahwa pendidikan adalah jalan bagi manusia untuk meraih ridha Allah sehingga jauh dari tujuan materi belaka. Ketinggian intelektual yang didapat di sekolah pun ditujukan bagi kemaslahatan umat manusia demi mendapat pahala dari Allah SWT. Prinsip ini menjauhkan para peserta didik dari sifat merendahkan orang lain. Apalagi sampai bertindak kriminal. 

Sistem sekulerisme selamanya tidak akan mampu membawa manusia pada kesejahteraan. Justru akan menimbulkan kekacauan, kesengsaraan serta menjatuhkan martabat dan kehormatan manusia sebagaimana yang terjadi saat ini. Satu-satunya cara untuk menyelamatkan negeri dan generasi bangsa ini adalah dengan menerapkan sistem Islam secara total dan menyeluruh. Wallahu a'lam bisshawab.[]

Oleh: Dinda Kusuma W T
(Aktivis Muslimah)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments