TintaSiyasi.com -- Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) memprediksi 30,3 persen populasi di Asia Pasifik atau sekitar 1,26 miliar orang di kawasan terancam jatuh dalam kemiskinan pada 2030 mendatang (https://www.cnnindonesia.com).
Gelombang peningkatan kemiskinan di Asia Pasifik terjadi karena hantaman badai covid 3 tahun yang lalu. Meluasnya PHK, naiknya harga sembako, kemudian melonjaknya harga beli berbagai macam produk di pasar membuat ekonomi masyarakat kecil kelimpungan. Hal itu disebabkan biaya hidup yang semakin melonjak dan tidak diimbangi dengan peningkatan daya beli masyarakat. Lapangan pekerjaan semakin sulit, tapi di sisi lain harga-harga kebutuhan pokok terus melambung. Belum ditambah kenaikan biaya pada sektor pendidikan, kesehatan dan keamanan. Kehidupan rakyat kecil semakin terhimpit dari segala arah.
Kebijakan pemerintah memiliki andil sangat besar dalam menciptakan kemiskinan. Hal ini karena pemerintah menerapkan sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ekonomi kapitalisme adalah sistem yang meniscayakan kekayaan hanya berputar pada sebagian kecil masyarakat. Kita menyebutnya kaum 1% yang menguasai lebih dari separuh kekayaan dunia. Sistem ekonomi kapitalisme menciptakan suasana ekonomi yang sarat akan penjajahan. Kita lihat saja solusi yang disodorkan oleh Bank Pembangunan Asia. Bank Pembangunan Asia mendorong negara membuka kantong investasi dan inovasi untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat, sehingga masyarakat akan mampu membangkitkan gairah ekonomi negara.
Padahal, investasi dalam bingkai ekonomi kapitalisme selalu lekat dengan politik penjajahan. Lihatlah negara Indonesia yang hampir seluruh kekayaan alamnya dicengkeram oleh penjajah. Pengelolaan proyek besar hampir tak pernah ditangani langsung oleh pemerintah. Pemerintah selalu mengandalkan investasi dari negara lain untuk mengelolanya. Itulah mengapa Indonesia negara penghasil minyak, tapi harga minyak terus menerus naik. Indonesia adalah negara penghasil emas, tapi malah terjadi kelaparan. Kekayaan yang sejatinya dimiliki oleh rakyat, telah berpindah ke tangan pengusaha asing dalam kedok investasi. Merekalah golongan 1%.
Tak berhenti disitu, Indonesia lebih memilih mengimpor dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasar riil dipenuhi dengan berbagai produk asing, terutama dari negara China. Mulai dari gadget, hingga mainan anak-anak semuanya di dominasi oleh produk China. Ekonomi dalam negeri menjadi lesu, karena jikapun ingin bersaing dengan asing biaya produksi yang tinggi menjadikan harga jual produk lokal lebih tinggi pula. Jika ada yang lebih murah dengan kualitas lebih baik, kenapa harus memproduksi sendiri. Sebuah logika yang sederhana bukan?
Islam memberikan batasan yang jelas dalam mengatur ekonomi negara. Islam membagi kepemilikan menjadi tiga yaitu kepemilikan individu, kepemilikan negara dan kepemilikan umum. Kepemilikan individu didapatkan dari pengembangan harta individu juga dari waris. Kepemilikan negara didapatkan dari harta rampasan perang untuk operasional negara. Kepemilikan umum didapatkan dari sumber daya alam yang dikelola oleh negara untuk kemudian dikembalikan dalam bentuk produk jadi maupun pelayanan publik. Dari sinilah negara akan mendapatkan solusi pembiayaan sektor pendidikan, kesehatan dan keamanan secara gratis untuk seluruh rakyatnya. Distribusinya pun telah diatur sedemikian rupa dalam Islam agar kekayaan tidak hanya berputar pada sebagian orang saja.
Sistem ekonomi Islam membatasi bahwa roda ekonomi hanya bergerak dalam sektor riil dan menghapus perdagangan berbasis spekulatif dan ribawi. Dari sini tidak ada penjualan berbasis saham atau penambahan kekayaan karena riba. Semua harta berputar dalam sektor riil, sehingga akan menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. Masyarakat yang bekerja akan mendapatkan upah dengan adil karena akan ada petugas khusus yang ditugaskan untuk menaksir besaran gaji yang layak untuk pekerja. Pekerja tidak hanya digaji tinggi karena jabatannya, tapi digaji berdasarkan seberapa besar dia memberikan manfaat. Hal inilah yang akan menghapus sistem kerja eksploitatif ala ekonomi kapitalisme.
Negara akan mendorong setiap laki-laki untuk bekerja dengan menciptakan lapangan kerja yang luas. Negara memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan setiap individu baik dia kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, anak-anak maupun orang tua, muslim maupun kafir selama dia tercatat sebagai warga negara Islam.
Tentu saja hal ini akan terwujud dengan diterapkannya sistem Islam kafah dalam suatu negara. Sistem inilah yang telah dibawa oleh Rosulullah Saw dan telah berhasil menguasai 2/3 dunia dalam balutan kegemilangan. Sistem yang terbaik bagi manusia dan akan membebaskan manusia dari kemiskinan secara tuntas sampai akarnya. Wallahu'alam bisshowab
Oleh: Maziyahtul Hikmah, S.Si.
Aktivis Muslimah
0 Comments