Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Marak Jual Beli Ginjal, Kapitalisme Menyuburkan Kejahatan

TintaSiyasi.com -- Baru-baru ini kepolisian negara republik Indonesia menangkap 12 anggota sindikat tindak pidana perdagangan orang atau tppu jaringan internasional yang menjerat 122 korban dengan modus penjualan organ ginjal di Kamboja 2 orang diantaranya merupakan anggota polisi dan petugas imigrasi. (kompas.id, 20/07/2023)

Salah satu anggota sindikat penjualan ginjal internasional bernama Hanim menjelaskan alasannya mengapa memilih Kamboja sebagai basis aksi mereka, salah satunya adalah karena rumah sakit di negara tersebut memiliki sistem administrasi yang tidak rumit, bahkan Hanim meyakini bahwa pemilik rumah sakit tersebut juga terlibat dalam transaksi jual beli ginjal. Pasalnya mereka sudah tahu terkait sindikat dan transaksi jual beli organ tersebut sementara para pendonor berasal dari berbagai wilayah Indonesia. (cnnindonesia.com, 23/07/2023)

Melansir dari Megapolitan.kompas.com, sebelum berangkat ke Kamboja para pendonor dikumpulkan di kontrakan di Cibinong. Pendonor tidak akan dikenakan biaya apapun, seluruh biaya mulai dari tiket pesawat, makan, tempat tinggal, hingga biaya medical check up dan perawatan di rumah sakit ditanggung sindikat. Hanim juga mengungkapkan bahwa pihaknya memberikan ruang sekitar 3,5 juta hingga 3,7 juta rupiah untuk oknum petugas imigrasi yang memuluskan keberangkatan warga negara Indonesia ke Kamboja untuk mendonasikan ginjalnya.

Keterlibatan warga aparat bahkan petugas imigrasi dalam memuluskan kejahatan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya kemiskinan juga lemahnya iman yang tumbuh akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme. Sistem sekuler kapitalisme telah menanamkan paham berbahaya bagi masyarakat. Paham kapitalisme memandang bahwa hidup di dunia semata untuk mendapatkan kesenangan materi sebanyak-banyaknya, akibatnya mereka menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta ataupun eksistensi hidup akibat sulitnya mendapat pekerjaan ditambah dengan mahalnya harga pangan juga layanan kesehatan dan pendidikan.

Menjadikan praktik haram dalam mendapatkan uang semakin dicari oleh masyarakat. Dengan ini keuntungan instan mudah didapatkan tanpa harus bersusah payah, masyarakat rela mengambil jalan pintas dengan menjual organ tubuhnya meski membahayakan kesehatannya. Paham sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan telah menjadikan tingkah laku manusia dalam kehidupan hanya didorong oleh hawa nafsu, hidup tidak lagi diorientasikan untuk akhirat, akan tetapi semata untuk mencari kesenangan duniawi.

Begitulah standar kebahagiaan menurut paham sekularisme kapitalisme, hidup diorientasikan untuk meraih keuntungan materi, dan negara membiarkan masyarakat terjangkiti bahaya paham sekuler kapitalisme tersebut. Pasalnya kita ketahui bersama bahwa negara ini secara sadar menerapkan aturan-aturan sekuler kapitalisme dalam berbagai bidang kehidupan. Sistem pendidikan sekuler misalnya, hanya mencetak pribadi-pribadi yang lemah iman dan bertindak sesukanya dalam kehidupan, alhasil bermunculan lah pegawai negara yang tidak amanah dalam menjalankan tugasnya. Demikian pula sistem sanksi sekuler juga dinilai gagal memberi efek jera bagi pelaku kejahatan.

Kondisi berbeda akan kita temui manakala Islam diterapkan secara sempurna dalam kehidupan. Kehidupan masyarakat akan terlindungi dari kejahatan dan rakyat akan hidup dalam kesejahteraan tanpa harus bersinggungan dengan praktik haram. 

Dalam perekonomian Islam memandang bahwa kesejahteraan dan keamanan wajib dijamin oleh negara atau Khilafah, sebab kepala negara atau khalifah adalah pengurus-urusan umat dan pelindung umat atau junnah, sebagaimana sabda rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

الإِÙ…َامُ رَاعٍ ÙˆَÙ…َسْئُولٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ

 “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Dalam hadis lain Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Ø¥ِÙ†َّÙ…َا الْØ¥ِÙ…َامُ جُÙ†َّØ©ٌ ÙŠُÙ‚َاتَÙ„ُ Ù…ِÙ†ْ ÙˆَرَائِÙ‡ِ ÙˆَÙŠُتَّÙ‚َÙ‰ بِÙ‡ِ

"Sesungguhnya al-Imam (Khalifah) itu perisai, di mana (orang-orang) akan berperang di belakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dengan (kekuasaan) nya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll)

Kedua hadis tersebut menjelaskan bahwa khalifah sebagai pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah subhanahu wa ta'ala pada hari kiamat, apakah mereka telah mengurus rakyatnya dengan baik atau tidak. Kepengurusan yang baik dan benar akan terwujud melalui penerapan syariat Islam Kaffah.

Dalam kehidupan penerapan sistem ekonomi Islam yang komprehensif akan menjamin kesejahteraan rakyat dalam Khilafah. Khilafah mengelola kekayaan alam yang berlimpah yang ditetapkan Allah sebagai kepemilikan umum yang dimiliki oleh seluruh rakyat seperti barang tambang, hutan, laut, danau, sungai, dan lain-lain. Hasil pengelolaannya akan dikembalikan sepenuhnya kepada rakyat untuk kesejahteraan mereka, diantaranya untuk pelayanan pendidikan kesehatan dan keamanan. Semua bisa diakses oleh masyarakat secara cuma-cuma atau tanpa biaya, negara akan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Konsep pertahanan Islam juga akan memudahkan individu masyarakat mengelola lahan pertanian, bahkan Khilafah dengan mudah memberikan modal tanpa kompensasi kepada rakyatnya untuk menghidupkan perekonomian di masyarakat. Dana tersebut diambil dari pos kepemilikan negara dalam Baitul mal. Khilafah juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam berbasis akidah Islam, sistem ini akan mencetak individu masyarakat dengan keimanan yang kokoh dan menyandarkan setiap amalnya pada syariat Allah Swt. Ditambah lagi penerapan sistem sanksi yang bersumber dari Islam akan memberi efek jera bagi setiap pelaku kejahatan sekaligus mencegah orang lain untuk berbuat kejahatan yang serupa. Inilah mekanisme Islam dalam mencegah munculnya kejahatan di tengah masyarakat, semua mekanisme tersebut hanya bisa terealisasi di bawah institusi Khilafah Islamiyah 'Ala Min Haajin Nubuwwah. Wallahu a'lam.

Oleh: Nur Itsnaini Maulida
Aktivis Dakwah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments