TintaSiyasi.com -- Fenomena hari ini di kalangan masyarakat terutama di ibu kota semakin mencekam, terutama ancaman perbuatan penyimpangan sex. Hal yang dahulunya sangat keji bahkan dihukumi sangat berat hari ini dengan gagah berani menampilkan diri dengan dalih kebebasan HAM dan berekspresi.
Aturan agama dan negara telah melarang dengan jelas perbuatan menyimpang yang akan menghabiskan peradaban manusia karena tidak berlanjut kehidupan melalui keluarga. Hal sederhana ini tidak menjadi perhatian serius pemerintah dan para pegiat L6BETE yang merasa itu bagian kemajuan pemikiran dan kebebasan berekspresi. Berdasarkan estimasi Kemenkes yang terakhir tahun 2012 atinya 11 tahun yang lalu sekitar 1 juta orang terjangkit, ini baru perkiraan dan akan terus bertambah karena pergerakan mereka sangat massif menncari mangsa dengan giat.
Jaringan mereka di bawah naungan oleh organisasi internasional dengan jaringan Indonesia dengan nama L6BETEIQ Indonesia yang berdiri tahun 2008. Tujuan mereka memajukan program hak-hak seksual yang lebih luas dan memperluas jaringan agar mencakup organisasi lesbian,wanita biseksual, dan pria transgender. Kelompok mereka juga sempat akan mendapatkan legalitasnya dari Komnas HAM pada 2013 namun rapat internal Komnas HAM memutuskan tak berwenang memberikan legalitas karena tidak mewakili aspirasi rakyat Indonesia.
Hingga saat ini jaringan L6BETE teus mencari celah untuk melegalnya perbuatan menyimpang yang tidak sesuai dengan norma kesusilaan dan norma agama. Namun,bukan golongan mereka jika tidak pandai memutar otak untuk beraksi demi mencampuri pikiran terutama anak muda yang tengah butuh perhatian dan bergairah dari jiwa. Cara mereka mengembangkan dan memantik repon baik dari anak muda ialah dengan iming-iming yang sangat menggoda. Bujuk rayu dan bentuk perhatian mereka ke pendekatan personal.
Siapapun orang nya yang tengah dirundung masalah dan dibantu dalam segala permasalahannya akan menjadikan siapapun yang membantunya akan dianggap bak pahlawan. Inilah cara ampuh yang simple namun mengena dan menutup rahasia serapat mungkin dari media karena mereka punya rahasia personal yang juga tidak mungkin mau dibuka di publik jika mereka keluar dari organisasi tersebut.
Baru baru ini beredar di masyarakat bahwa salah satu hutan kota Cawang, Kelurahan kebon pala Kecamatan Makassar, Jakarta Timur menjadi tempat bekumpulnya kaum L6BETE melakukan aksi asusila dengan membawa orang yang mereka rekrut. Seiring dengan viralnya kabar tersebut Pemprov DKI pun merespon dengan menambahkan penerangan di uang terbuka hijau dan merapikan pagar yang rusak di hutan kota cawing tersebut.
Didukung Oleh Pejabat Penting
Salah satu hal yang tak bisa dibantah oleh realita hari ini ialah, kesetiaan kaum L6BETE terhadap brand. Lebih dari setengah yakni 55% konsumen L6BETE akan memilih berbisnis degan perusahaan yang mendukung keragaman dan kesetaraan terhadap komunitas L68T. Pada 2018 angka daya beli L6BETE dunia telah menyentuh $3,9 triliun atau sekitar 51 Ribu triliun setara 109 kali pembangunan ibu kota baru untuk Indonesia atau setara 256 juta kali pengadaan walimah pernikahan seharga 200 juta.
Dari angka yang dipaparkan diatas, bisa dibayangkan hanya berapa persen jumlah uang uang mereka keluarkan untuk membayar para pejabat untuk tutup mulut dan mendukung organisasi mereka tetap ada. Logikanya tidak akan mungkin sebuah penyimpangan namun bisa tetap segar bahkan terasa bebas tanpa dukungan dari petinggi di lembaga pemerintah yang dengan sengaja meniadakan mereka dari headline pembahasan yang harus diselesaikan.
Selanjutnya fakta mengenai pendanaan organisasi mereka ialah 70% dari orang dewasa L6BETE menyatakan bahwa mereka akan membayar premi untuk produk dari perusahaan yang mendukung komunitas L6BETE. Bahkan 78% orang dewasa L6BETE beserta teman, keluarga ,maupun kerabat mereka akan beralih kepada brand yang mendukung yang dikenal ramah terhadp L6BETE. Maka tak heran brand yang besar karena tingkat tranksaksi yang tinggi terus maju dan memberikan sokongan moril dan materil bagi kelompok mereka.
Bukan hal yang mustahil dana yang masuk ke pejabat kita hari ini dari kelompok mereka berjumlah kecil pasalnya semua kegiatan mereka bisa dengan bebas berselancar di dunia maya kalua tidak sengaja dibiarkan oleh para pejabta yang didekati tersebut.
Lalu, mengapa ini berjalan dengan begitu mulusnya tanpa ada penindakan dari tahun ke tahun dan pembahasan penyimpangan hanya berhenti di meja diskusi dan akademik saja? Aturan agama yang jelas norma kesusilaan yang gamblang melarang mengapa terabaikan? Jelas saja ini semua tentang uang dan kesenagan. Sehebat apapun para pegiat kemanusiaan untuk melawan kelompok L6BETE akan kalah dan dilawan juga secara keilmuan dan sokongan oknum pejabat. Semua hal dari kelompok mereka terstruktur dan sangat detail sekali terkait pertahanan oraganisasi yang hingga saat ini eksi melebihi partai politik yang besar di Indonesia.
Masifnya Jaringan Terselubung
Korelasi antara maraknya aktivitas L6BETE di tempat umum dengan dukungan dari banyak pihak menghasilkan jaringan mereka yang semakin melebar dan merayap hingga ke pedalaman masyrakat sekalipun. Bukan tak mugkin mereka terus mengupdate data anggota dan menyampaikan apa saja yang kegiatan mereka selanjutnya. Kebanyakan kita berpikir mengapa mereka tidak dibubarkan saja atau mengapa mudah ikut dalam kelompok mereka.
Bukan hal yang mudah untuk tidak ikut jika telah terjebak dalam pusaran kelompok mereka. Pengakuan dari mantan jaringan L6BETE menjelaskan ada banyak hal yang membuat anggota kelompok kesulitan dari pusaran tersebut, hingga akhirnya hanya da dua pilihan yakni bunuh diri atau dipermalukan di muka umum dengan cacian makian dan terpampang foto dan video di beragam media sosial saat ia melakukan aktivitas seksualnya bersama pasangan sejenis nya atau yang lain. Hal ini sudah seharusnya me jadi perhatian para orang tua dan para guru yang menjadi penasehat para anak muda terutama yang asih duduk di bangku sekolah untuk mengawasi anak nya dalam bergaul dan melihat berbagai tayangan yang mengarah kepada aktivatas L6BETE.
Perhatian dan dukungan orang tua, Guru dan tokoh masyarakat sanat penting dan sangat dibutuhkan demi keberlajutan kehidupan yang cerah bagi anak muda. Pemandangan hari ini terlihat kurangnya perhatian yang didapatkan anak muda mengakibatkan mereka bertindak sesuai maunya saja yang tidak tentu salah atau benar menurut norma. Antisipasi hal-hal ini bisa dimulai sejak anak masih busa dibimbing dan mau mendengarkan nasehat orang tua, dengan nasehat yang anak dengarkan sejak kecil akan selalu terkenang dan menjadi pegangan dalam hidup sang anak.
Membentuk Tim Pengawas
Jika dilihat dari fenomena yang berjalan dan tak kunjung ada jawaba pernyelesaian dari lembaga yang berwenag maka dengan suara rakyat melalui parlemen dan para tokoh agama yang memegang erat aturan agama harus siap berhadapan dengan kelompok mereka. Para tokoh bisa dimasukkan dalam tim pengawas yang bisa memanatu perkembangan dan gejolak di masyarakat.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Esensinya bukan problematika gejolak dimasyarakat namun pada fitrah manusia yang hanya memiliki 2 jenis kelamin yakni pria dan wanita. Kamjuan manusia yang sesungguhya ialah mamu mengembangkan manusia dengan prosi dan kemampuan masing-masing bukan melawan kehendak Tuhan yang hanya menciptakan dan memasangkan pria dan wanita.
Tim pengawas yang harusnya mengawasi dari masyarakat terbawah hingga dunia global untuk memmetakan rencana mengembalikan fitrah manusia. Bila kekuatan yang besar dari Indonesia dikerahkan seluruhnya maka akan dengan mudah memberangus penyakit masyarakat yang sejak dahulu kala telah diwanti-wantu untuk dijauhi oleh nenek moyang kita.
Ketakutan masyarakat yang berlebihan jutru tidak menyelesaikan persoalan, yang ada hanya akan menambah beban permasalahan. Oleh karena itu kerja sama semua pihak akan melahirkan gagasan baru untuk menyelesaikan problematika bermasyarakat dan bernegara. Interaksi yang baik semua pihak buka sekedar membahas persoalan yang terjadi namun yang lebih fundamental memberi ruang dan memberikan masa depan yang cerah bagi generasi mendatang mengurus negara ini.
Oleh: Sabarnuddin
Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Padang
0 Comments