Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kontroversi Feminisme di Balik Film Barbie

TintaSiyasi.com -- Dunia sedang terbarbie-barbie sejak film Barbie versi life action rilis secara global bulan Juli 2023 lalu. Bahkan banyak dari kalangan public figure bahkan orang biasa yang ikut Barbie Girl Challenge di media sosial seperti Tiktok dan Instagram. Film ini dikemas dengan sangat apik, penuh warna dan keceriaan. Tapi rupanya film ini ditayangkan bukan sekedar hiburan atau nostalgia semata, dibalik film Barbie nyatanya menyiratkan pesan tersembunyi yaitu ide feminisme, patriarki, hingga l987.

Meskipun film Barbie begitu viral secara global, namun ternyata ada juga negara yang menolak penayangan film ini di bioskop negaranya. Di lansir dari  Liputan6.com, (11/8/2023) Film Barbie dilarang tayang di Kuwait karena dinilai mengandung unsur L987 di dalamnya. Larangan tersebut dilakukan sebagai upaya pemerintah dalam melindungi etika publik. Sebelumnya, Lebanon juga melarang penayangan film Barbie atas alasan yang sama. Menteri kebudayaan Lebanon, Mohammad Mortada pada Rabu (9/8) meminta kementrian dalam negeri untuk mengambil segala tindakan dalam larangan film Barbie di negaranya. Menurutnya film tersebut mempromosikan homoseksulitas dan transeksualitas.

Viralnya film ini membuat banyak orang latah atau ikut-ikutan tren Barbie, entah itu gaya berpakaian ataupun riasan wajah. Barbie digambarkan sebagai sosok perempuan cantik yang juga memiliki tubuh yang ramping, sosok yang tentu saja setiap perempuan menginginkan bentuk paras dan tubuh seindah Barbie. Selain tentang kecantikan, di film tersebut juga menceritakan tentang kesuksesan perempuan melawan komersialisasi kecantikan perempuan yang tentu saja menurut pandangan Barat. Yaitu dengan menancapkan ide fenimisme. Mereka tidak mau perempuan dieksploitasi secara fisik dengan kecantikannya tapi justru mendorong perempuan agar mampu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan laki-laki. Perempuan dituntut agar setara dengan laki-laki dalam hal pekerjaan. Hal tersebut dilakukan untuk  menunjukkan bahwa perempuan juga memiliki power, skill dan kemampuan sama dengan laki-laki. Bukankah hal tersebut juga merupakan bentuk eksploitasi lain?
Ini menjadi penegasan bahwasanya nilai pemikiran dan sistem buatan manusia memang senantiasa mengandung celah kesalahan dan tidak mampu untuk memberikan solusi.

Feminisme sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan terhadap perempuan, pemberontakan terhadap kehidupan sosial dan politik di dunia barat  dianggap  jalan keluar bagi problem masyarakat Barat atau problem perempuan di dunia Barat. Dengan ide ini, Barat seolah memperjuangkan hak-hak perempuan, seperti hak bersuara, memiliki cita-cita yang tinggi, serta mendorong perempuan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memiliki berbagai macam keahlian. 

Hal tersebut merupakan suatu kewajaran jika dunia Barat yang menerapkan sistem sekuler atau pemisahan agama dengan kehidupan, ketika dihadapkan pada suatu problem mereka mengambil atau mencari solusi dengan pemikirannya yang sekuler sehingga lahirlah ide feminisme dalam mengatasi permasalahan yang menyangkut ketidakadilan terhadap perempuan. Ide ini kemudian juga “didakwahkan” kepada umat muslim agar mereka mengambil ide ini sebagai ide yang juga mereka anut. Padahal jelas bahwa ide feminisme yang lahir dari sistem sekulerisme-liberalisme ini bertentangan dengan syariat islam. 

Betapa banyak kaum perempuan di dunia Barat yang mengimpikan menjalani kehidupan yang bebas dengan keadilan gender mendapatkan kebahagiaan namun justru kosong dari rasa tenang ataupun kebahagiaan di dalam keluarga. Karena yang mereka kejar hanyalah materi dan kesenangan dunia semata. Semua itu karena kebebasan yang mereka anut bertentangan dengan fitrahnya sebagai seorang perempuan.
Jika kita menginginkan kehidupan yang lebih baik, solusi yang seharusnya kita lakukan adalah menerapkan aturan kehidupan yang telah diciptakan oleh yang menciptakan kehidupan ini, yaitu Allah swt.

Islam memiliki tata aturan kehidupan yang paripurna. Kesetaraan gender bukanlah menyamaratakan kedudukan laki-laki dan perempuan, namun islam telah mengatur masing-masing kedudukan laki-laki dan perempuan dalam menjalankan tugas sesuai dengan gendernya. Islam akan mendorong perempuan memaksimalkan potensi yang dimilikinya dan memberikan manfaat bagi  keluarganya, masyarakat bahkan negara. Sebagaimana dalam sabda Rasulullah saw, 
“Dan sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (HR. Ahmad, Ath-thabrani).

Islam tidak mengekang perempuan namun bukan berarti memberikan kebebasan yang tak berbatas. Aturan islam terhadap perempuan adalah untuk menjaga hak-hak perempuan serta agar tidak berlepas diri terhadap kewajibannya. Hal ini juga tidak terlepas dari kewajiban negara untuk memastikan agar kehidupan masyarakatnya berjalan sesuai dengan syariat Islam agar Allah menurunkan Rahmat-Nya dan negara tersebut haruslah menerapkan sistem Islam dalam pemerintahannya karena mustahil aturan islam secara kafah diterapkan dalam negara yang masih menganut sistem sekuler.

Wallahu a’lam bishshawab


Oleh: Hernawati Hilmi
Pegiat Pena Banua
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments