Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kelaparan di Atas Tanah Kaya SDA?

Tintasiyasi.com -- Telah menjadi sebuah opini di masyarakat, bahwa Papua adalah pulau yang kaya akan sumber daya alam, utamanya bahan tambang seperti tembaga, emas, batubara, besi, gas alam, dan masih banyak lagi.
Namun fakta miris kembali mencuat, pasalnya telah terjadi tragedi kelaparan di Papua hingga menghilangkan nyawa.

Seperti yang dilansir dari kompas.com, (30/7/2023), sebanyak enam orang warga Papua meninggal dunia akibat bencana kekeringan yang melanda Distrik Lambewi dan Distrik Agandugume kabupaten Puncak, Papua Tengah.

Para korban ini meninggal dunia setelah mengalami lemas, diare, panas dalam, dan sakit kepala. Selain itu, menurut data kementerian sosial terdapat 7.500 jiwa yang terdampak kekeringan. Alhasil, warga tersebut mengalami kelaparan lantaran gagal panen.

Kasus di atas dengan jelas menggambarkan bagaimana distribusi bantuan bahan makanan untuk warga kurang efisien, dikarenakan daerah tersebut hanya dapat dijangkau dengan jalan kaki dari Distrik Sinak. Meskipun demikian, bantuan akhirnya bisa diantarkan oleh bupati Puncak Willem Wandik dengan pesawat sewaan.

Sulit diterima oleh akal, sebab bencana kelaparan Papua itu terjadi di atas tanah yang kaya akan SDA. Namun beribu sayang, melimpahnya SDA itu sudah menjadi target asing untuk terus dikeruk demi kepentingan oknum-oknum tak bertanggung jawab.

Demikianlah yang akan terjadi jika suatu negara menerapkan sistem demokrasi yang tak lain bersumber dari ideologi kapitalis sekularisme. Pasalnya teori yang menyatakan bahwa 'kedaulatan negara berada di tangan rakyat' itu hanyalah isapan jempol semata. Yang ada hanyalah penindasan demi penindasan yang dialami rakyat, terkhusus rakyat yang tak punya harta dan kuasa.

Memang benar, Pulau Papua kaya akan SDA yang melimpah ruah, namun karena negara tidak mampu menjaga dan mengolahnya dengan baik dan benar, masyarakat Papua tidak bisa menikmati hasil dari kekayaan buminya itu.

Nampak jelas bahwa pemerintah hari ini telah lalai dalam mengurusi rakyatnya. Sistem demokrasi yang diterapkan hanya mampu menyejahterakan sebagian kecil rakyat dan menelantarkan sebagian besarnya. Mengapa sampai demikian? Karena tujuan utama para penguasa yang menganut sistem ini tak lain hanya ingin meraup keuntungan materi sebanyak-banyaknya dan menafikan akan adanya pertanggung-jawaban kelak di yaumil akhir.

Ketika Islam Menyejahterakan Rakyatnya

Dalam pandangan Islam, nyawa seorang muslim itu amat sangatlah berharga. Bahkan ketika seorang muslim itu kehilangan nyawanya, perkaranya lebih besar dibanding hilangnya dunia. Sebagaimana Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda: "Hilangnya Dunia lebih ringan bagi Allah, dibanding terbunuhnya seorang Muslim tanpa Hak" (HR. Nasa'i 3987).

Oleh karena itu, seorang pemimpin mestinya sadar bahwa dirinya memiliki tanggung jawab besar yakni mengurusi rakyat dengan baik dan benar. Seperti halnya ketika sistem Islam yang dijadikan sebuah landasan dalam bernegara. Para pemimpin dalam negara Islam akan menjamin terpenuhinya seluruh kebutuhan masyarakat termasuk kebutuhan pangan yang menjadi sumber utama penghidupan manusia. Hal tersebut akan ditempuh oleh pemimpin Islam dengan cara yang benar sesuai dengan pedoman yang benar pula, yakni Al-Qur'an dan As-sunnah.

Pemimpin yang memegang teguh syariat Islam, tidak akan mengabaikan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadinya, tidak seperti sebagian pemimpin hari ini. Mekanisme mekanismenya pun jauh berbeda.

Penguasaan SDA dalam negeri mutlak berada di tangan negara, bukan pihak asing. Selanjutnya negara akan mengolah SDA yang ada dan didistribusikan secara efesien sesuai aturan Islam demi menyejahterakan seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

Maka sungguh, tak ada satupun solusi untuk menyelesaikan segala permasalahan rakyat, kecuali dengan kembali menerapkan sistem Islam melalui negara. Sebagaimana dahulu pernah diterapkan selama kurang lebih 14 abad lamanya. Dan hal itu terbukti dapat menjamin kebutuhan rakyat secara menyeluruh. Wallahu'alam bishshowab.[]

Oleh: Marwah 
(Aktivis Remaja Andoolo)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments