Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kekeringan Melanda Papua, Bagaimana Islam?


TintaSiyasi.com - Fenomena El Nino yang terjadi sejak awal Juni 2023 lalu masih ikut ambil bagian pada permasalahan iklim Indonesia. Gangguan iklim ini tidak hanya terbatas pada perubahan suhu ekstrem di Indonesia, di mana kita bisa merasakan beberapa bukan terakhir suhu terasa sangat panas disusul banyak himbauan untuk menghindari fenomena dehidrasi. Gangguan iklim ini juga dirasakan di wilayah Indonesia bagian timur yang berbuntut pada kekeringan yang menyebabkan terjadinya kelaparan.

Puncaknya, Sebanyak 7.000 warga dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah memilih mengungsi akibat kemarau panjang. Yang lebih menyedihkannya, sebanyak 6 orang yang terdiri dari 5 orang dewasa dan 1 bayi berusia enam bulan harus merenggang nyawa akibat kelaparan.

”Musibah itu dipicu cuaca ekstrem. Temperatur udara sangat dingin dan tanpa hujan sejak Mei. Akibatnya, warga gagal panen ubi dan keladi,” kata Willem. (kompas.co.id, 27-07-2023).

Suhu udara yang sangat panas di siang hari dan mendadak turun hingga di bawah 10 derajat celcius membuat tanaman ubi yang menjadi sumber makanan utama masyarakat setempat mengalami gagal panen. Beberapa warga terpaksa mengonsumsi ubi yang sudah busuk dan berbuntut pada masalah pencernaan. 

Tentu saja, pemerintah sudah mengirimkan bantuan untuk mengatasi kelaparan. Namun hal ini ternyata menemui kesulitan dalam transportasi dan distribusinya. Dikabarkan untuk mendapat bantuan makanan di Distrik Sinak, warga harus berjalan selama dua hari. Distribusi makanan juga belum maksimal karena terkendala masalah keamanan. 

Menurut Willem kasus penyanderaan pilot Susi Air oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) menjadi alasan maskapai takut menuju ke distrik tersebut. Belum lagi dengan kejadian penembakan pesawat yang belakangan ini terjadi. "Nah sehingga daerah ini menjadi pilot maupun maskapai bahkan juga kami semua jadi trauma dengan hal itu," tandasnya. (detik.com, 24-07-2023).


Solusi yang Hanya ‘Memangkas’ Masalah

Masalah kekeringan dan kelaparan ini bukanlah hal yang dapat ditunda-tunda penyelesaiannya. Bahkan ia harus menjadi problem yang diprioritaskan untuk segera ditangani karena berhubungan langsung dengan nyawa. 

Tentu saja, memberikan bantuan juga merupakan solusi yang digencarkan pemerintah untuk menanggulangi dampak kekeringan. Bermacam negosiasi dan upaya pengamanan juga dilakukan untuk ‘membujuk’ penyedia jasa transportasi agar bersedia mengirimkan bantuan ke wilayah terdampak sebagai solusi dari trauma para maskapai atas teror kelompok kriminal bersenjata yang kerap menembak jatuh pesawat mereka. Sosialisasi dan filter juga sudah dilakukan untuk menghindari adanya oknum-oknum berkepentingan khusus terlibat dalam pembagian bantuan. Tapi apakah hal itu sudah cukup untuk menyelesaikan akar masalah dari fenomena ini? 

Jika kita lihat lebih dalam, ada yang salah dengan pengelolaan kekayaan alam di Indonesia. Hal ini dapat kita lihat dari bagaimana kayanya negara kita, sumber daya alam baik yang terbarukan maupun tidak terbarukan melimpah, tanahnya subur didukung oleh iklim tropis yang bersahabat, belum lagi bicara tentang kekayaan lautnya. Namun bagaimana bencana seperti kelaparan dapat terjadi?

Terlebih hal ini cukup miris melihat bagaimana Papua yang dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, mampu memproduksi lebih dari 240 kg emas per harinya justru masyarakat setempatnya mengalami kelaparan hingga merenggut nyawa.


Islam, Solusi Tuntas Hadapi Kelaparan

Mengingat betapa pentingnya permasalahan ini untuk segera ditangani, dan agar jangan sampai hal ini terulang lagi, maka yang kita butuhkan bukanlah solusi yang tuntas. Anggap masalah ini seperti rumput liar, maka solusi yang kita butuhkan bukan hanya yang memangkas daunnya, namun haruslah solusi yang mampu mencabut akarnya. Maka, hanya Islam yang mampu memberi solusi tuntas dari permasalahan ini. 

Di samping Islam menekankan untuk taat pada pemimpin, Islam menganggap bahwa pemimpin adalah pelayan rakyat. Yang berarti, pemimpin haruslah menjamin segala kebutuhan pokok rakyatnya juga menjamin keamanan, kesehatan, dan kesejahteraannya. 

Apabila terjadi bencana kekeringan, hal ini akan segera ditangani secepat mungkin. Bantuan akan disalurkan tanpa adanya gangguan karena negara telah terjamin keamanannya. Para profesional seperti dokter, ahli pangan, klimatologis, dan ahli-ahli lain juga akan dikerahkan untuk mengurangi dampak kekeringan dan menyelesaikannya. 

Sebagai upaya pencegahan, sejak awal Islam menganggap bahwa apa yang ada di bumi adalah milik Allah dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat. Sumber daya alam tidak boleh dimiliki oleh individu karena itu adalah milik rakyat. Negara akan diberi wewenang sekadar mengelolanya untuk kemudian hasilnya dikembalikan kepada rakyat. Maka, apabila terjadi bencana seperti kelaparan, rakyat akan segera mendapat bantuan tanpa adanya permasalahan biaya.

Distribusi kekayaan yang terstruktur dalam sistem Islam juga akan meminimalkan adanya kemiskinan. Penurunan jumlah kemiskinan juga akan menekan jumlah kriminalitas. Tidak akan ada rakyat yang terpaksa menjadi penjarah atau perompak untuk bertahan hidup. Kalaupun ada oknum-oknum dengan kepentingan pribadi, mereka akan segera diamankan untuk diadili. 

Dengan pengelolaan kekayaan yang dilakukan oleh Islam, Tentulah negara-negara kaya seperti Indonesia akan menjadi negara yang makmur. Kekayaan Indonesia akan diarahkan untuk melayani rakyatnya, menjamin kebutuhan pokok dan menyediakan fasilitas umum seperti fasilitas kesehatan dan pendidikan tanpa memungut sepeser pun biaya. Sehingga terciptalah masyarakat yang makmur dan sejahtera. []


Oleh: Fahma Miftahun
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments