Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Jebakan Utang Lewat Investasi Makin Mencengkeram Negeri


TintaSiyasi.com -- Pembangunan yang 'mangkrak' karena tidak adanya modal menjadi fenomena yang biasa terjadi di negeri ini. Bahkan, pembangunan IKN (Ibu Kota Negara) Nusantara di Kalimantan Timur sendiri bisa berjalan karena adanya investasi dari beberapa negara. Kali ini, Presiden Jokowi membuka promosi lahan IKN seluas 34.000 ha kepada para pengusaha Cina di Chengdu. Lahan yang telah disiapkan tersebut nantinya dijadikan sebagai pusat bisnis sektor kesehatan dan pendidikan. Tak hanya IKN, Jokowi berharap investor swasta bisa masuk pada proyek prioritas yang sedang dijalankan pemerintah (ekosistem kendaraan listrik, hingga energi hijau). Pada bidang EBT yang mencakup proyek hydropower, matahari, tidalwave, angin, dan geothermal juga ingin mengajak agar investor Cina masuk di sini. Alasannya karena potensinya 434 ribu megawatt. (cnbc.com, 30/07/2023)

Peneliti Cina-Indonesia di Center for Economic and Law Studies (Celios) Muhammad Zulfikar Rakhmat mengatakan terdapat masalah serius terkait investasi Cina di Indonesia. Dengan adanya investasi, maka memungkinkan adanya perangkap utang. Sebagaimana kita melihat proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Bank Indonesia mencatat per April 2023, Cina menjadi negara keempat terbesar pemberi utang luar negeri (ULN), senilai US$20,42 miliar. (m.bisnis.com, 27/07/2023)

Dalam sistem kapitalis saat ini, sumber pendapatan yang terbesar selain pajak adalah utang. Rasanya tanpa utang, pembangunan tidak akan berjalan mulus dan lancar. Begitulah adanya yang terjadi di negeri ini. Dengan balutan manis investasi yang sebenarnya adalah utang, maka sebuah negeri tentunya akan disetir ataupun didekte oleh negara peminjam. Itu menjadi lumrah adanya. Termasuk pula pada kebijakan yang diterapkan syarat akan muatan pesanan.

Sebagaimana kita melihat negara Srilanka dan Zimbabwe yang terlilit utang dan tak mampu membayarnya. Apa yang tejadi di sana? Sebut saja Srilanka, negara tersebut mengalami kebangkrutan besar. Akankah negeri ini tidak berkaca pada kejadian yang sebelumnya di negara lain?

Masih dalam pandangan kapitalis, bahwa tidak ada makan siang yang gratis. Karena kapitalis sendiri hanya memikirkan masalah keuntungan dan menumpuk materi. Dan lewat investasi yang diberikan, ini merupakan utang yang harus dibayarkan. Terkadang beberapa negara terjebak di sini dan terkungkung dengan nilai utangnya. Tak ayal, penjajahan dengan gaya baru pun telah masuk pada negara. Makin besar atau banyak utang sebuah negara maka cengkeraman penjajahan akan makin kuat.

Dari sini kita melihat bahwa begitulah wajah yang tampak, masyarakat tidak lagi menjadi prioritas yang harus dipikirkan dan diayomi. Lewat investasi juga, berarti pemerintah telah memberikan karpet merah bagi para investor untuk masuk ke negeri ini. 

Hal ini akan berbeda ketika Islam diterapkan dalam kehidupan dunia. Dengan aturannya yang super lengkap, mampu mengatur seluruh lini kehidupan manusia tanpa kecuali. Termasuk pula dengan bagaimana sektor ekonomi yang kuat untuk menopang pembangunan negara. Dalam Islam, pos pemasukan Daulah begitu banyak. Setidaknya ada 13 pos yang bisa didapatkan untuk menambah kas Baitul Mal. Di antaranya kharaj, jizyah, harta milik umum, harta milik negara, rikaz, usyur, dan yang lainnya. Dengan begitu, tentunya Daulah Islam tidak akan meminta bantuan kepada negara lain untuk pembangunan atau yang lainnya. Karena pos pemasukan yang begitu banyak dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Termasuk juga Daulah mengetahui secara pasti bahwa di balik adanya investasi negara lain membuat ketidakberdayaan sebuah negara dan mudah disetir. Negara tidak mampu berdiri sendiri dan bersikap mandiri.

Sebagaimana sejarah telah menorehkan tinta emasnya, bahwa daulah pernah berjaya selama 13 abad lamanya. Kekuatan serta kemandirian yang luar biasa telah diperlihatkan kepada seluruh negara di dunia. Termasuk pula bagaimana daulah membangun Baghdad sebagai salah satu kota. Semua hal tentunya dipertimbangkan agar menjadi sebuah kota yang layak. Mulai dari arsitektur tata kota, pertahanan keamanan, ekonomi, politik, dan kemaslahatan masyarakatnya. Saat itu kepemimpinan Khalifah Ja'far al-Manshur, beliau begitu teliti dan serius dalam menggarap sisi ekonomi negara. Sehingga yang terjadi anggaran tidak pernah sampai defisit. Padahal pembangunan Kota Baghdad saat itu mencapai 3,88 juta dirham. Sungguh angka yang luar biasa, namun Khalifah Ja'far sendiri mampu menyediakannya bahkan kas negara saat itu dikatakan surplus.

Itulah gambaran yang bisa dicontoh. Negara kita sendiri begitu luar biasa dalam SDA, namun ternyata semua lari dari negeri ini. Alias diangkut ke negara lain. Hasil hutan, laut, sungai, danau, dan yang lainnya jika dikelola dengan sebaik-baiknya dan benar maka Insyaa Allah akan mampu menggratiskan sisi pendidikan dan kesehatan. Termasuk pula dapat melakukan pembangunan tanpa embel-embel investasi dari negara lain. Namun, fakta membuktikan bahwa negeri ini nyatanya belum serius dan sungguh-sungguh untuk mengelola SDA yang ada. Karena memang sistem yang ada saat ini jauh dari Islam, sehingga wajar jika semuanya diatur dengan asas manfaat dan keuntungan semata bukan murni pada menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya.

Alhasil, sebuah negara bisa mandiri dan tanpa intervensi dari yang lain hanya dengan menerapkan sistem Islam secara sempurna dan menyeluruh. Dalam bingkai sebuah institusi Daulah Islam (Khilafah). Semoga segera terwujud agar keberkahan bisa dirasakan oleh seluruh makhluk Allah Swt. Wallahua'lam.

Oleh: Mulyaningsih
(Pemerhati Anak dan Keluarga)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments