Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islamofobia Makin Marak, Mengapa?


TintaSiyasi.com - Dalam beberapa pekan belakangan ini, praktek kebencian dan ketakutan yang berlebih terhadap eksistensi umat Islam kembali menyita perhatian dunia Islam. Di India, terjadi bentrok antara umat Hindu dengan umat Islam yang meletus pada 31 Juli 2023 tepatnya di wilayah Gugugram kota Nuh. Bentrok terus meluas hingga sebabkan kerusuhan yang mencekam, terjadi pembakaran masjid, dan pembakaran toko toko milik umat Islam, hingga pembunuhan yang telah menewaskan satu imam. Peristiwa ini akhirnya memicu eksodus besar besaran umat Islam, sebagian besar keluarga muslim terpaksa meninggalkan wilayah Gugugram akibat kekerasan yang pecah di kota Nuh itu.

Tak hanya itu, rentetan aksi pembakaran kitab suci Al-Qur'an di dua negara Skandinavia, Swedia dan Denmark makin menyulut kemarahan umat Muslim di seluruh dunia. Ide kebebasan yang dijujung tinggi di dua negara tersebut menjadi alasan aksi pembakaran Al-Qur'an tidak bisa dihentikan. 

Islamofobia terus terjadi di belahan dunia, tidak hanya dilakukan oleh individu-individu atau kelompok. Islamofobia juga disponsori oleh negara dalam bentuk kejahatan genosida seperti yang terjadi di Uyghur Cina, Kashmir, Palestine, Rohingnya, dan Bosnia. 


Sejarah Singkat Islamofobia

Islamofobia memang bukan gejala baru, melainkan sikap kontinyuitas orang orang kafir terhadap Islam dan kaum Muslim, yang akar historis dari islamofobia dimulai sejak abad pertengahan, yaitu pada perang salib I tahun 1095 yang di pimpin oleh Paus Urbanus yang telah menanamkan bibit "awal" islamofobia, ia menggambarkan Islam sebagai paham yang sesat dan menyebut umat Muslim sebagai orang-orang yang kejam dan gemar membunuh.

Penggambaran ini berhasil menyulut keinginan umat kristen di Barat untuk memerangi Islam dan kaum Muslim dalam perang salib.

Dari akar historis itu, maka sudah jelas bahwa islamofobia lahir dari kebencian orang orang kafir Barat terhadap Islam. Hingga detik hari ini, bibit bibit kebencian pada Islam dan kaum muslim semakin menyebar hingga ke seluruh dunia, pasca peristiwa runtuhnya menara kembar WTC di New York pada 11 september 2001. Pemerintah Amerika saat itu, Presiden Bush mengklaim bahwa pelaku teror berasal dari kelompok Islam. Pasca peristiwa itu, AS menyerukan War on Terorism atau perang melawan terorisme tanpa akhir. Seruan itu telah berhasil menumbuhsuburkan sikap kebencian atau sikap "Anti Islam" yang akhirnya menyebar di seluruh penjuru dunia. Virus islamofobia pun makin merebak bahkan di negara mayoritas Islam seperti Indonesia. 

Di Indonesia, syariat Islam selalu dikambinghitamkan sebagai pemecah belah persatuan, intoleransi, pengekangan, dan sebagainya. Sehingga kini banyak orang-orang Muslim tapi alergi terhadap syariat Islam.

Inilah akibat dari virus islamofobia yang makin mewabah, umat Muslim di seluruh penjuru dunia menjadi korban penindasan, kekerasan dan pelecehan bahkan penganiayaan. Simbol simbol Islam pun seringkali di permainkan, untuk menghina dan menistakan Islam.

Pemimpin pemimpin di negeri mayoritas Islam, kini lemah dan tak berdaya, tak mampu menghentikan berbagai serangan islamofobia yang meninmpa umat Muslim hari ini. 

Mengharap solusi yang ditawarkan oleh Barat hanyalah omong kosong dan janji manis belaka, tidak benar-benar untuk mensolusikan, karena Baratlah yang sengaja memupuk sikap kebencian dan anti Islam itu hingga menyebar ke seluruh dunia.

Maka kondisi ini menunjukkan bahwa hari ini umat Islam lemah di mata dunia, bak anak ayam kehilangan induknya yang terus mendapat gangguan, ancaman dan serangan musuh tanpa ada yang memberinya perlindungan atau pembelaan. Umat butuh perisai untuk melindungi serta menjaga kehormatannya, yaitu sebuah institusi negara Khilafah Islamiyah. Negara khilafah akan menyatukan seluruh umat Muslim di seluruh penjuru dunia dalam satu kepemimpinan seorang khalifah. Khalifah akan menjaga kehormatan Islam dan kaum Muslim, sejarah telah membuktikan selama kurang lebih 14 abad lamanya Islam menjadi sebuah peradaban yang disegani dan ditakuti. Ketegasan dan kewibawaan seorang khalifah mampu menghentikan segala bentuk penghinaan, atau pelecehan terhadap Islam. Salah satu bukti nyata yang pernah tercatat dalam sejarah ialah kisah Sultan Abdul Hamid, Khalifah Turki Utsmani yang berhasil menghentikan pertunjukkan teater Muhammad yang akan diselenggaran oleh Prancis. Mendengar berita tesebut, Sultan Abdul Hamid geram dan dengan tegas menyatakan akan memerangi prancis jika pertunjukkan tersebut tidak dihentikan. 

Sungguh, sosok pemimpin seperti Abdul Hamid itulah yang hari ini dirindukan oleh umat hari ini. Kecintaannya pada Islam serta keberanian dalam membela Islam. Sosok pemimpin tersebut hanya akan hadir dalam Negara Khilafah yang menjadikan Islam sebagai satu satunya sistem kehidupan.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Salsabila Isfa Ayu K.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments