Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islamofobia, Apakah karena Adanya HAM?

TintaSiyasi.com -- Kehororan pada agama Islam baik dari ajaran, simbol, hingga penganutnya, hal ini biasanya disebut islamophobia. Istilah ini kembali mencuat di publik hingga menggemparkan seluruh dunia.

Karena merupakan agenda global, istilah itu dibesarkan dan terus menjadi momok menakutkan yang baru-baru ini terjadi. Sehingga meskipun terjadi di luar negeri, tidak menutup kemungkinan efeknya masuk dalam negeri. Sebab kaum muslim termasuk penduduk terbesar di Indonesia.

Seorang wanita yang diketahui berkebangsaan Iran telah membakar salinan Al Quran di ibu kota Swedia, Stockholm. Pembakaran Al Quran tersebut di bawah perlindungan polisi setempat yang dilakukan akhir pekan lalu. 

Seperti dilansir dari Middle East Monitor pada Senin, 7 Agustus 2023, wanita bernama Bayrami Marjan itu diketahui berusia 47 tahun. Ia membakar kitab suci agama Islam di pantai Angbybadet yang berada di wilayah Bromma, tepi Danau Malaren.

Pembakar Al-Qur'an di Swedia Sebut Semua Agama Harus Dimusnahkan
Perempuan keturunan Iran, Bayrami Marjan, menjadi sorotan usai melancarkan aksi pembakaran kitab suci Al-Qur'an di Stockholm, Swedia, pada pekan lalu (cnnindonesia.com 08/08/23).

Seorang perempuan dengan berani melakukan aksinya dengan adanya perlindungan aparat menjadi jawaban di negara tersebut atas nama HAM warga negara bebas berbuat sesuai keinginannya dengan adanya pelegalan pemerintahnya.

Pembakaran ini bukan kali pertama dilakukan, sudah berulang kali dan tetap tidak ada yang mampu menghentikan baik individu, organisasi, bahkan negara. Menyimpulkan kejadian berulang, tentunya ada yang salah dalam aturan dan penyelesaian masalah.

Presiden Joko bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi telah menerima Sekretaris Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Hissein Brahim Taha di Istana Kepresidenan. Ada beberapa hal yang dibahas, termasuk soal insiden pembakaran Al-Qur'an di sejumlah negara. "Sekjen OKI baru saja bertemu dengan bapak Presiden. 

Di awal pembicaraan, Presiden mengungkapkan harapan agar OKI terus dapat menjadi institusi atau lembaga terdepan memperjuangkan kepentingan suara dunia Islam," kata Retno usai rapat. Selain itu, ada empat isu yang dibahas. Pertama, terkait dengan pembakaran kitab suci Al Quran yang terjadi di beberapa negara Eropa. Retno menerangkan, Presiden Jokowi mengutuk keras aksi tersebut (cnbcindonesia.com, 08/08/23).

Salah satu penyelesaian yang dilakukan oleh berbagai negara yaitu  hanya berlindung dalam beberapa organisasi PBB dengan kecaman tetap tak mampu menghentikannya, yang ada hanya meredakan sementara.  Penetapan hari anti Islamophobia oleh PBB pun tak mampu mencegah.

Penyelesaian masalah yang wajib dikritisi adalah aturan yang melegalkan. Islamophobia terus  terjadi di dunia dengan bermacam-macam bentuknya, baik menyerang simbol agama Islam maupun penganutnya. Dunia tak mampu mencegahnya selama HAM dan kebebasan berekspresi menjadi asas yang dibiarkan ada. 

Aturan yang mengatur yang paling berperan aktif dalam menyelesaikan Islamophobia. Aturan itu tentunya  bersinergi untuk semua umat Islam bukan hanya dipetak-petakkan dalam satu negara yang dalam hal ini disebut nasionalisme. Serta bersembunyi di balik demokrasi yang menganut kebebasan dengan beranak HAM. 

Umat Islam harus memiliki kekuatan besar dalam bentuk institusi negara yang kuat dan adidaya agar mampu mencegah dan mengulangi kembali hal-hal yang menjadi pemicu Islamophobia.

Nabi mengenalkan dan mempraktikkan ajaran agama Islam dengan yang sesungguhnya. Bahwa, Islam adalah agama yang memudahkan, toleran, dan penuh kasih sayang.

Al-Qur’an memberikan sebuah peringatan kepada umat Islam tentang hal ini, Allah berfirman yang artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah engkau (Muhammad) dapat berprilaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan bagi mereka.” (QS. Ali Imran: 159).

Islam menjunjung tinggi toleransi antar umat beragama, dan memiliki mekanisme untuk menjaga kemuliaan agama dan umatnya.
Sejarah panjang Khilafah juga  sudah membuktikan bagaimana Islam mewujudkan toleransi di dunia. 

Wallahua'alam bi shawab

Oleh: Sri Rahmayani, S.Kom.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments