TintaSiyasi.com - Langka kembali! Gas Elpiji 3 kg langka di pasaran. Hal ini menyebabkan kepanikan di kalangan ibu rumah tangga juga para pedagang yang menggunakan bahan bakar gas khususnya gas elpiji 3 kg yang bersubsidi.
Kelangkaan ini terjadi bukan kali ini saja tapi sudah sering terjadi, kejadian ini tentu bisa saja terjadi karena beberapa alasan. Pertama karena peningkatan penggunaan bahan bakar gas hal ini memungkinkan terjadinya kelangkaan gas bahkan tidak akan ada lagi bahan bakar gas mengingat gas ini berasal dari bumi yang tidak bisa di daur ulang. Kemudian penggunaan yang salah sasaran gas yang seharusnya digunaka dan diperjualbelikan khusus untuk rakyat miskin justru malah masyarakat kalangan atas yang lebih banyak menggunakan gas bersubsidi ini, ditambah pemerintah mulai mengeluarkan gas elpiji 3 kg non subsidi yang harganya hampir tiga kali lipat dibandingkan gas yang biasa digunakan masyarakat banyak.
Kelangkaan gas saat ini menurut direktur utama Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan bahwa pada bulan Juli ini ada peningkatan peningkatan konsumsi gas sebesar 2 persen sebagai dampak adanya libur panjang beberapa waktu lalu (tirto.co.id, 25/07/2023). Maka salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan operasi pasar dan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mengidentifikasi dimana lokasi lokasi pasar yang harus dibuka Pertamina untuk operasi pasar. Agar pengelolaan stok elpiji lebih efektif ke masyarakat ungkap Nicke Widyawati dalam keterangannya (tirto.co.id, 25/07/2023).
Selain itu pemerintah juga mulai meluncurkan gas elpiji 3 kg non subsidi yang harganya hampir 3 kali lipat dari harga biasa, sebenarnya gas ini sudah mulai ada sejak tahun 2018 hanya saja penyebarannya baru di beberapa kota seperti di Jabodetabek dan juga di Surabaya. Hal ini tentu memunculkan kecurigaan pada rakyat bahwa kelangkaan gas melon 3 kg ini adalah salah satu cara agar rakyat mulai beralih ke gas 3 kg non subsidi atau bright gas, jika pemerintahan mengurangi jumlah subsidi gas 3 kg atsu bahkan memberhentikannya maka mau tidak mau rakyat akan beralih ke ke bright gas non subsidi karena kebutuhan akan gas untuk memenuhi kebutuhan hidup tidak bisa diabaikan begitu saja.
Ketersediaan elpiji ini merupakan tanggung jawab dari pemerintah untuk mengadakannya karena pengelolaan sumberdaya alam untuk kebutuhan hidup rakyat merupakan tugas dari pemerintah, dan terjadinya kelangkaan elpiji ini merupakan kegagalan dari pemerintah dalam memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya karena keberadaan elpiji ini merupakan kebutuhan pokok yang keberadaannya wajib ada untuk saat ini. Dan jika gas elpiji ini langka apalagi sampai hilang keberadaannya maka akan menjadi masalah besar, karena akan menghambat aktivitas begitu pula jika harga gas elpiji 3 kg ini naik maka rakyat akan kesulitan untuk mendapatkannya karena harganya yang tidak terjangkau.
Kisruh kelangkaan gas elpiji 3 kg saat ini sebenarnya bukan karena salah sasaran atau penggunaan yang meningkat, akan tetapi pengelolaan migas yang madih di bawah sistem kapitalisme liberalisme. Sistem yang melegalkan kapitalisasi migas sehingga rakyat tidak bisa menikmati pemanfaatan dari sumberdaya migas dengan murah apalagi gratis, meski negara ini kaya dengan sumber daya migas.
Hal ini disebabkan pemerintah telah menyerahkan pengelolaannya kepada swasta bahkan kepada asing dari mulai pengelolaan hingga penjualannya, sehingga mereka bisa mempermainkan harga sesuai keuntungan yang ingin mereka raih. Hal ini telah menghilangkan fungsi pemerintah sebagai pengurus rakyat atau raain pemerintah malah menjadi regulator bagi para kapitalis, yang akhirnya kebijakan yang dibuat pun tidak berpihak kepada rakyat seperti halnya saat di mana gas elpiji nonsubsidi muncul bersamaan dengan langkanya elpiji 3 kg bersubsidi.
Lain halnya dengan Islam, pemerintah memiliki kewajiban menyediakan kebutuhan pokok bagi rakyatnya salah satunya adalah penyediaan gas elpiji, negara akan menyediakan seluruh bahan pokok kebutuhan rakyat tanpa dibayangi kelangkaan atau harga yang mahal, negara akan menyediakan seluruh kebutuhan pokok rakyatnya dengan harga yang murah bahkan gratis dengan kemudahan dalam mendapatkannya, karena negara akan mengelola sendiri sumberdaya alam yang merupakan kepemilikan umum di mana hasil dan pendapatannya akan dikembalikan lagi untuk rakyat. Karena sumber daya alam merupakan milik umum hal itu sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, "Manusia berserikat dalam tiga hal yaitu padang rumput, air, dan api." (HR. Abu Dawud).
Oleh karena itu setiap rakyat berhak untuk memperoleh manfaat dari pengelolaan sumberdaya alam tersebut yaitu dengan mudah, murah bahkan gratis. Dan tidak ada perbedaan bagi rakyat tidak ada perbedaan apakah rakyat itu miskin atau kaya lelaki atau perempuan semua mendapatkan hak yang sama untuk mendapatkannya.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Emi Kartini
(Muslimah Peduli Umat)
0 Comments