TintaSiyasi.com -- Berita duka datang dari Distrik Lambewi dan Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua Tengah. Enam orang warganya meninggal dunia akibat bencana kekeringan dan kelaparan, satu orang diantaranya masih anak-anak. Menurut data Kementerian Sosial sebanyak 7.500 orang yang terkena dampak akibat bencana kekeringan ini. Imbas dari cuaca yang ekstrem selama dua bulan terakhir membuat warga mengalami gagal panen, sehingga mereka terpaksa harus mengkonsumsi umbi-umbian yang sudah busuk. Akibatnya banyak warga yang terkena diare.
Kondisi ini diperparah karena warga harus berjalan selama dua hari untuk mendapatkan bantuan makanan, maskapai penerbangan tidak berani mengantarkan bantuan dari Sinak ke Distrik Agandugume karena takut pesawatnya akan ditembak oleh kelompok kriminal bersenjata (kompas.id, 27/07/2023).
Bencana kekeringan yang berujung pada kasus kelaparan yang terjadi di Papua Tengah merupakan sebuah ironi yang amat sangat menyedihkan apalagi sampai menghilangkan nyawa. Padahal Papua adalah salah satu wilayah Indonesia yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA). Keberadaan Freeport sebagai perusahaan tambang emas yang sudah berdiri setengah abad lamanya di Papua merupakan bukti bahwa Papua adalah wilayah yang kaya. Namun, keberadaannya ternyata tidak membawa dampak apa-apa untuk kesejahteraan warga Papua. Sehingga wajar saja jika muncul opini bahwa Freeport hanya berkepentingan untuk memelihara konflik yang terjadi di Papua agar bisa mengeruk SDA di Papua tanpa adanya perlawanan dari warga setempat.
Kekayaan alam di Papua tidak hanya tambang emasnya saja. Menurut data Kementerian ESDM pada tahun 2020, Papua memiliki tambang emas terbesar di Indonesia yang luasnya mencapai 229.893,75 hektar, 1,76 juta ton biji perak dan 1,875 juta ton biji cadangan perak. Tidak hanya itu, berdasarkan data dari Freeport tahun 2021, Tambang Grasberg memproduksi sebanyak 1,34 miliar ton tembaga. Berlimpahnya kekayaan SDA di Papua sangat disayangkan, karena semua itu hanya menjadi target dari asing. Warga setempat hanya bisa gigit jari bahkan sampai kelaparan di wilayahnya sendiri yang kaya akan sumber daya alam.
Bencana kelaparan yang terjadi di Papua Tengah bukan hanya akibat cuaca ekstrem saja, apalagi medan penyaluran bantuan yang sulit. Papua merupakan wilayah yang kaya akan SDA namun yang menjadi pemicu krisis nyata yaitu keserakahan dari para kapital yang mengeruk habis SDA di Papua. Adanya para kapital adalah salah satu bencana dari penerapan sistem kapitalisme yang dipakai oleh negara dalam menjalankan kepengurusannya. Sehingga jelas tidaklah pantas jika menyalahkan cuaca sebagai dampak atas permasalahan yang terjadi di Papua.
Faktor lain yang menjadi pemicu problem ini yaitu hilangnya peran dari penguasa, karena di wilayah yang kaya akan SDA tetapi bisa terjadi kasus kelaparan. Tidaklah cukup hanya memberikan bantuan makanan saja, karena problematika yang terjadi di Papua itu sangat kompleks apalagi jika masih berkutat pada sistem kapitalisme. Maka permasalahan seperti ini di dalam sistem kapitalisme tidak akan pernah ada habisnya. Sehingga sudah sepantasnya membuang jauh sistem yang rusak ini dan menggantinya dengan sistem yang lebih baik yaitu sistem Islam.
Dalam sistem Islam bencana kelaparan merupakan sebuah polemik yang seharusnya tidak pernah terjadi, apalagi sampai munculnya korban jiwa. Karena dalam Islam hilangnya nyawa seorang muslim adalah perkara yang lebih besar daripada hilangnya dunia. Pemimpin dalam Islam harus menjaga keseimbangan distribusi ekonomi agar tidak terjadi kasus kelangkaan apalagi sampai umatnya mengalami kelaparan. Pemimpin di dalam sistem Islam menjamin agar rakyatnya bisa makan dengan cukup dan terhindar dari ancaman kelaparan. Islam memiliiki sistem ekonomi dan politik yang akan mensejahterakan semua wilayah, tanpa melihat potensi wilayah apalagi melakukan diskriminasi terhadap wilayah satu dengan wilayah lainnya.
Dalam catatan sejarah, kepemimpinan Islam sangat serius dalam memenuhi hak-hak rakyatnya. Khalifah Umar bin Khaththab pada saat negara Islam mengalami paceklik, dia tidak tidur dan tidak makan karena pasti rakyatnya juga sedang kelaparan. Oleh karena itu, hanya dengan sistem Islamlah akan lahir pemimpin-pemimpin yang bertanggungjawab terhadap tugasnya. Akan lahir pemimpin sekelas Umar bin Khaththab yang tidak akan mencari kesalahanan-kesalahan lain saat rakyatnya kelaparan. Umar justru menyadari kesalahan dan kelalaiannya, memohon pengampunan kepada Allah dan melakukan langkah nyata untuk menyelesaikan kesusahan rakyatnya. Dalam naungan sistem Islam semua rakyat akan hidup sejahtera.
Wallahu a’lam bishawab.
Oleh: Dewi Sri Murwati
Pegiat Pena Banua
0 Comments