Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Darurat Adab Melahirkan Moral Bejat


TintaSiyasi.com - Kembali berduka di dunia pendidikan tepatnya negeri +62, guru yang seharusnya dihormati dan dimuliakan sebab memberikan ilmu justru berbalik arah, guru ditonjok dan di laporkan ke aparat, ada yang sadis sampai guru dibunuh lantaran sakit hati, dan terbaru seorang wali murid ketapel mata guru.

Diduga pemicu berawal dari tindakan guru yang menegur siswanya sedang merokok dan dilakukan di jam pelajaran berlangsung, maka siswa tersebut pulang dan melaporkan kejadian itu kepada ayahnya, karena tidak terima atas perlakuan guru kepada anaknya. Sang ayah pun ketapel sang guru Zarahman (58) tahun, dan mengenai salah satu mata guru pecah akibat diketapel, melihat kejadian itu orang tua korban lari lantaran takut atas peristiwa tersebut. Dikabarkan mata sang guru akan mengalami cacat permanen.

Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Heru Purnomo, saat ini masih berjalan proses hukum orang tua siswa yang ketapel mata guru di SMAN 7 Rejang Lebong, Bengkulu, terus dikawal. "FSGI mendorong proses hukum segera dilakukan oleh pihak kepolisian, karena bagaimanapun kekerasan oknum orang tua terhadap guru adalah perbuatan pidana. Namun demikian, kekerasan terhadap anak (peserta didik) yang dilakukan guru juga merupakan tindak pidana sebagaimana ketentuan dalam UU Perlindungan Anak," katanya di Jakarta, Jumat. (antarannews.com, 04/08/2023).


Problem Adab Peserta Didik

Krisis akhlak dan adab dalam sistem pendidikan hari ini suatu kejadian berulang-ulang. Bermacam masalah timbul seolah menjadi sinyal kuat akan PR negara dalam dunia pendidikan. Sementara itu, pengkajian karakter peserta didik sudah berkali-kali dilakukan hasilnya tetap tidak merubah.

Justru kurikulum mengalami pergantian terus menerus, tidak lepas dari penelitian karakter siswa. Sangat disayangkan, keluhan para pendidik tidak pernah berhenti. Apalagi saat ini telah terbentuknya kebijakan terkait perlindungan anak. Sebagian pihak menyayangkan bahwa kebijakan seperti itu, berbenturan dengan semangat pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik.

Tentu hal ini akan menimbulkan banyak masalah baru. Sebab keluarga, lingkungan, dan negara turut berpengaruh membentuk karakter anak didik. Bahkan dunia digital saat ini melekat pada generasi zaman now. Ia akan berperan membentuk anak didik dengan menawarkan konten-konten hiburan, materi dan eksistensi yang justru mengaburkan minat belajar peserta didik.

Alhasil fokus peserta didik terancam. Sebab konten-konten itu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap anak. Apa yang mereka tonton menjadi tuntunan, bahkan mereka tak risau untuk mempraktekan dalam kehidupan reel. Jika konten yang dilihat itu positif lalu dikerjakan justru baik bahkan menambah semangat belajar peserta didik. Justru saat ini digital menawarkan konten-konten yang rusak. Sudah jelas merusak mental siswa, dan terbawa emosi sesaat. Setiap ditemukan masalah, pasti penyelesaiannya dilakukan dengan kekerasan.

Oleh karena itu, meneliti masalah adab pun wajib memilik sifat holistik, agar karakter yang ingin dicapai terwujud dan tidak kehilangan arah. Maka sistem pendidikan saat ini harus mampu membaca lalu menyelesaikannya dengan tuntas.

Masalah yang hadir tidak lepas dari tiga peran besar dalam hidup ini. Di mana peran utamanya adalah individu, lalu dibentuk pula oleh masyarakat jika pemikiran, perasaan dan aturan yang sama ingin muncul, perlu adanya keseriusan negara dalam meriayah pendidikan yang melahirkan peserta didik berkualitas.

Sistem pendidikan Islam adalah solusi alternatif. Jauh berbeda dengan sistem pendidikan sekuler yang sengaja memisahkan agama dari kehidupan. Jadi sistem ini tidak layak dijadikan pilihan oleh seorang Muslim.

Dan di dalam Islam adab lebih utama dari pada ilmu. Sebagaimana Imam Malik berkata, "Pelajari adab sebelum mempelajari suatu ilmu." Yusuf bin Al Husain berkata, "Dengan mempelajari adab, engkau jadi mudah memahami ilmu." 

Maka wajar saja saat ini remaja darurat adab kepada guru, sebab sistem sekuler sengaja memisahkan kehidupan dari agama. Penting lah bagi kita untuk kembali pada syariat Islam. Karena hanya sistem Islamlah yang memiliki visi misi yang jelas dalam membentuk peserta didik agar memiliki ilmu dan memiliki akhlak yang mulia.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Lia Haryati, S.Pd.i
(Pemerhati Remaja dan Pendidik)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments