Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Begal Hingga Perdagangan Ginjal, Kasus Kriminal Makin Brutal

TintaSiyasi.com -- Kasus kriminal di Bekasi tak ada habisnya. Makin hari kejahatan pun kian brutal. Rasa aman nyatanya sudah menjadi barang yang langka. Di media saja, berkali-kali terungkap tindakan kriminal yang tak pernah mereda. Yang belum terungkap, bisa saja lebih banyak lagi. Berikut ini adalah kasus kriminal anyar di Bekasi  yang berhasil dirangkum. 

Pertama, polisi menangkap pelaku pembunuhan sopir taksi online, di Cilangkara, Kecamatan Serangbaru, Kabupaten Bekasi. Tersangka merupakan penumpang taksi tersebut. Korban ditemukan berlumuran darah di dalam mobilnya dengan luka tikam di beberapa bagian tubuhnya. Kapolres menjelaskan, motif tersangka karena tersinggung setelah diberikan nasihat oleh korban tentang menjalani hidup. (infobekasi.co.id, 20/07/23)

Kedua, seorang pengamen berdandan badut bak Joker  meresahkan warga dengan mencoba melakukan aksi begal. Pengamen itu beroperasi di kawasan Sultan Agung, Kota Bekasi. Dalam aksinya, pelaku bahkan sampai membawa celurit untuk membuat korbannya takut. (bekaci.suara.com, 22/07/23). 

Sebelumnya juga pada 15 Juli 2023, seorang pria menjadi korban begal di kawasan Galaxy, Pekayon, Bekasi Selatan. Korban saat itu dipepet pelaku dengan modus menuduh korban sebagai penusuk saudaranya. Motor yang dikendarai korban berhasil dibawa kabur pelaku setelah korban menuruti mereka untuk masuk ke dalam sebuah gang. Di sejumlah titik di wilayah Kota Bekasi sudah dikenal menjadi tempat rawan begal. Misalnya di jalan Kober, Durenjaya, Bekasi Timur, sepanjang Kalimalang, lalu di kawasan Perumahan Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi. (bekaci.suara.com, 22/07/23)

Ketiga, Ditreskrimum Polda Metro Jaya membongkar kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) modus perdagangan ginjal jaringan Kamboja di Kecamatan Tarumaya, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Dalam kasus ini, ada 12 orang tersangka yang sudah ditetapkan pihak kepolisian. Mereka terdiri dari 10 orang sindikat, dan dua lainnya di luar sindikat. Sejumlah fakta terkait kasus perdagangan ginjal jaringan Kamboja terkuak di antaranya ada keterlibatan anggota Polri dan pegawai imigrasi, omset yang mencapai Rp 24.4 Miliar, pelaku memburu korban lewat medsos, dan korban diimingi Rp 135 juta. Rata-rata motif korban nekat menjual organnya tersebut karena karena masalah ekonomi hingga terlilit utang. (cnnindonesia.com, 21/07/23)

Faktor Penyebab Kejahatan
Cendekiawan muslim Ustaz Ismail Yusanto (UIY) menyebut setidaknya ada tiga faktor penyebab kejahatan. Pertama, hilangnya pembeda antara benar dan salah. Ketika orang tak mampu lagi membedakan perilaku itu benar dan salah, dia  pun akan menjadi orang yang kehilangan sensitifitas. Imbas dari kehilangan sensitifitas ini adalah tidak peduli lagi perbuatan tersebut adalah perbuatan melanggar atau dosa.

Kedua, lemahnya hukum. Hukuman yang ada saat ini  tidak menimbulkan efek jera, sehingga tidak mampu mencegah terjadinya kejahatan baru. Sebagaimana kita ketahui kejahatan itu bisa muncul karena adanya niat dan kesempatan, dimana keduanya wajib ditutup. Ustaz Ismail memberikan contoh jika  membunuh atau mencuri itu tidak dihukum dengan keras, maka seseorang tidak bisa menjaga diri dari niat membunuh atau mencuri.  Sementara kesempatan itu muncul karena aturan yang masih longgar. Contohnya, seseorang akan berani melanggar aturan saat berkendara di jalan raya seperti tidak memakai helm, ketika seseorang itu tahu tidak ada polisi atau pun tidak ada CCTV yang mengawasinya.

Maka tidak heran lemahnya sanksi dari negara memunculkan penjahat kambuhan, residivis dan sejenisnya. Bahkan yang sudah keluar dari penjara saja bisa menjadi lebih “pintar” berbuat jahat. Lebih parahnya lagi beberapa kejahatan justru digawangi bos-bos besar atau mafia kelas kakap yang mendapatkan perlindungan atau backingan dari orang-orang berkuasa. Kejahatan jadi semakin sulit dihentikan sebab para pembacking itu juga menikmati cipratan dari keuntungan menggiurkan bisnis-bisnis kejahatan raksasa.

Ketiga, adanya stimulus dari luar yang memicu kejahatan. Ustaz Ismail kembali mencontohkan banyak tontonan yang memunculkan konflik dendam yang penyelesaiannya dengan membunuh. Tontonan itu sangat  berpengaruh karena memiliki fungsi persuasi yang luar biasa dalam mempengaruhi alam berpikir manusia.  Apalagi saat ini dengan kemajuan teknologi media sosial, tontonan sama sekali tidak ada yang memfilter sehingga masyarakat dihujani tontonan yang akhirnya menjadi tuntunan.

Selain ketiga faktor tadi, tentu saja ada faktor lain, yaitu  kemiskinan dan kerapuhan iman. Kemiskinan menuntut orang untuk berpikir keras memenuhi kebutuhan hidup yang mau tau mau harus selalu dipenuhi. Kemiskinan yang diperparah dengan kerapuhan ketaatan kepada Allah-lah yang akhirnya membuat rasa takut untuk melakukan pelanggaran itu hilang. 

Inilah akibatnya jika sistem sekularisme kapitalisme yang diterapkan dalam kehidupan. Jauh dari kata aman, damai dan sejahtera. Dalam sistem seperti ini, penguasa sesungguhnya adalah kaum kapitalis, pemilik modal, bos-bos besar dan jajarannya. Mereka pun terus menerus bersikap rakus  dan negara pun menjadi abai dalam mengurusi urusan rakyat. Negara ada justru untuk membela kepentingan kaum kapitalis. Ujung-ujungnya rakyat yang menjadi korban, terutama warga yang miskin. Mereka mencari jalan pintas dengan melakukan kejahatan seperti pembegalan, pencurian sampai membunuh korbannya bahkan nekat menjual organ tubuh demi mendapatkan sejumlah uang.

Ini semua menunjukkan mandulnya peran negara dalam menyejahterakan warganya. Seharusnya negaralah yang berperan utama dalam memberikan lapangan pekerjaan, mengatur distribusi kekayaan, memberikan jaminan keamanan, pendidikan, kesehatan dan lain-lain sebagai bentuk tanggung jawab dalam mengurus dan melindungi rakyatnya.

Saatnya Kembali Pada Islam
Berbagai kasus kriminal brutal yang terjadi di wilayah Bekasi telah memberikan pelajaran penting untk kita bahwa sekali kita keluar dari ketentuan Allah, maka kita akan tersesat dalam kehidupan. Sementara  taat kepada ketentuan Allah dan Rasul-Nya itu akan menyelamatkan. Untuk itulah sudah tidak ada lagi alasan menolak penerapan syariat Islam dalam kehidupan, terutama dalam  bentuk institusi negara. 

Ketika Islam diterapkan secara kafah dalam kehidupan bernegara, negara akan membina warganya dengan landasan akidah di seluruh lapisan masyarakat dan juga seluruh wilayah kekuasaan Islam. Dari sini akan terbentuk  dan terjaga suasana keimanan di tengah-tengah umat sehingga ketika warganya beraktivitas sehari-hari akan senantiasa menyesuaikan perbuatannya dengan standar halal haram, baik buruk dari syariat Islam.  

Negara juga akan menyelenggarakan pengaturan urusan umat dengan aturan Islam di bidang ekonomi, sosial, peradilan, pendidikan, kesehatan politik luar negeri dan dalam negeri. Dengan penerapan Islam secara menyeluruh ini rakyat akan terpelihara agama, jiwanya, hartanya, sampai nyawanya. Rakyat pun hidup dalam rasa aman, tentram, tenang, dan sejahtera sehingga menutup peluang rakyat melakukan kejahatan-kejahatan karena sudah terjamin seluruh kebutuhannya. Lebih dari itu, jaminan keberkahan dan keridoan juga akan dilimpahkan oleh Allah Swt. bagi siapa pun yang melaksanakan ketaatan secara total kepada-Nya. Allah Swt. berfirman, “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”. (TQS. Al-A’raf: 96)

Oleh. Hanum Hanindita, S.Si.
Aktivis Muslimah

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments