TintaSiyasi.com -- Ramai berita seorang siswa SMP Negeri 2 Pringsurat yang berani membakar sekolah karena mengaku kerap menjadi korban bully oleh temannya. Kepala sekolah menyebutkan bahwa siswa tersebut suka mencari perhatian. Selain aksi siswa membakar sekolah itu pun tidak dilakukan secara spontan. Namun, siswa tersebut telah merencanakan pembakaran sekolah jauh hari sebelumnya. (bangkapos.com, 02/07/2023)
Dalam laman (liputan6.com, 03/07/2023), Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) meminta satuan pendidikan, terutama pihak SMP Negeri 2 Pringsurat, untuk lebih peka terhadap kasus pembullyan. Disampaikan juga, Perlu adanya dukungan keluarga sehingga anak mampu untuk menghadapi situasi tertekan secara psikis. Selain itu, perlu adanya sistem pendukung baik yang membuat anak mengelola emosinya, juga perlu peran pihak sekolah dalam menangani tindak kekerasan di sekolah. Maka, menjadikan korban segera pulih dan pelaku menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya lagi.
Sungguh hal yang tidak terduga yang bisa dilakukan oleh seorang anak sekolah. Anak yang seharusnya serius belajar untuk menggapai impian dan masa depan yang lebih baik. Justru disibukkan dengan hal yang tidak seharusnya dipikirkan bahkan dilakukan. Pelaku pembully yang merupakan temannya sendiri, begitu juga dengan korban yang dibully dan melakukan tindakan pembakaran yang kini ditetapkan sebagai tersangka. Tentu hal ini menambah potret buruk hasil pendidikan saat ini.
Pendidikan adalah mekanisme melanggengkan peradaban dan untuk menjaga nilai yang ada di masyarakat tetap ada adalah pendidikan. Jika perndidikan telah terbukti dapat membentuk akhlak mulia maka akan dipertahankan dalam sistem pendidikan. Sistem pendidikan bukan hanya untuk mencari ilmu dengan target tertentu, seperti segera lulus agar dapat bekerja dengan gaji yang besar ataupun untuk sekedar mendapatkan ilmu guna kepentingan dunia yang lain. Bahkan tidak jarang tuntutan orang tua juga demikian, agar anaknya segera lulus dengan nilai baik agar mendapatkan gaji yang besar.
Namun hal itu tidak bisa dipungkiri karena imbas dari orang tua yang menyekolahkan anaknya juga harus mengeluarkan biaya yang tinggi agar anaknya dapat mengenyam pendidikan. Mulai level PAUD, TK, SD, SMP, SMA, dan PT biaya yang harus dikeluarkan masing-masing orangtua beragam tingginya. Jika menginginkan anaknya mendapat pendidikan terbaik maka harus berani dan mampu mengeluarkan biaya besar untuk itu.
Orang tua sibuk bekerja untuk memenuhi segala keperluan hidup keluarganya, sehingga anak dibiarkan dan tidak sempat mendidik anak dalam ranah keluarga. Bahkan jika Kepsek menyampaikan bahwa pelaku pembakar sekolah itu hanya mencari perhatian saja, karena tidak mendapatkan perhatian dari keluarga, guru maupun pihak sekolah akhirnya melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan agar mendapatkan perhatian. Selain itu, lingkungan masyarakat yang tidak mendukung anak menjadi baik. Begitu juga dengan standart benar salah dan baik buruk yang tidak jelas digunakan dalam masyarakat. Maka dalam hal pembakaran sekolah yang dilakukan oleh siswa lantas apakah hanya salah siswa saja? Apakah salah pihak sekolah yang tidak dapat mendidik siswa dengan baik?
Tentu tidak serta merta salah individu siswa, sekolah maupun keluarga. Masalah ini adalah masalah yang kompleks dimana tidak cukup jika hanya diselesaikan hanya dari satu sisi. Maka inilah sejatinya buah pendidikan kapitalis, dimana pendidikan dalam kapitalisme merupakan konsumsi individu yang tidak setiap orang bisa merasakan dan guru menjadi pengasuh anak di sekolah dan orangtua melepaskan tanggung jawab pendidikan.
Pendidikan kapitalis sangat berbeda dengan pendidikan dalam islam. Pendidikan dalam sistem islam setiap individu berhak mendapat pendidikan. Setiap level pendidikan akan dikembalikan dengan bagaimana kebutuhan generasi dan akan dilayani seperti apa. Pemimpin dalam islam sebagai pelayan maka jika dibutuhkan sesuatu dalam level pendidikan akan diberikan layanan terbaik. Pendidikan dengan mempertahankan nilai baik menurut islam dan mendapatkan ridho Allah bukan pendidikan guna menunjukkan eksistensi pribadi. Jika dibutuhkan guru khusus maka negara yang menerapkan sistem islam akan menyediakan.
Islam memiliki strategi dalam mengatur pendidikan guna mencerdaskan dan juga dapat dijangkau masyarakat, diantara lain: pendidikan dalam islam dilakukan secara cuma-cuma atau gratis yang didukung dengan sistem ekonomi negara yang kuat, penanaman akidah sejak dini, adanya optimalisasi fasilitas dan segala penunjang pendidikan yang memadai, SDM yang mengelola dan memaksimalkan potensi SDA, dilakukannya kajian islam dan penguatan tsaqofah, dan negara menjaga masyarakat dengan pengendalian media dan apapun yang berpotensi merusak generasi, adanya sanksi tegas dengan pelanggaran hukum. Sehingga dengan strategi pengaturan sistem islam dalam naungan negara akan menghentikan segala macam persoalan yang terjadi di negeri bahkam di seluruh penjuru negeri dan bumi ini.
Oleh: Faridatus Sae, S.Sosio
Aktivis Muslimah
0 Comments