TintaSiyasi.com -- Penerapan sistem kapitalis dinegeri ini terus menghasilkan permasalahan demi permasalahan yang tiada henti. Bak mengali lubang terus menerus sehingga pada akhirnya akan menjerumuskan penggalinya kedalam lubang kenistaan.
Tidak heran jika masalah terus berkembang dalam sistem duniawi yang tidak berasaskan ketaatan kepada Allah SWT.
Masalah kian menyelimuti kehidupan hingga masyarakat tidak ada harapan lagi atas ketidakperdulian pemimpin terhadap segala permasalahan rakyatnya. Rakyat yang seharusnya mendapatkan perhatian sepenuhnya dari negara, terpaksa harus berdiri dengan kaki dan tumpuan sendiri agar bisa bertahan menghadapi kerasnya kehidupan disistem kapitalisme ini.
Baru baru ini, ramai dibahas tentang abainya negara terhadap rakyatnya. Tidak hanya penderitaan rakyat yang diabaikan, bahkan ide kreatif, inovatif dan karya anak bangsa pun tak dapat dihargai dan dikembangkan demi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ramai kasus penemuan Nikuba, mengingatkan berbagai penemuan anak bangsa yang tidak difasilitasi negara dalam riset lanjutan atau pengembangannya. SDM yang berkualitas tidak mendapat perhatian penuh dari negara. Di sisi lain, penemuan atau inovasi sering berbenturan dengan kepentingan para pengusaha. Negara sementara ini justru banyak berpihak pada pengusaha baik swasta ataupun asing.
Dikutip dari CNN Indonesia (09/07/2023), Penemu alat pengubah air menjadi bahan bakar kendaraan bernama Nikuba, Aryanto Misel mengumumkan dirinya tak butuh bantuan pemerintah terkait pengembangan atas inovasinya itu. Pasalnya penemuan Aryanto ini mendapat pengabaian dalam pengembangan nya dan setelah berhasil, alih alih menyambut hangat dan membiayai pengembangan inovasi tersebut. Negara dan pengusaha yang berkepentingan dalam bidang temuannya tersebut malah ingin memanfaatkan dengan cara "curang".
Kekecewaan Aryanto tersebut merupakan salah satu dari sekian banyaknya anak bangsa yang mampu untuk memberikan kontribusi dalam menemukan inovasi yg mutakhir dan sepatutnya didukung penuh oleh negara. Seperti Surono Danu seorang petani giat dan tekun meneliti beragam jenis bibit padi unggul lokal. Berbekal ketajaman mata dan alat penjepit atau pinset, Surono berhasil menemukan bibit padi unggul lokal. (Liputan6.com, 07/09/2023)
Padahal Surono ini merupakan salah satu temuan yang harus di kembangkan di negara ini mengingat makanan pokok rakyat Indonesia adalah hasil olahan padi. Namun lagi lagi SDM yang berkualitas seperti Surono harus bekerja dan berinovasi dengan kemampuan seadanya.
Inilah cara pandang yang terjadi didalam sistem demokrasi kapitalisme. Sistem kapitalis sekuler yang mementingkan azas manfaat diatas segalanya. Jika ada hal yang dapat menguntungkan pihak kapital, maka dibuatlah aturan yang pas sesuai dengan kehendak mereka. Yang terpenting dalam sistem kapitalisme ini adalah maslahat dan manfaat bagi individu atau kelompok sekalipun harus mengorbankan kepentingan rakyatnya.
Lalu mengapa kita masih tetap mempertahankan sistem yang sudah jelas rusak dan merusak ini?
Bukankan kita sebagai umat islam memiliki solusi hakiki untuk setiap permasalah dalam kehidupan?
Bukankan kita diciptakan di dunia ini lengkap dengan seperangkat aturan kehidupan yang dapat menjamin kehidupan kita dengan penuh berkah dari Allah SWT dan sudah langsung dipraktikkan oleh baginda Rasullulah saw, serta dilanjutkan oleh para sahabat?
Islam ialah jawaban dari setiap pertanyaan bagaimana mengubah sistem kapitalis menjadi sistem yang benar.
Islam ialah ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia. Didalam sistem islam, negara membutuhkan inovasi sebagai upaya menjadi negara adidaya yang terdepan dari negara atau ideologi lain.
Islam juga sangat menghargai ilmuwan dan akan medorong pengembangan teknologi. Didalam masa kejayaan negara islam. Banyak penemu dan ilmuan islam berkembang serta memberikan kemajuan teknologi yang mutakhir yang terbukti hingga kini masih memberikan manfaat bagi kehidupan.
Banyak ilmuwan dan penemu muslim dalam masa penerapan islam seperti Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Ibnu Rusyd. Para ilmuwan diposisikan secara terhormat. Buku yang ditulis atau hasil terjemahannya, diberi insentif diganti dengan emas seberat fisik bukunya. Dengan perlakuan negara seperti itu maka akan semakin menimbulkan kreatifitas rakyat nya untuk terus belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuannya. Negara turut andil dalam mendukung, memfasilitasi baik dari segi peralatan bahkan untuk memperluas wawasan dari para penemu atau ilmuan tersebut.
Seperti itulah cara islam dalam menghargai dan mendorong rakyatnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sungguh sangat jauh berbeda dengan perlakuan dalam sistem kapitalisme saat ini.
Wallahu a'lam biassawab
Oleh: Yusniah Tampubolon
Aktivis Muslimah
0 Comments