TintaSiyasi.com -- Nyaris Presiden RI ke-3 berpindah kewarganegaraan karena karya-karya mahsyur beliau. Kenapa dikatakan nyaris karena semua hasil karya beliau disambut hangat negara Jerman dan mayoritas dikembangkan di sana.
Inilah menjadi salah satu pelajaran besar ketika hasil karya warga negara sendiri dikacangin alias diabaikan oleh negara sendiri. Sungguh ide yang luar biasa adalah barang berharga yang harus diberikan kepercayaan bagi penemunya hingga dikembangkan di negaranya sendiri.
Seperti halnya baru-baru ini penemuan inovasi mengubah air menjadi bahan bakar yang disebut Nikuba. Penemunya sudah merasa sakit hati dengan negara sendiri.
Nikuba
Nikuba adalah sebuah alat yang dirancang Aryanto Misel mampu menggerakkan sepeda motor dengan bahan baku air menjadi bahan bakar mesin (BBM). Namun, air yang dimaksud bukan air biasa. Tapi air mineral murni yang sudah dipisahkan dengan kandungan logamnya.
Dengan teknologi nikuba itu, air diubah menjadi hidrogen dan mampu menggerakkan kendaraan bermotor. Bukan hanya sepeda motor, termasuk juga mobil. Tentu untuk mobil, nikuba yang digunakan berbeda dengan sepeda motor meski teknologinya sama saja (pikiranrakyat.com, 19/07/2023).
Baru-baru ini, Aryanto Misel mengatakan bahwa dirinya akan menjual Nikuba dengan harga Rp 15 miliar. Rencananya, Aryanto Misel akan menjual Nikuba ke perusahaan otomotif di Italia.
Abainya Negara
Kekecewaan diungkapkan karena dibantainya pernyataan sang penemu dengan wujud keseriusan. Pihak negara memberi pengakuan.
Handoko mengatakan bahwa pihaknya tidak dalam posisi memberi pengakuan atas suatu temuan. Karena pengakuan atas temuan itu datang dari komunitas ilmiah terkait (Kompas, 5/7/2023).
Fasilitas tersebut diberikan BRIN kepada masyarakat melalui Fasilitasi Inovasi Akar Rumput (FIAR). "Tetapi bukan memberi pengakuan," tandas Handoko. Yang terpenting, BRIN mendorong inventor atau inovator untuk bisa membuktikan secara ilmiah agar bisa diterima oleh komunitas."
Lebih lanjut Handoko ingin Aryanto menyempurnakan Nikuba secara bersama-sama. Pasalnya Nikuba adalah bahan bakar berbasis hidrogen yang memiliki banyak variasi dan temuan. Ia menjelaskan, dalam ranah sains diperlukan kehati-hatian hingga temuan dapat dibuktikan secara saintifik. Kalau di sains, kita harus cukup berhati-hati, jadi kita akan melihat bersama-sama. "Kita kembangkan sampai terbukti secara saintifik bisa diterima oleh komunitas ilmiah (Kompas, 5/7/2023).
Aryanto juga mengatakan tidak membutuhkan pemerintah maupun Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Karena setelah berhasil dan inovasinya barulah dilirik. Padahal setelah sekian lama berusa sendiri bersusah payah sejak SMP mempelajari.
Motivasi inovasi ini dilakukan karena melihat mahalnya harga BBM. Sehingga seharusnya sejak awal negara sudah membantu merealisasikan dna mempercayakan warganya mengembangkan ide-ide brilliant.
Tak Hanya Nikuba
Ramai kasus penemuan Nikuba, mengingatkan berbagai penemuan anak bangsa yang tidak berkembang atau tidak difasilitasi negara dalam riset lanjutan atau pengembangannya. Jadi tak hanya nikuba ini. Semestinya seperti gayung bersambut ketika melihat kegigihan anak bangsa serius dalam keahlian bahkan bakat yang dimilikinya.
SDM yang berkualitas tidak selalu mendapat perhatian negara. Dan sudah banyak faktanya terlihat. Penemuan-penemuan baru yang diabaikan. Di sisi lain, penemuan atau inovasi sering berbenturan dengan kepentingan para pengusaha. Negara sementara ini justru banyak berpihak pada pengusaha. Bukannya memiliki kemandirian mengembangkan inovasi bersama rakyat dan dikembalikan kepada kepentingan seluruh rakyat.
Tata aturan yang salah dari akar memang jadi inti permasalahannya. Dapat dilihat jelas tujuan hanya pada mementingkan pihak pengusaha dan penguasa. Bukan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat setiap individunya.
Oleh karena itu, tata aturan yang salah inilah yang pertama dan utama diperbaiki dahulu diganti dengan aturan yang benar. Aturan yang menghargai hasil karya warganya dengan membantu bekerjasama mengembangkannya. Hingga pada tahap akhir yang memberikan hasil untuk kesejahteraan secara menyeluruh.
Tata Aturan Benar
Jika ingin melihat keberhasilan suatu negara kita bisa melihat masyarakatmya. Bagaiman cara masyarakat mampu merasakan seperti apa ketenangan tanpa protes dalam merasakan kesejahteraan. Berawal dapat dilihat dari SDM yang berkualitas. Kualitasnya bisa ditentukan dari kualitas sistem pendidikan yang didapatkan baik dari pengajar,kurikulum, ketersediaan fasilitas pendidikan.
Sudah sepatutnya negara membutuhkan inovasi dalam upayanya menjadi negara adidaya yang terdepan. Itu bisa ditemui saat negara menghargai sdm berkualitas dalam hali ini ilmuwan serta mendorongnya dalam pengembangan teknologi.
Ketika SDM berkualitas tentunya akan terus menghasilkan karya yang luar biasa dan itu disambut baik oleh negara. Hingga terbentuk kemandirian negara tanpa ketergantungan dengan negara lain. Kita dapat mengambil contoh dalam tata aturan Islam.
Dalam sistem Islam cara kerja yang berintegritas menjadi syarat mutlak bagi para pemangku kebijakan yang selalu berkarya bersama rakyatnya. Seperti yang disabdakan oleh rasulullah, "Sesungguhnya Allah mencintai orang Mukmin yang berkarya." (HR.Baihaqi).
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Sri Rahmayani, S.Kom.
(Aktivis Pemerhati Masyarakat)
0 Comments