TintaSiyasi.com -- “Bila mana di (negeri) mana pun, kehidupan bernegara kerap/akan dilanda krisis yang berat bila ia tidak berhasil melahirkan seorang negarawan.” Ungkapan ini dikenal dengan Aforisme yang disampaikan oleh James Freeman Clarke, seorang penulis, politikus dan teolog Amerika Serikat abad 19. Pesan tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, "Hari ini tidak mudah menemukan negarawan meski banyak sekali pemimpin yang berasal dari politisi. Namun, politisi belum tentu negarawan, maka jadilah negarawan. Kalau sudah memimpin negeri ini, mestinya akan mewujud sebagai sosok negarawan" saat menutup Rapat Pimpinan Daerah Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI Jawa Timur) di Auditorium Perpusnas Bung Karno, Blitar, Minggu (25/6).
Ungkapan Khofifah tersebut cukup menggambarkan definisi seorang negarawan dalam sistem demokrasi. Seorang negarawan adalah orang yang memerintah suatu negara atau seringkali dijadikan julukan bagi penguasa suatu negeri (kepala negara, perdana menteri dan posisi pemerintahan lainnya). Tentu sangat relate dengan statement “Kalau sudah memimpin negeri ini, mestinya akan mewujud sebagai sosok negarawan”.
Namun, ironinya banyaknya kalangan yang terjun dalam perpolitikan demokrasi hari ini mulai dari rakyat biasa, kyai, pebisnis, anak muda hingga para artis ternyata tak kunjung menjadikan kehidupan bernegara negeri ini membaik. Kemiskinan, pengangguran, kesehatan mahal, pendidikan sulit dijangkau, fasilitas negara yang tidak merata seperti yang viral beberapa bulan lalu di Lampung, hingga korupsi yang dilakukan oleh elit politik, membuat bangsa kita mulai kehilangan harapan dan optimisme untuk keluar dari krisis tersebut.
Kondisi ini membuat Khofifah terus menyuntikkan semangat kepada para pemuda agar ikut terlibat dan ikut berperan dalam kancah perpolitik saat ini. “Beberapa negara yang sudah mengalami bonus demografi ternyata justru stuck, maka Indonesia harus bersiap. Bonus demografi haruslah menjadi pintu pembuka menuju kemajuan-kemajuan dan kehebatan-kehebatan baru," ujarnya. Beliau memandang bonus demografi yang dialami oleh milenials dan gen-Z harus dimanfaatkan agar tercetak sosok negarawan muda di negeri ini. Dalam sistem demokrasi sosok negawaran muda lahir dan tercetak karena keterlibatannya dalam peran politik dengan menjadi bagian dari partai politik atau sekadar menyalurkan suaranya 5 tahun sekali. Berbagai upaya dilakukan untuk menjadikan milenials dan gen-Z antusias dengan peran politiknya menuju 2024. Promosinya pun semakin kreatif dilakukan, mulai dari podcast politik dibalut komedi, seminar-seminar di area kampus hingga lagu viral yang memenuhi beranda media sosial. Berbagai hal tersebut dilakukan agar para pemuda tidak apolitis dan tercetak menjadi seorang negarawan.
Negarawan Versi Islam
Definisi negarawan dalam sistem demokrasi ini, berbeda dengan pandangan Islam. Dalam bukunya yang berjudul Pemikiran Politik Islam karya Syekh Abdul Qodir Zallum, beliau mendefiniskan bahwa seorang Negarawan adalah pemimpin politik tertinggi namun tidak perlu menjabat sebagai penguasa. Dia adalah sosok yang dirasakan pemikiran dan tanggungjawabnya karena senantiasa merespon urusan-urusan umat dengan pemikiran Islam.
Seorang negarawan adalah ia yang memiliki cita-cita besar sebagai pemimpin orang-orang yang bertakwa (Al Furqon : 74) yang mampu mengemban peran besar dan cita-cita kepemimpinan atas umat Muhammad SAW. Sehingga ada 4 karakter negarawan yang harusnya terbentuk yaitu : Memiliki mentalitas dan kepribadian pemimpin, mampu mengatur urusan kenegaraan (mampu berpikir secara komprehensif bukan parsial), mampu melakukan problem solving (mampu menyelesaikan masalah secara keilmuwannya atau dalam perkara hukum syarak), mampu mengendalikan hubungan pribadi dan urusan umum (harmonisasi kehidupan pribadi dan dakwah).
Cara yang dilakukan untuk memunculkan sosok negarawan baru dalam Islam juga sangat berbeda dengan sistem demokrasi. Kaum Muslim dapat memperbanyak jumlah negarawan baru dengan melakukan pembinaan politik yang didasarkan pada akidah Islam. Karena Islam merupakan pemikiran menyeluruh tentang manusia, kehidupan dan alam semesta. Bekal lahirnya sosok negarawan ini di antaranya adalah : (1) Dia memiliki sudut pandang yang menyeluruh dan khas tentang kehidupan, (2) memiliki sudut pandang tertentu tentang kebahagiaan hakiki bagi masyarakat dan (3) memiliki keyakinan akan sebuah peradaban yang akan diwujudkan.
Seorang negarawan akan menjelaskan kepada umat mengenai pandangan Islam dalam menyolusi persoalan disekitarnya. Semisal masalah korupsi, maka negarawan ini akan menjelaskan bagaimana Islam memandang pejabat yang korupsi atau bagaimana Islam memandang kekayaan alam agar dapat mensejahterakan masyarakat. Dia akan terus merespon permasalahan yang kekinian dan diberikan tawarkan solusi dalam pandangan Islam. Tentu saja sosok negarawan ini, bisa diupayakan oleh siapa saja yang menjalankan perannya sebagai seorang generasi muslim dengan penglihatan jauh kedepan yaitu punya cita-cita besar, visioner dan hanya akan diemban oleh mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk menjadi pemimpin orang-orang yang bertakwa.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Nuning Wulandari, S.Tr.T.
Aktivis Back to Muslim Identity, Founder of Instbook Community
0 Comments