Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Miris, Kesejahteraan Dalam Sistem Kapitalis Mahal

Tintasiyasi.com -- Kemiskinan semakin meningkat dengan banyaknya penawaran pinjaman online (pinjol) di mana-mana. Merasa beban kebutuhan di tengah-tengah masyarakat semakin mahal, tidak menutup kemungkinan banyak orang melakukan peminjaman online tanpa dipikirkan terlebih dahulu bagaimana perhitungan pembayarannya. 

Dilansir dari katadata.co.id (14/7), jumlah penyaluran pinjaman online (pinjol) meningkat pada Mei 2023 dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembiayaan melalui fintech peer to peer (P2P) lending pada Mei 2023 tercatat sebesar Rp51,46 triliun, tumbuh sebesar 28,11% year-on-year (YoY). Dari jumlah tersebut, sebesar 38,39% disalurkan kepada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan rincian sebesar Rp15,63 triliun disalurkan kepada pelaku usaha perseorangan dan badan usaha sebesar Rp4,13 triliun. Secara umum, sekitar Rp40 triliun atau sebesar 77,9% dari jumlah pinjaman yang masih beredar pada Mei 2023 mengalir ke peminjam yang berada di Pulau Jawa.

Saat ini atmosfer kehidupan didominasi oleh gaya hedonis, sehingga tidak sedikit orang yang berani melakukan apa saja demi memenuhi kepuasannya sendiri, tidak memiliki skala prioritas mana kebutuhan dan mana keinginan. Selama itu viral atau tren, maka harus segera dimiliki. Sikap seperti ini pun sudah menjalar ke berbagai kalangan baik orang tua maupun anak muda. 

Hal ini membuktikan bahwa banyak orang yang melakukan pinjaman online bukan sekadar karena kebutuhan melainkan demi obsesi dan keinginan, bahkan ada yang hanya sekadar ikut-ikutan tren. Mereka seolah-olah 'terpaksa' melakukan pinjol, karena pengaruh lingkungan di sekitar yang sangat besar.

Selain itu, banyak orang yang tergiur melakukan pinjol karena terpengaruh banyaknya iklan-iklan yang bertebaran. Mulai dari penawaran menarik dan unik hingga penawaran pinjaman dalam jumlah tinggi tanpa perlu membayar pinjaman tersebut karena berasal dari pinjol ilegal. Kenapa bisa begini? Karena ada saja di kalangan masyarakat yang percaya dengan iklan-iklan yang menurut logika tidak masuk akal. 

Memang benar, tidak semua yang melakukan pinjol hanya untuk bersenang-senang. Ada juga yang melakukannya karena kesulitan ekonomi, untuk pengobatan, modal usaha, dan lain-lain. Namun mirisnya, saat masyarakat sulit mendapatkan akses kesejahteraan, bahkan sampai harus mengambil pinjol karena desakan kebutuhan hidup, negara terkesan biasa saja atau cuek terhadap kasus tersebut, padahal banyak sekali masyarakat yang merasa tertekan hingga stres memikirkan pembayaran pinjol ini, hingga banyak sekali dari kasus pinjol berakhir dengan hilangnya nyawa. Sangat ironis, ketika rakyat berharap ada tanggapan serius dan nyata tentang pinjol, pemerintah seperti berlepas tangan, padahal sudah seharusnya negara bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang terbaik dalam kesejahteraan rakyatnya.

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya mempunyai bekal keimanan yang kuat pada diri kita, agar tidak terjebak dengan penawaran-penawaran yang akan menyengsarakan kita di akhir kemudian. Maka keimanan adalah pondasi utama ketika terjun di lingkungan masyarakat untuk menjaga diri dari hal-hal yang melanggar syari'at Islam.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Ali-Imran ayat 130 yang artinya;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir.”

Islam melarang kita untuk hidup berfoya-foya dan menganjurkan kita untuk hidup sederhana. Perlunya membatasi atau mengontrol diri dari hal-hal yang tidak bermanfaat seperti boros dan mubazir harus dilakukan. Begitu pun dengan Islam yang mengharamkan riba dan menjauhinya dengan cara apa pun, meski oleh lembaga yang dilegalkan pemerintah.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Al-Baqarah ayat 276; 

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.”

Islam juga mengatur kebutuhan manusia sesuai fitrahnya. Kesejahteraan, ketenangan, dan ketentraman adalah hak bagi rakyat. Namun rakyat hanya akan merasakan semua itu ketika sistem kufur diganti dengan sistem Islam. Wallahu'alam bishashawab.[]

Oleh: Rina Karlina
(Aktivis Muslimah Kab. Bandung)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments