TintaSiyasi.com -- Dunia pendidikan tidak sedang baik-baik saja. Di era kapitalisme segala sesuatu dijadikan ladang bisnis termasuk dunia pendidikan.
Dalam dunia kuliah tentu kita sering mendengar kata magang khusus mahasiswa. Mahasiswa menjalankan magang untuk mendapatkan pembelajaran secara langsung sebagai persiapan mereka memasuki dunia pekerjaan. Magang jelas berbeda dengan bekerja. Sayangnya magang disalah gunakan akibat kerakusan oknum.
Dikutip dari liputan6.com (28 Juni 2023), Korban TPPO (Tindak Pidana Perdagangan Orang) yang bekerja selama 14 jam dari jam 8 pagi sampai dengan jam 10 malam selama 7 hari tanpa libur. Untuk istirahat, hanya diberikan waktu 10-15 menit untuk makan dan tidak diizinkan untuk melaksanakan ibadah. Korban diupah sebesar 50.000 Yen (Rp5.000.000/bulan) dan korban harus memberikan dana kontribusi ke kampus sebesar 17.500 Yen atau setara sekira Rp2 juta per bulan.
Mirisnya dunia pendidikan di sistem kapitalis sekularisme menjadikan mahasiswa/pelajar rawan menjadi TPPO. Sehingga harus waspada praktek PKL pada mahasiswa. Seharusnya siswa belajar mendapatkan ilmu. Tapi, kenyataannya mahasiswa magang dipekerjakan dan dimanfaatkan oknum bahkan tanpa digaji karena dianggap mahasiswa yang sedang magang.
Artinya mahasiswa menjadi bahan eksploitasi orang-orang kapitalis demi mendapatkan keuntungan tersendiri. Sistem sekuler (pemisahan agama dari kehidupan), telah menghancurkan generasi Muslim. Mahasiswa tidak berdaya dan mengikuti sistem walaupun bertentangan dengan fitrah mereka sebagai manusia. Akhirnya mahasiswa belajar dan bekerja bagaikan robot. Ilmu yang didapat juga tidak banyak pengaruh di tengah-tengah umat. Sebab, pemuda sibuk untuk menghasilkan uang demi memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Belum lagi beban moral yang dirasa ketika melakukan aktivitas mencari nafkah. Bahkan, tidak sedikit pemuda frustasi dengan keadaan karena tidak sanggup menghadapi kerasnya dunia kapitalisme yang mau tidak mau terikat.
Islam menjadikan sistem pendidikan terbaik sehingga mampu menyiapkan SDM yang berkualitas. Demikian pula dalam menyediakan pendidikan praktis guna menguatkan pembelajaran.
Islam memandang pendidikan itu sangat penting adanya. Proses mencari ilmu itulah para generasi muslim dapat menunjang taraf hidupnya dan memberikan posisi mulia dihadapan Allah SWT dan manusia lainnya.
Berbeda dengan generasi di sistem kapitalis sekuler para generasi Muslim krisis jati diri sehingga menjadikannya budak kapitalis. Ilmu yang diterapkan sebatas untuk mencari keuntungan tanpa mau rugi.
Islam sangat memperhatikan kebutuhan pemuda/pelajar/mahasiswa dalam menempuh dunia pendidikan. Negara wajib menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan para pelajar/mahasiswa seperti perpustakaan, laboratorium, dan sarana-sarana lainnya untuk menunjang pengetahuan.
Negara juga akan mempersiapkan generasi Muslim menjadi ilmuwan, termasuk spesialis di semua bidang kehidupan baik dalam hukum Islam, ilmu fikih dan peradilan ataupun dalam sains seperti teknik, kimia, fisika, kedokteran dan sebagainya. Lulusan sarjana akan menjadi ulama dan ilmuwan yang mumpuni berguna bagi agama nusa dan Bangsa. Bukan hanya sekadar alat produksi kapitalisme yang mana mahasiswa hanya dieksploitasi. Itulah era keemasan
dalam dunia Islam yang sistemnya memanusiakan manusia tidak hanya sekedar ambil keuntungan semata tetapi lebih mencari ridha Allah SWT dan ilmu yang diterapkan berguna bagi umat dan kemajuan negara.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Hayunila Nuris
Aktivis Muslimah
0 Comments