TintaSiyasi.com -- Maraknya aksi kriminal makin meresahkan masyarakat Kota Medan. Di antaranya ialah banyaknya kasus begal, tawuran, dan aksi pencurian. Aksi pembegalan begitu meresahkan warga Medan akhir-akhir ini salah satunya ialah Mahasiswa Universitas Swasta di Medan yang tewas setelah menjadi korban pembacokan oleh komplotan begal. Peristiwa yang menewaskan mahasiswa tersebut terjadi pada Rabu (14/06/2023) dini hari di Jalan Mustafa, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan, Sumatera Utara.
Dilansir dari Kompas.com (14/06/2023), Wali Kota Medan, Bobby Nasution mengharapkan pihak kepolisan untuk menindak tegas para pelaku kriminal dan vandalisme, pelaku tawuran, begal, pencurian, bahkan narkoba. Bobby menuturkan, untuk mencegah para pemuda terjebak dalam penyalahgunaan narkoba, Pemko Medan melaksanakan berbagai progam positif hingga saat ini. "Program itu antara lain pembenahan infrastruktur olahraga, beasiswa prestasi akademik, pelatihan siap kerja dan job fair, pembinaan kepemudaan, ruang kreasi, aktivasi komite ekonomi kreatif, dan Pemuda Bela Negara atau PBN," tuturnya.
Dilansir dari Analisadaily.com (02/07/2023), rogram yang diberikan oleh pemerintah merupakan program yang positif dan patut diapresiasi. Namun, tidak ada mekanisme yang dapat menjamin pemuda yang ikut program pemerintah tersebut merupakan pemuda yang melakukan aksi kriminal tersebut. Maka, solusi yang diberikan pemerintah dengan mengadakan berbagai program positif untuk mencegah para pemuda terjebak dalam tindakan kriminal bukanlah solusi yang tuntas dalam mengatasi permasalahan kenakalan remaja saat ini. Karena akar permasalahannya bukan terletak pada para pemuda yang tidak mengetahui adanya kegiatan-kegiatan positif untuk mereka lakukan, namun akar permasalahannya terletak pada penerapan sistem kapitalisme sekuler yang berasas pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga peran agama tak lagi berkontribusi dalam mengatur kehidupan.
Hal yang melatarbelakangi adanya kenakalan remaja yang terjadi disebabkan oleh berbagai aspek, di antaranya adalah kurangnya pengasuhan dari keluarga. Peran keluarga merupakan benteng pertama bagi pertahanan anak. Diperlukan adanya pola pengasuhan dan pembinaan yang baik untuk membentuk kepribadian yang baik bagi anak. Ditambah kondisi ekonomi yang sulit sehingga orang tua hanya sibuk untuk bekerja tanpa memberikan perhatiannya pada anak, dan kurangnya peran orang tua sebagai sekolah pertama atau madrasatul ula akan mengakibatkan anak kehilangan porsi pembinaan dari orang tua. Anak menjadi tidak dekat dengan orang tua, tidak terjalin komunikasi yang baik antara anak dengan orang tua, sehingga anak akan mencari kesenangan di luar.
Sistem pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan, dengan kurikulum yang minim dari nilai-nilai agama, bahkan pelajaran agama hanya mendapat porsi 2 jam dalam sepekan sebatas formalitas pemenuhan kurikulum akademik semata. Sekolah hanya berperan dalam mentransfer ilmu akademik semata tanpa mengaitkannya dengan pemahaman agama.
Di tengah kondisi lingkungan yang serba bebas akibat penerapan sistem kapitalisme liberalisme dan juga di tengah fakta tatanan kehidupan masyarakat yang sudah begitu rusak, sangat sulit memfilter pergaulan yang sehat hari ini, ditambah dengan kurangnya kontrol masyarakat dalam mencegah aksi kenakalan remaja saat ini. Maka wajar jika remaja hari ini diwarnai dengan aksi-aksi kriminal, pergaulan bebas, narkoba, serta minim prestasi.
Berbeda halnya jika dalam sistem Islam yang berlandaskan pada keimanan kepada Allah akan menghasilkan generasi cemerlang yang bertaqwa kepada Allah SWT. Sistem Islam memberikan petunjuk tentang cara membentuk karakter pemuda yang baik. Dalam hal ini, butuh dukungan dari keluarga. Orang tua berperan penting mendidik anak dengan panduan Islam.
Pemahaman mengenai akidah harus ditanamkan sejak dini dalam rangka mengenalkan dirinya pada Rabbnya. Sehingga anak memiliki karakter dan kepribadian yang shalih yang senantiasa takut untuk bermaksiat. Sistem Islam juga akan menghasilkan kontrol masyarakat. Dengan sistem pendidikan yang berbasis pada akidah, kurikulumnya disusun untuk membentuk kepribadian Islam yang utuh pada siswa, baik dari sisi akidah, tsaqofah, maupun penguasaan iptek.
Media sosial dilarang menayangkan kekerasan fisik/nonfisik yang dicontoh anak, seperti bullying tawuran dan seterusnya. Semua elemen kompak dan saling support, baik individu, keluarga, masayarakat, hingga negara. Syariat Islam menetapkan bahwa standar perbuatan ditentukan oleh halal dan haram, sehingga ada batasan dalam melakukan segala perbuatan.
Negara dalam sistem Islam kaffah menerapkan aturan tegas yang bisa memberikan efek jera. Islam dengan tegas melarang kekerasan, menyakiti orang lain dan melakukan kejahatan baik verbal maupun fisik. Dalam hukum Islam pelaku begal termasuk kriteria hirabah, yaitu dengan sanksi dibunuh, disalib atau di potong tangan dan kakinya secara bersilang. Dengan solusi yang diberikan dalam sistem Islam, maka akan meminimalisir bahkan menghilangkan kasus kenakalan remaja yang terjadi saat ini dan sistem Islam akan membawa kita kepada ketaatan pada Allah SWT, insyaallah.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Nurul Fadillah
(Aktivis Muslimah)
0 Comments