Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Mahasiswa Magang Tereksploitasi dan Terjebak Sindikat Perdagangan Orang

TintaSiyasi.com -- Terungkap kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) dengan modus program magang ke Jepang yaitu mahasiswa sebagai korban. Selama 1 tahun magang, para korban bukan merasakan aktivitas layaknya magang, tetapi bekerja seperti buruh. (Liputan 6, 28/06/2023).

Korban menjelaskan beberapa hal yang dialaminya, yaitu mulai dari diharuskannya bekerja selama 14 jam sejak pukul 08.00 sampai 22.00 setiap harinya, selama 7 hari dalam seminggu alias tidak ada libur. Adapun waktu istirahat yang didapatkan hanya berkisar 10-15 menit dan hanya cukup digunakan untuk makan saja, bahkan tidak diizinkan untuk melaksanakan ibadah. (Kompas.com, 04/07/2023).

Tentu hal ini bertentangan dengan aturan yang tertulis dalam Permendikbud 03 Tahun 2020 Pasal 29 yang berisi bahwa pembelajaran 1 SKS adalah 170 menit dalam 1 minggu, per semester. Belum lagi para korban pun dicekik dengan harus memberikan dana kontribusi sebesar 17.000 Yen atau Rp2 juta per bulan. Padahal gaji yang didapatkan hanyalah 50.000 Yen atau Rp5 juta per bulan.

Hal ini tentu menampar dunia pendidikan. Magang yang seharusnya menjadi jalan praktik pembelajaran secara langsung, nyatanya disalahgunakan oleh kerakusan oknum. Ini menunjukkan negara masih lemah dalam menjaga keamanan dari segala bentuk kejahatan dan eksploitasi di dunia pendidikan.

Terlebih kasus semacam ini bukanlah yang pertama, ini sudah menjadi modus lama bahkan sejak 15 tahun yang lalu yang menyasar peserta magang mulai dari jenjang SMK hingga Kuliah. Komnas HAM pun mendesak agar Kemendikbudristek bisa bertanggung jawab atas hal ini. Namun, peran tanggung jawabnya saat ini masihlah belum terasa dan belum berjalan baik di tengah masyarakat. Inilah imbas dari sistem kapitalisme yang bukannya memberi keamanan malah membuat masyarakat resah dan merugi.

Potret Nyata Kapitalisme

Kasus ini tentunya tidak terjadi begitu saja, ini adalah penggabungan dari berbagai problem di sistem kapitalisme yang tidak terselesaikan. Asas meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dengan modal sekecil-kecilnya menciptakan otoritas masyarakat hanya berlabuh pada materi. Bahkan sedari kecil masyarakat sudah dibiasakan bahwa pendidikan adalah jalan untuk meraih pundi-pundi keuntungan. Itulah yang membuat spirit pendidikan terkisis bahkan hilang dari benak masyarakat. 

Sistem kapitalisme ini pun melahirkan sekularisme yang membuahkan dampak negatif. Bagaimana tidak? pemisahan agama dari kehidupan membuat orang rela melakukan apa saja demi melayangkan keinginannya. Parahnya lagi, semua itu diperkokoh dengan latar belakang materialistik. Terlahirlah oknum-oknum yang mengeksploitasi masyarakat demi kerakusannya semata.

Bahkan tidak sedikit peserta magang dianggap bisa dipekerjakan begitu saja tanpa gaji sepeser pun, justru di sinilah peluang eksploitasi peserta magang meningkat. Fakta ini barulah segelintir dari banyaknya eksploitasi yang masih berlangsung. Untuk menyelesaikannya tentu perlu sistem terbaik dan semua itu hanya bisa diraih dengan penerapan sistem Islam secara menyeluruh.


Islamlah Sistem Terbaik

Di dalam Islam, semua hal diperhatikan dengan terperinci dari akar hingga daun. Sebagaimana kita ketahui bahwa Islam bukanlah mengatur perihal ibadah saja, melainkan juga mengatur seluruh aspek kehidupan bagi masyarakat. Mulai dari pendidikan, ekonomi, sosial, dan lainnya.

Dengan diterapkannya sistem Islam di dalam kehidupan, maka masyarakat akan terkontrol mulai dari niat, pemikiran dan sikapnya. Misalnya dalam pendidikan Islam, di dalamnya terdapat target yang bertolak belakang dengan sistem kapitalisme. Yaitu Islam berfokus untuk mencetak generasi berkepribadian Islam, bukan bermental pekerja semata.

Dengan itu, ilmu yang didapatkan akan menjadi bahan bakar untuk menghadapi problem kehidupan, bukan sebatas gelar atau asas materialistik seperti banyak ditemukan hari ini. Hal tersebut menjadi kekuatan bagi masyarakat dalam menghadapi kehidupan dan pastinya menciptakan spirit yang unggul yaitu manusia-manusia yang menjunjung tinggi ilmu dan mau berperan bagi masyarakat. 

Islam pun membiasakan dan memfasilitasi agar masyarakat terikat dengan hukum syara. Maka, segala macam hal yang dilakukan selalu memiliki kesadaran akan hubungan dengan Sang Pencipta. Pola pikir dan sikap yang berlandaskan Islam akan mampu menghentikan tindakan kejahatan seperti kerakusan, eksploitasi, dan masih banyak lagi. Dengan demikian tidak akan didapati sosok yang menghalalkan segala cara demi keuntungan pribadi semata.

Semua itu adalah realisasi dari pertanggungjawaban negara di bidang pendidikan dan urusan publik. Tentunya ini hanya bisa dicapai di bawah naungan Khilafah. Dengan begitu pendidikan terbaik akan menjadi nyata serta menghasilkan generasi unggul berkualitas. Bukan hanya itu, kejahatan di sektor mana pun juga akan terhempaskan dan masyarakat dapat hidup dengan aman terkendali.

Wallahu a’lam bishawab.

Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Aktivis Muslimah


Baca Juga

Post a Comment

0 Comments