Tintasiyasi.com -- Sejak diresmikannya ponpes Al Zaytun oleh presiden ke-3, BJ. Habibi, pada tahun 1999 silam, ponpes yang dipimpin oleh Panji Gumilang ini kerap mendapat sorotan publik. Hal ini mungkin disebabkan karena banyaknya penyimpangan yang dilihat oleh masyarakat. Meski telah dilaporkan dan difatwakan sesat oleh MUI, nyatanya Al Zaytun masih tetap eksis hingga kini.
Akhir-akhir ini ponpes tersebut ramai diperbincangkan di berbagai media karena telah nyata-nyata menampakkan penyimpangan di hadapan publik. Bermula dari video pelaksanaan sholat Idul Fitri 1444 H yang memperlihatkan adanya sosok wanita di shaf paling depan. Setelah dikonfirmasi, Panji Gumilang tidak menampik hal itu, justru ia mengatakan kalau itu sesuai seperti yang terdapat di dalam Al-Qur'an jika laki-laki dan perempuan itu sejajar. Tentu saja hal ini menuai banyak komentar dari banyak kalangan kaum muslim.
Kemudian muncul pula ucapan salam Panji Gumilang kepada pengikutnya dengan salam yang khas dan diduga sebagai salam yahudi. Lebih parah lagi, ada pernyataan Panji Gumilang tentang Al-Qur'an yang menurutnya itu adalah perkataan Nabi Muhammad, bukan firman Allah. Serta beberapa pernyataan nyeleneh yang di luar aturan Islam pada umumnya.
Di negeri ini banyak kita jumpai aliran-aliran sesat. Ini terjadi karena sistem saat ini yaitu demokrasi, menjunjung tinggi kebebasan serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang Islam. Aliran sesat ini sangat mudah masuk ke tengah-tengah masyarakat yang tentunya masih awam dengan agamanya sendiri. Terlebih lagi dengan kaum minoritas yang ingin diakui eksistensinya tanpa menyebabkan kerusuhan, alhasil mereka mencatut nama agama yang dikenal masyarakat dan populer. Misal entitas Yahudi di Indonesia yang mencatut Islam, atau Sikh mencatut nama Hindu.
Saat ini pemerintah sedang menyelidiki kasus yang menyangkut keberadaan ponpes ini, yang menurut Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, ponpes ini sangat meresahkan masyarakat karena ajarannya menyimpang dari ajaran Islam.
Sejatinya sejak 2002 silam, MUI telah mempublikasikan hasil penelitian tentang ponpes Al-Zaytun, bahwa praktik keagamaan di ponpes tersebut memang terindikasi menyimpang. Hasil tersebut sangat jelas dan dapat dipertanggungjawabkan. Tapi sayangnya laporan MUI tersebut dipandang sebelah mata oleh pemerintah dan tak berkelanjutan.
11 tahun kemudian, setelah viral melalui media sosial dan ajaran sesatnya sudah terang-terangan, barulah pemerintah merespon laporan MUI. Dan anehnya lagi, Panji Gumilang tidak pernah mengakui kekeliruannya meskipun telah didesak dan didudukkan oleh banyak pihak. Justru, dialah yang mengajari para pewawancaranya dan menegaskan bahwa pendapatnya telah sesuai dengan yang diajarkan Islam.
Dalam Islam orang-orang seperti Panji Gumilang ini sudah ada sejak zaman Rasulullah, sebut saja Musailamah al Kadzab yang mengakui dirinya sebagai seorang Nabi. Dia hidup di masa Rasulullah, bahkan pernah mengirim surat kepada Rasulullah bahwa dirinya sama seperti nabi-nabi yang lain. Utusan Allah untuk manusia di muka bumi.
Ketika Rasulullah wafat, bertambahlah opini yang dibuatnya. Saking geramnya, Khalifah Abu Bakar memutuskan bahwa yang harus ia tumpaskan terlebih dahulu adalah memerangi para nabi palsu, termasuk Musailamah al Kadzab ini. Pada akhirnya, ia terbunuh dalam perang Yamamah yang dipimpin oleh Khalifah Abu Bakar. Musailamah tewas di tangan Wahsyi bin Harb. Inilah sanksi Islam pada orang-orang yang menyesatkan.
Oleh karena itu, sudah selayaknya mulai saat ini kita belajar Islam secara kaffah dan mencari guru yang mengerti tentang Islam dan hukum-hukumnya. Jangan mudah percaya pada oknum yang seolah mengajarkan Islam, sebelum terbukti benar-benar tidak ada yang menyesatkan dari yang diajarkannya. Wallahu a'lam bishowab.[]
Oleh: Nur Hidayati
(Jembrana-Bali)
0 Comments