TintaSiyasi.com -- Aksi pembakaran Al-Qur’an kembali terjadi di Swedia, kali ini berlangsung di tengah meriahnya umat muslim merayakan Idul Adha. Beberapa warga yang berada di lokasi unjuk rasa menilai tindakan pria asal Irak yang pindah ke Swedia, Salwan Momika, sebagai bentuk provokasi. (BBC News Indonesia, 30/06/2023).
Sebelumnya, masih ditahun yang sama tepatnya pada hari Sabtu 21 Januari 2023, seorang ekstremis sayap kanan Swedia-Denmark Ramus Paludan membakar mushaf Al-Qur’an di depan Kedutaan Besar Turki di Stockholm. Selain Swedia, menurut CNBC Indonesia Research, ada beberapa negara lain yang memiliki politisi dengan pandangan anti muslim dan bahkan secara terang-terangan menyerukan anti muslim di publik. Negara-negara tesebut adalah Perancis, India, Jerman, Republik Ceko dan Kanada.
Islamofobia Pada Masa Rasulullah SAW
Jika kita menilik pada sejarah, Islamofobia sesungguhnya sudah menggejala sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu, permusuhan terhadap Islam justru muncul di tengah masyarakat Arab yang jelas-jelas adalah saudara sebangsa dengan Rasulullah SAW sendiri.
Selama periode Makkah (610–622 Masehi), Nabi SAW dan kaum Muslimin menghadapi ujian yang sangat hebat dari kelompok kafir setempat. Masyarakat Arab Jahiliyah ketika itu melakukan serangan habis-habisan terhadap dakwah yang dilakukan Rasulullah SAW. Sejumlah tokoh Quraisy, seperti Abu Jahal dan Abu Lahab, gencar memprovokasi orang-orang untuk melakukan tindakan kekerasan terhadap Nabi SAW dan para pengikutnya.
Setelah Nabi dan para sahabat hijrah ke Madinah, kaum kafir Makkah masih saja menunjukkan sikap permusuhannya terhadap Islam. Situasi semacam itu terus berlangsung selama beberapa tahun. Hingga terjadinya peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Kota Makkah) oleh kaum Muslimin pada 8 Hijriyah atau bertepatan dengan 630 Masehi. Sejak itu, barulah Islam mulai diterima secara luas oleh masyarakat Jazirah Arab.
Islamofobia Pada Masa Kejayaan Islam
Sepeninggalnya Rasulullah, pengaruh Islam semakin berkembang hingga ke luar Jazirah Arab. Beberapa penaklukan yang berlangsung selama pemerintahan Dinasti Umayyah, Abbasiyah, dan Ottoman, memberi kontribusi besar dalam membentuk peradaban Islam di berbagai belahan dunia, termasuk Eropa.
Namun demikian, proses ekspansi di bawah dinasti-dinasti Islam itu bukannya tanpa hambatan. Sikap kebencian dan permusuhan yang mulai tumbuh di tengah-tengah masyarakat Barat, menjadi satu tantangan tersendiri yang dihadapi kaum Muslimin selama periode tersebut.
Ketakutan terhadap pengaruh Islam yang semakin meluas mulai tertanam di kalangan masyarakat Barat untuk pertama kalinya semasa Perang Salib (antara 1095–1291) yang melibatkan tentara Muslim dan Kristen Eropa. Pada masa-masa itu, Kekaisaran Bizantium dan Gereja Roma menggunakan propaganda sentimen anti-Islam untuk merebut Yerusalem dari tangan kaum Muslimin.
Pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah di Andalusia (Spanyol), beberapa jenis pertikaian yang terjadi antara penduduk Kristen dan Muslim juga didasari oleh fobia terhadap Islam. Puncak dari konflik itu adalah Reconquista, yakni penaklukan kembali Semenanjung Iberia oleh kaum Kristen Eropa yang ditandai dengan runtuhnya Emirat Granada pada 1492. Setelah runtuhnya Emirat Granada, penindasan yang dilakukan rezim Kristen terhadap penduduk Muslim meningkat di Eropa. Umat Islam yang tersisa di Andalusia diusir ke Afrika Utara atau dipaksa memeluk agama Kristen. Kebebasan mereka sebagai warga negara benar-benar juga dibatasi sejak itu.
Penyebab Islamofobia
Penyebab dari Islamofobia yang diutarakan ke publik adalah serangan 11 September, kebangkitan kelompok militan seperti ISIS, serangan teror di berbagai tempat, meningkatnya penduduk muslim di Eropa dan Amerika Serikat karena pemerintah mereka menerima pengungsi-pengungsi dari wilayah konflik di Timur Tengah dan Afrika, pemaksaan penerapan hukum Islam, dan lain-lain. Jika kita kaji secara mendalam, bisa kita simpulkan bahwa kebencian terhadap Islamlah yang menjadi spirit terjadinya Islamofobia sejak zaman Rasulullah SAW hingga saat ini.
Allah berfirman dalam QS. Al Imraan ayat 118 yang artinya,” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya”
Sejumlah pihak mengkritik konsep Islamofobia dengan mengatakan bahwa istilah ini adalah usaha untuk membungkam kritik terhadap Islam. Novelis ternama, Salman Rushdie dan sejumlah koleganya menandatangani sebuah manifesto berjudul "Bersama melawan bentuk baru dari totalitarianisme" di bulan Maret 2006, menyebut islamofobia adalah "konsep absurd yang mencampur-adukkan kritik terhadap Islam sebagai agama dengan stigmatisasi”.
Umat Islam Butuh Junnah
Meskipun PBB telah menetapkan bahwa tanggal 15 Maret sebagai Hari Internasional Membasmi Islamofobia, nyatanya kasus-kasus Islamofobia masih terus terjadi sampai saat ini. Kecaman yang diserukan oleh negeri-negeri muslimpun juga tidak membuat para pelaku Islamophobia menghentikan aksinya, baik yang dilakukan oleh individu masyarakat, tokoh, komunitas, lembaga pemerintah ataupun partai politik. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri, bahwa tindakan tersebut merupakan bentuk pembelaan terhadap Al Qur’an sebagai kitab suci umat Islam(dalam kasus Salwan pen). Hal itu menunjukkan masih adanya perasaan Islam yang kuat dalam tubuh kaum muslimin. Demikian juga, langkah Maroko dan Yordania yang menarik duta besar mereka dari Stockholm pantas mendapat apresiasi.
Tidak cukup upaya-upaya di atas untuk menghentikan Islamofobia, butuh kekuatan politik Islam yang tak lain adalah sistem kaffah dalam bingkai khilafah. Khilafah yang akan menghilangkan batas-batas imajiner nasionalisme yang lemah dan rapuh, menyatukan kaum muslimin dalam satu pangkuan yang kokoh. Hanya dengan tegaknya Islam kaffah segala bentuk Islamofobia bisa di selesaikan dengan tuntas, karena Khilafah berfungsi sebagai Junnah(perisai) yang akan menjaga Islam dan kaum muslimin dengan penjagaan terbaik. Wallahu’alamu bissowab.
Oleh: SW. Damayanti
Aktivitas Muslimah
0 Comments