TintaSiyasi.com -- Dikutip dari detiknews, 17/012023- Indonesia secara geografis berada di kawasan Ring of Fire atau 'Cincin Api' Pasifik. Pertemuan tiga lempeng tektonik dunia, Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Oleh sebab itu, Indonesia termasuk negara yang rawan bencana seperti gempa bumi, letusan gunung berapi hingga tsunami.
Seperti belum lama ini, bencana banjir lahar dingin Gunung Semeru melanda Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur sejak Jumat, 7 Juli 2023. Berdasarkan data yang dihimpun Dinas Sosial PPPA Lumajang, hingga pukul 23.00 WIB, Jumat (7/7), jumlah pengungsi mencapai 493 jiwa, mereka tersebar di beberapa titik pengungsian. Bencana lahar dingin Semeru terjadi setelah hujan deras menghanyutkan lereng gunung tertinggi di Jawa itu. Aliran air di lahar Gunung Semeru meningkat, menghantam jembatan dan meluap ke jalan. Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengumumkan bahwa fokus utama saat ini adalah keselamatan jiwa warga dan mengimbau warga yang tinggal di bantaran sungai untuk mengungsi hingga kondisi terbukti aman. (cnnindonesia.com, 08/07/2023).
Selain itu, hingga Kamis, 6 Juli 2023, ribuan rumah di Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terendam banjir akibat luapan Sungai Kokat setelah hujan deras dari sore hingga malam hari. Dandim 1607/Sumbawa, Letkol Czi Eko Cahyo Setiawan memerintahkan kepada anggota untuk mengingatkan Babinsa untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang timbul dari perubahan situasi dan juga mengimbau kepada masyarakat untuk segera mengamankan barang-barang berharga dan tetap waspada setiap saat karena hujan turun cukup deras dan berkoordinasi dengan BNPB Kabupaten Sumbawa dalam kesiapsiagaan bencana dan penyiapan titik tanggap darurat bencana alam yang berlokasi di Kantor Kecamatan Lunyuk. (cnnindonesia.com, 08/07/2023).
Pada hari yang sama, hujan deras sejak Kamis malam hingga Jumat pagi (06/07/2023-07/07/2023) menyebabkan banjir dan tanah longsor di beberapa tempat di wilayah selatan Kabupaten Malang, Jawa Timur. Jalur selatan Malang-Lumajang terputus akibat longsor, hingga jembatan di perbatasan kedua kawasan itu ambruk. Bahkan diberitakan, seorang bernama Supandri, 58 tahun, yang tinggal di Dusun Krajan, Kecamatan Bantur, hanyut terbawa arus sungai dan masih dalam pencarian. (kompas.com, 07/07/2023).
Inilah sederet bencana yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Menurut laporan World Risk Report 2022, Indonesia merupakan negara yang paling rawan bencana ketiga di dunia. Tapi realitanya, negeri yang rawan bencana ini tidak disertai mitigasi bencana yang baik. Buktinya terlihat pada banyaknya korban manusia maupun benda.
Mitigasi bencana adalah segala upaya yang diakukan untuk mengurangi resiko bencana dan memperkecil dampak yang ditimbulkan ketika bencana terjadi. Namun sayangnya, mitigasi bencana di negeri ini dapat dikatakan buruk dan lamban. Bahkan penguasa negeri ini lebih memilih lawatan daripada melihat daerah bencana atau melakukan turun lapangan sebagai bagian membangun citra. Wajar jika setiap bencana terjadi selalu muncul pertanyaan, dimana peran negara? Bantuan yang diberikan juga sering kali belakangan sehingga masyarakat memilih untuk tidak berharap banyak kepada penguasa negeri ini.
Bahkan masyarakat menyelesaikan persoalannya secara swadaya setiap kali bencana terjadi, sedangkan penguasa hanya menolong seadanya dan sering kali mengeluh dengan persoalan kekurangan dana.
Persoalan mitigasi bencana yang buruk di negeri ini akan terus terjadi karena dampak dari kepemimpinan sekuler kapitalistik yang membuat para penguasa tidak memiliki sensitivitas dan tidak serius dalam menuntaskan kebencanaan dari akarnya. Bahkan penguasa dengan kebijakan-kebijakannya justru menjadi penyebab munculnya bencana dan berpotensi menimbulkan bencana baru lainnya. Di sisi lain, masyarakat selalu disalahkan karena pengetahuan minimlah, tidak mau direlokasilah, tidak bisa diaturlah, dan sebagainya. Padahal ketersediaan data dan informasi, minimnya pengetahuan masyarakat, ketersediaan teknologi, dan alat, semuanya adalah tanggung jawab para penguasa.
Masyarakat sangat perlu dididik, didukung dan diberikan jaminan kesejahteraan. Namun pemerintah hanya meminta masyarakat untuk meninggalkan kampung halamannya tanpa tahu harus tinggal dimana dan bagaimana, sementara belum ada solusi dari pemerintah. Lalu bagaimana pandangan dalam Islam?
Bencana alam adalah ketetapan Allah swt., tentu benar adanya. Bencana akan terjadi kapanpun sebagai bentuk ujian dan peringatan bagi6 manusia. Namun, Islam menunjukkan cara menghindarinya dan menunjukkan cara menghadapinya, termasuk pengaturan pengurangan risiko bencana.
Dalam Islam, tentu mitigasi bencana menjadi tanggung jawab penuh penguasa menyangkut fungsi kepemimpinannya sebagai rain (mengurusi urusan umat) dan junnah (menjaga umat). Dalam hal ini, pemimpin Islam akan membuat kebijakan khusus, mulai dari penataan lingkungan yang dikaitkan dengan strategi politik ekonomi Islam yang menjamin kesejahteraan individu per individu juga dari sistem keuangan dan sanksi untuk mencegah pelanggaran.
Maka dapat dikatakan mitigasi bencana dalam Islam akan optimal karena dua faktor, pertama: negara sebagai pihak sentral dalam seluruh urusan umat. Penguasa akan berupaya maksimal semata untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai pengurus dan pelindung umat karena penguasa akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt., atas apa yang menimpa rakyatnya.
Kedua: kekuatan kas negara. Baitulmal akan memiliki sumber keuangan yang cukup untuk mendanai kesiapsiagaan bencana. Misalnya, ketika para ilmuwan menyarankan pemerintah untuk membangun rumah tahan gempa bagi penduduk daerah rawan gempa, negara bertanggung jawab untuk membangunnya. Jika warga tidak bisa membangun karena mahal, maka negara berkewajiban membantunya, karena hal tersebut berkaitan dengan jiwa manusia.
Begitu pula dengan evakuasi korban, akan ada upaya yang maksimal dengan penyediaan alat transportasi yang canggih. Pembangunan infrastruktur akan cepat dilakukan pembangunannya pascabencana agar kehidupan rakyat kembali pulih.
Kondisi yang demikian tidak akan terwujud dalam sistem demokrasi kapitalistik sekuler yang penguasanya abai dengan keselamatan rakyatnya dan sumber kasnya yang defisit akibat privatisasi SDA. Oleh sebab itu, hanya Islam yang mampu menuntaskan problem kebencanaan dengan solusi yang yang mendasar dan tuntas. Dan sudah saatnya umat mewujudkan kepemimpinan Islam dengan cara melakukan aktivitas dakwah pemikiran yang targetnya memahamkan umat tentang aqidah dan hukum-hukum Islam dengan pemahaman yang benar dan komprehensif.
Oleh : Nur Amalya
Aktivis Muslimah
0 Comments