TintaSiyasi.com -- Indonesia seperti yang kita ketahui merupakan negara yang rentan terhadap bencana. Bagaimana tidak baru-baru ini saja rentetan bencana sedang menyelimuti Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, per 9 juni 2023, telah terjadi 1.726 bencana alam. Banjir sebagai jenis bencana yang paling tinggi disusul dengan cuaca ekstrem, tanah longsor, kebakaran hutan, gempa bumi, dan lain sebagainya.
Misalnya pada kasus bencana banjir terjadi di Kecamatan Lunyuk, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat(NTB). Ribuan rumah terendam banjir imbas luapan air Sungai Kokat. Rumah warga terendam sejak kamis lalu (6/7) setelah hujan lebat terjadi dari sore hingga malam hari. (CNN Indonesia, 8/7/2023).
Dilanjut dengan bencana banjir lahar dingin di Lumajang, Jawa Timur (7/7). Lahar dingin ini berasal dari Gunung Semeru. Belum lagi cuaca extrem dan intensitas hujan yang tinggi selama beberapa hari ini juga mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Dan telah diketahui 3 orang meninggal akibat tertimpa longsor, ribuan warga juga terpaksa mengungsi dan lima jembatan antardesa pun ambruk.
Bahkan menurut laporan World Risk Report 2022, Indonesia merupakan negara paling rawan bencana ketiga di dunia. Frekuensi bencana alam di Indonesia naik 81% selama 12 tahun. Pada 2010, terjadi 1.945 bencana alam dan pada 2022 terjadi 3.544 bencana alam. (CNBC Indonesia, 2-3-2023).
Apalagi Indonesia terletak di pertemuan 3 lempeng. Jika lempeng ini bergerak maka Indonesia rentan terkena bencana alam. Khususnya di bidang ekologi sperti gempa bumi tektonik, tsunami, hingga erupsi gunung berapi.
Namun, mirisnya di tengah realita bencana alam yang menyelimuti tidak disertai mitigasi yang baik. Korban yang entah berupa manusia ataupun infrastruktur tak sedikit yang tertelan bencana.
Mitigasi Bencana di Indonesia
Mitigasi bencana adalah upaya penanggulangan bencana guna mengurangi atau memperkecil dampak bencana baik sebelum, saat terjadi dan setelah terjadi bencana. Dan mitigasi di negeri ini belum dilakukan dengan baik. Indikasinya:
Pertama. Langkah yang dilakukan sebelum bencana belum optimal. Misalnya pembuatan peta wilayah rawan bencana. Mungkin memang sudah dilakukan namun edukasi terhadap warga sekitar nya masih belum optimal. Masih saja ada warga yang berada di titik rawan bencana, mereka enggan berpindah. Bukan hanya karena ketidaktahuan melainkan ada faktor lain yang membuat mereka enggan berpindah seperti faktor ekonomi. Mereka takut kehilangan pekerjaan mereka jika mereka pindah ke tempat yang aman.Andai jika mereka terjamin dalam pekerjaan dan tempat tinggal pastilah tidak ada hambatan ini. Misalkan juga pembuatan rumah tahan gempa. Warga bukanlah tidak mau namun, membangun rumah tahan gempa pastilah membutuhkan material yang harganya mahal. Andaikan jika negara memfasilitasi maka tidak akan memakan banyak korban.
Kedua. Saat terjadi bencana seharusnya penanggulangan fokus pada upaya pertolongan korban bencana dan antisipasi kerusakan yang terjadi akibat bencana. Sayangnya seringkali evakuasi korban sering dianggap kurang tanggap. Masih banyak korban yang tidak ditemukan atau terlambat diselamatkan karena persoalan teknis akibat buruk nya akses komunikasi atau akses jalan.
Ketiga. Pada tahap penanggulangan pasca bencana tak dipungkiri bahwa kerapkali korban mendapat pelaynana yang minim. Bukan lagi sebuah rahasia jika setiap pos pos pengungsian tidak memiliki makanan yang terjamin, obat obatan pun sangat minim, bahkan pakain hanya alakadarnya. Itupun mereka dapatkan dari swasta bukan negara.
Semua masalah inipun tak luput dari kapitalis-demokrasi yang ditetapkan negara saat ini. Yang mana negara tidak dijadikan pusat untuk mengurusi rakyat. Namun mereka mengandalkan swasta atau para pemilik modal untuk mengurusi rakyat maka jadilah para swasta atau pemilik modal itu yang berkuasa di negeri ini.
Tanpa para swastapun Indonesia tak mungkin bisa memiliki amitigasi yang baik. Sebab, tak adanya biaya yang cukup. Bagaimana tidak, sumber kas negara saat ini hanyalah utang dan pajak. Dana tersebut tak akan mampu mengadakan imigitasi yang baik.
Penanggulangan Bencana dalam Islam
Hanya dengan Islamlah cita-cita imitigasi yang baik dapat terealisasikan, mengapa? Yakni karena dua hal berikut:
Pertama, Islam menjadikan negara sebagai sentral periayahan masyarakat. Negara akan bertanggung jawab penuh atas keutuhan masyarakat. Para pemimpinnya memandang jabatan sebagai amanah yang akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.
Kedua, sistem keuangan yang berasal dari Baitul Mal yang pemasukannya pasti sehingga minim sekali terjadi kekosongan harta pada negara. Dan dana inilah yang akan mengcover kebutuhan masyarakat termasuk imitigasi bencana yang baik.
Namun, sistem Islam tak bisa diterapkan secara sempurna tanpa adanya negara Islam. Memang satu-satunya solusi dari berbagai polemik dunia khususnya negeri ini hanyalah bangkitnya Islam 'ala minhaajinnubuwwah.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Fathin Luthfi
Aktivis Muslimah
0 Comments