TintaSiyasi.com -- Indonesia, negara maritim ketimuran yang dulunya menjunjung tinggi nilai ketimurannya. Agama, nilai norma, tata krama, sopan santun dan menjaga satu sama lain menjadi ruh dalam bermasyarakat. Ntah sejah kapan nilai ketimuran ini mulai ditinggalkan, satu persatu nilai yang sudah menjadi pakem ditinggalkan. Permasalahan mulai muncul satu persatu.
Makin kesini makin kesana, masalah di Indonesia semakin beragam. Mulai dari hal kecil sampai besar, korupsi hingga kekerasan seksual semakin merebak. Kasus terbaru datang dari pulau Sulawesi Tengah, terdapat pemerkosaan terhadap anak berusia 15 tahun di Parigi Moutong yang dilakukan oleh 11 orang, yang bejadnya lagi dilakukan oleh orang yang memiliki jabatan di daerah tersebut.
Melihat permasalahan ini, Anggota DPR RI dari Fraksi PAN Guspardi Gaus meminta aparat penegak hukum mengusut kasus pemerkosaan tersebut. Terlebih lagi kasus rudapaksa yang diduga kuat dilakukan oleh 11 orang merupakan oknum tokoh masyarakat dan aparat penegak hukum. Mereka yang seharusnya menjadi suri tauladan malah melakukan perbuatan senonoh (Liputan6, 5 Juni 2023).
Ditambah lagi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan Indonesia darurat kekerasan seksual terhadap anak. Ia mencatat kasus kekerasan seksual terhadap anak mencapai 9.588 kasus pada 2022. Jumlah itu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, yakni 4.162 kasus (CNN Indonesia, 28 Jan 2023).
Semua masalah dan penyebabnya akan terus terulang, selama tidak diketahui akar masalah dan solusi untuk mengakhiri permasalahan ini.
Indonesia Berpaham Kapitalisme
Kalau kita perhatikan bersama, faktor penyebab kekerasan seksual terhadap anak beragam. Berawal dari informasi yang masuk kepada kita tidak tepat, contohnya banyaknya akses video pornografi, musik erotis, tarian yang membuka aurat dan masih banyak lagi. Selain itu terdapat faktor penunjang terjadinya peningkatan kekerasan pada anak, diantaranya: hukum di Indonesia yang masih bisa dikompromikan, hukuman yang tidak menimbulkan efek jera pada para pelaku dan sistem pendidikan Indonesia yang tidak mencetak kepribadian yang luhur, dan semua itu sengaja dibentuk kepada masyarakat kita.
Sudah menjadi pemahaman bersama, Indonesia merupakan negara yang memakai paham kapitalisme dalam semua lini kehidupan. Dimana kapitalisme hanya memikirkan bagaimana mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa melihat efek buruk dari penerapannya. Sepaket dengan kapitalisme, hedonisme dan liberalisme menjadi paket komplit yang tak terpisahkan. Maka sebuah hal yang wajar pada paham kapitalisme, kebebasan, keuntungan sebanyak-banyaknya menjadi ruhnya. Semua boleh dilakukan asal tidak merugikan (secara materi) maka akan terus dilaksanakan.
Media informasi yang dipasarkan oleh kapital bukan yang baik dikonsumsi oleh masyarakat, namun yang digandrungi oleh masyarakat. Tontonan yang fulgar (berbau pornografi), musik yang erotis, dan bacaan komik mengarah pada pornografi sengaja diproduksi, selama itu disukai masyarakat maka akan terus diproduksi besar-besaran, tanpa memikirkan dampak negatif pada individu masyarakat. Ditambah lagi sistem pendidikan di Indonesia yang hanya mencetak prestis nilai bukan moral, menjadi penyebab jauhnya norma pada diri masyarakat. Hasil dari semua ini, salah satunya meningkatnya angka kekerasan seksual pada anak.
Islam Memandang Kejahatan Seksual Pada Anak
Islam merupakan agama sempurna dan paripurna, bukan hanya agama ruhiyah semata. Maka tak heran Islam mempunyai pandangan dan solusi tersendiri untuk menyelesaikan segala problematika kehidupan yang rumit ini. Karena Islam diciptakan oleh Zat yang maha Agung untuk menjadi penawar masalah manusia. Asalkan manusia mau diatur oleh Islam, maka ia akan selamat dan sebaliknya.
Kekerasan seksual pada anak sungguh harus diselesaikan karena jika tidak diselesaikan akan manjadi bumerang untuk kedepannya. Depresi jelas akan dirasakan bagi korban dan bagi pelaku akan menjadi kebiasaan jika tidak ditindak tegas. Terlebih lagi kehormatan diri seorang muslim/ masyarakat sangat dijaga didalam Islam. Semua ini bisa diselesaikan dengan berbagai mekanisme didalam Islam, diantaranya:
Pertama, penjagaan individu (diri sendiri) harus dipastikan bertakwa. Salah satu penyebab utama dari kekerasan seksual pada anak adalah efek informasi yang negatif masuk dalam individu (tontonan pornografi, musik erotis dan bacaan yang fulgar) harus diputus, dijauhkan dan diganti dengan memasukkan informasi positif ke individu. Mengkaji ilmu Islam dan mensuport dengan ilmu lain sangat diutamakan. Ketakwaan individu akan mudah diwujudkan jika di topang oleh masyarakat.
Kedua, masyarakat. Masyarakat didalam sistem Islam bukan masyarakat yang abai dan hanya mementingkan kepentingan pribadi semata, namun masyarakat didalam sistem Islam adalah masyarakat yang saling support dalam kebaikan dan ketakwaan. Mereka akan saling mengingatkan, saling mengontrol satu sama lain. Sampai bagaimana cara mengontrol, mensuport pun diperhatikan didalam Islam bukan sembarang.
Ketiga, negara. Point yang paling penting dan paling efektif dalam menjaga individu dan masyarakat tetap dalam syariat ialah negara. Negara mempunyai segalanya, negara mempunyai peran penting dalam menciptakan dan mensuasanakan masyarakat menjadi masyarakat yang Islami. Mulai dari menciptakan, meregulasi peraturan hingga penerapan segala sistem Islam dalam kehidupan masyarakat. Negara akan memotong segala yang berbau maksiat dan yang akan mengarah kepada kemaksiatan, mulai dari tontonan, musik dll sangat diperhatikan. Jika ada negara tetangga akan mengimpor barang ataupun sejenisnya ia akan diseleksi ketat oleh negara. Hukum tegas diterapkan didalam Islam tidak tebang pilih atau pilih kasih.
Jika ketiga hal diatas sudah diterapkan secara sempurna, mustahil kita temui pelaku dan korban kejahatan akan terjadi. Namun semua itu tidak akan bisa dengan mulus terwujud jika kita hanya menjadi penonton semata, menjadi pengamat semata tanpa menjadi pelaku perubahan yang lebih baik. Maka sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain, salah satunya adalah orang yang mengajak pada perubahan hakiki, karena kejahatan akan terus terjadi jika tidak ada yang berusaha untuk menghentikannya, sembari memohon pertolongan Allah segera turun maka mari kita terus berjuang.
Wallahu a'lam.
Oleh: Oktavia
Aktivis Muslimah
0 Comments