Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Problematika Tak Berkesudahan: Kemiskinan di Negeri yang Kaya

TintaSiyasi.com -- Kemiskinan masih menjadi PR besar di Indonesia hingga saat ini. Problem itu dipertegas dengan Bank Dunia yang merekomendasikan acuan garis kemiskinan di Indonesia disesuaikan dengan global, yaitu US$ 3,20 per hari. Dengan demikian penduduk Indonesia yang miskin naik menjadi 40%.

Dikutip dari media online cnbcindonesia.com (9/5/2023), merespon hal tersebut Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani mengatakan bahwa ukuran garis kemiskinan yang disarankan Bank Dunia itu belum bisa menggambarkan kondisi perekonomian masyarakat Indonesia. Selain itu, jika ukuran garis kemiskinannya dinaikkan malah menyebabkan 40% masyarakat malah tergolong orang miskin.

Sebetulnya bila melihat hal demikian, maka didapati bahwa negara Indonesia menetapkan standar kemiskinan dengan rendah bila dibandingkan dengan global. Sebab, selama ini Indonesia dikatakan mampu menekan angka kemiskinan ekstrem lantaran menggunakan penghitungan US$ 1.9 per hari.

Buah dari Sistem Kapitalisme

Realita di atas semakin menunjukkan kemiskinan masihlah berjalan di tengah rakyat, masih banyak rakyat yang terlilit akan penderitaan di dalam aspek ekonomi ini. Problem tak berkesudahan ini adalah bukti atas penerapan sistem Kapitalisme di tengah rakyat. Kita dengan mudah melihat kesenjangan sosial di sekitar kita, maka salah satu slogan selalu eksis untuk mendefinisikan realita hari ini, yaitu “yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.”

Di sistem Kapitalisme ini, kekayaan Indonesia dengan mudah diborong oleh segelintir orang. Mereka yang mempunyai kekuasaan dan modal layaknya pasangan yang terus menerus meraup kebahagiaan. Oligarki yang terus meluncurkan modalnya kepada pemegang kekuasaan dan pemegang kekuasaan yang menadahkan tangannya guna menampung pundi-pundi yang fantastis dari sang oligarki. Semua itu dilakukan untuk menuju tujuan mereka yaitu lahirnya aturan-aturan yang menguntungkan mereka, bukan menguntungkan rakyat.

Lalu, kekayaan Indonesia yang begitu banyak seakan tak ada artinya bagi rakyat secara umum. Padahal, seharusnya itu menjadi kepemilikan bersama dengan dibersamami oleh pengurusan dari negara yang efektif. Realita ini pun menjawab bahwa di negara yang kaya akan sumber daya alam ini, di dalamnya masih banyak rakyat yang jatuh dalam kemiskinan. Sungguh sama sekali tidak mencerminkan pengelolaan yang baik dan seimbang. Maka Kapitalisme yang melahirkan kebebasan kepemilikan inilah yang jelas melanggengkan kemiskinan tiada akhir.

Di sistem Kapitalisme ini pun kita dapat menyimak dengan gamblang bahwa negara tidak menjadikan rakyat sebagai prioritas. Negara abai terhadap kondisi rakyat, solusi yang digelontorkan pun hanya solusi permukaan yang nyatanya tak sampai pada penyelesaian. Di sinilah perlu solusi tuntas guna menyudahi kemiskinan, tentunya tak akan bisa didapatkan dari sistem yang tidak memprioritaskan rakyat. Perlu sistem yang melihat permasalahan secara menyeluruh dari daun hingga ke akar. 

Hanya Islam yang Mampu Menuntaskan

Sebagaimana bobroknya sistem Kapitalisme yang dengan jelas kita rasakan hari ini, maka seharusnya kita dapat memahami bahwa ada aturan menyeluruh yang memiliki solusi akan setiap permasalahan, termasuk dalam aspek ekonomi. Sistem tersebut adalah dengan diterapkannya Islam untuk mengatur seluruh aspek kehidupan di tengah rakyat. 

Bila dibandingkan dengan sistem Kapitalisme, sistem tersebut adalah buatan manusia yang tentunya berpihak pada segelintir orang saja. Dengan itu, dapat dipastikan bahwa sistem ini tak memiliki upaya untuk memberikan perbaikan dan kebangkitan bagi rakyat secara total. Terlebih di dalamnya terdapat pemisahan agama dari kehidupan. Hal itu membuat rakyat menjadi hidup tanpa sandaran dan koridor yang benar. Rakyat dibiarkan hidup dengan kebebasan dan penguasa beserta pemilik modal pun menutup mata rakyat dari perilakunya, yaitu terus menerus melancarkan aksi kebebasan kepemilikan tiada henti.

Alih-alih memberi solusi, dalam standar sistem Kapitalisme saja sudah dengan jelas didapati bahwa tidak akan pernah memprioritaskan rakyat. Maka tak ada gunanya rakyat bertahan dan mempertahankan sistem yang menyumbang kesengsaraan ini.

Hanya dengan Islam yang telah terbukti dapat mengatur rakyat secara damai dan adil selama 1.300 tahun. Itu bukanlah dongeng belaka, justru itu menjadi bukti bahwa bila kita menegakkan apa yang Allah SWT perintahkan maka tak akan pernah berujung penderitaan. Aturan Allah SWT haruslah ditegakkan karena memang itulah tujuannya diturunkan, sebagai petunjuk bagi umat guna meraih kebahagiaan hakiki mulai di dunia hingga ke akhirat.

Sebagaimana perkataan Imam Malik rahimahullah: “Tidak akan pernah bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat saat ini kecuali apa yang telah terbukti mampu memperbaiki kondisi generasi awal mereka.” (Imam at-Tirmidzi, Adhwâ’ al-Bayân [Mukhtashar asy-Syamâíl Muhammadiyyah], 2/282).

Maka sudah saatnya rakyat menyadari betapa tidak memperbaikinya sistem yang ajek hari ini. Marilah beranjak bersama menuju aturan Allah SWT yang sudah pasti dapat memperbaiki. Karena sejatinya masalah akan semakin tumbuh ketika jauhnya rakyat dari genggaman terhadap hukum syara. Dengan itu, genggamlah hukum syara dengan kuat, bukan hanya secara individu tetapi juga secara komunal-global di bawah sistem kenegaraan. Dengan itu solusi Islam dapat mengalirkan perbaikan yang efektif dan dapat pula dirasakan oleh seluruh umat manusia. Sebagaimana Islam adalah rahmat bagi seluruh alam.

Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments