Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Minimnya Empati di Balik Konser Coldplay


TintaSiyasi.com -- Coldplay resmi akan menggelar konsernya bertajuk “Coldplay Music of The Spheres” di Jakarta pada 15 November 2023 mendatang. Adapun tiket konser Coldplay di Jakarta dibanderol mulai dari Rp 800.000 hingga Rp 11 juta (kompas.com, 17/5/2023).

Selain itu jasa titip (jastip) pembelian tiket dimulai. Bahkan ada yang disinyalir membeli tiket memanfaatkan pinjaman online (pinjol). Meski harga tiket terbilang mahal, masyarakat sangat antusiasme berburu tiket konser atau war ticket demi menikmati konser.

Namun ditengah antusiasme fans coldplay, Wasekjen Persaudaraan Alumni (PA) 212, Novel Bamukmin menolak lantaran Coldplay mendukung komunitas LGBT dan penganut atheis yang disebutnya bertentangan dengan agama (bbc.com, 16/5/2023).

Demikianlah respon sebagian masyarakat ketika dihadapkan dengan konser yang hanya hiburan hingga rela mengeluarkan uang tabungan dalam jumlah besar demi memuaskan keinginan menemui sang idolanya. Padahal nonton konser bukan kebutuhan asasiyah (kebutuhan pokok).

Penyelenggaraan konser juga menunjukkan bahwa minimnya empati penyelenggara dan pihak pemberi izin terhadap problem kehidupan masyarakat saat ini seperti kemiskinan, stunting, pengangguran, dan susahnya bertahan hidup ditengah himpitan ekonomi. Di sisi lain antusiasme masyarakat yang membeli tiket konser yang harganya selangit itu, membuktikan tingginya kesenjangan sosial di negeri ini.

Inilah gambaran negara kapitalisme. Paradigma liberal yang menjadikannya hanya sekedar regulator atau pembuat kebijakan. Kebijakan yang telah dibuat hanya memenuhi para kapitalis. Dalam sistem ekonomi kapitalisme selama ada keuntungan maka produksi atau penggadaan permintaan harus diberi ruang. Meskipun merusak moral masyarakat atau ada unsur keharaman di dalamnya. Negara kapitalisme juga gagal memahamkan rakyat akan hakikat hidup sebagai hamba Allah dan taat terhadap aturan Allah SWT hingga membentuknya memiliki empati atas nasib sesama.

Berbeda dengan sistem Islam yang diterapkan dalam khilafah. Khilafah bertugas riayatul syu'unil ummah atau mengurusi urusan umat. Negara wajib memenuhi kebutuhan asasi rakyatnya seperti sandang, pangan, dan papan. Negara juga membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi yang mampu bekerja, dan bagi yang lemah akan disantuni. Negara juga wajib memberikan pelayanan pendidikan, kesehatan, dan fasilitas umum dengan pelayanan terbaik dan gratis.

Rasulullah SAW dalam sabdanya mengingatkan bahwa pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban. Begitu pula agama Islam mengajarkan agar manusia menjadi pemimpin yang baik, adil, jujur, amanah, dan bijaksana.

Abdullah bin Umar mengatakan, Rasulullah SAW berkata, "Ketahuilah bahwa setiap dari kalian adalah pemimpin dan setiap dari kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya, seorang pemimpin umat manusia adalah pemimpin bagi mereka dan ia bertanggung jawab dengan kepemimpinannya atas mereka."

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Sahna Salfini Husyairoh, S.T.
Tenaga Pendidik
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments