Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Fenomena Heatwave Ekstrem, Tak Sekadar Fenomena Alam!


TintaSiyasi.com -- Gelombang panas ekstrem belakangan ini melanda sejumlah negara di dunia. Adalah seperti China, Jepang, Korea, Thailand, Bangladesh, Laos, India, juga Afganistan. Dilaporkan, suhu panasnya mencapai lebih dari 40° C. Menurut studi, gelombang panas ekstrem ini berisiko "menghancurkan" negara atau wilayah yang tidak siap menghadapinya (CNN Indonesia, 27 April 2023).

Wilayah terpanas dialami Kumarkhali, kota di distrik Kushtia, Bangladesh dengan suhu maksimum harian mencapai 51,2 derajat Celcius pada 17 April 2023. Untuk Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut, negeri ini tak mengalami gelombang panas, namun suhu maksimum udara permukaan juga tergolong panas (CNN Indonesia, 26 April 2023).

Menurut BMKG, heat wave alias gelombang panas merupakan sebuah periode cuaca di mana terjadi kenaikan suhu panas yang tidak biasa, berlangsung selama setidaknya lima hari berturut-turut atau lebih. Hal tersebut merupakan batasan yang ditentukan oleh Badan Meteorologi Dunia atau WMO (CNN Indonesia, 25 April 2023).


Dampak

Gelombang panas yang terjadi di sejumlah belahan dunia mempunyai dampak yang luar biasa mengerikan. Sebut saja di India, cuaca panas ekstrem menewaskan 24 ribu orang. Di Inggris, lebih dari 3 ribu jiwa melayang. WHO turut melaporkan, lebih dari seribu orang meninggal di Spanyol dan Portugal. Di Eropa secara keseluruhan, gelombang panas ini menewaskan 15 ribu orang.

Di negeri ini, walau tidak mengalami gelombang panas ekstrem dan hanya perubahan suhu yang kian menyengat, tetapi memberi dampak besar. Seperti petani, petambak dan lainnya yang dapat dipastikan gagal panen atau merugi. Secara singkat dalam jangka panjang, dampaknya berbanding lurus dengan krisis pangan dan hancurnya perekonomian.


Bukan Sekadar Fenomena Alam

Memang benar, panas yang dirasakan penduduk bumi ada kalanya merupakan peristiwa alamiah. Tetapi ada juga yang terjadi karena ulah tangan manusia. Bahkan di suatu catatan disebut, suhu rata-rata permukaan bumi meningkat sekitar satu derajat sejak industrialisasi. Ya, industrialisasi merupakan ulah tangan manusia bukan?

Padahal, berdasarkan The Straits Times, Minggu (23/4/2023), ahli meteorologi AccuWeather Jason Nicholls menyampaikan pemanasan yang disebabkan manusia membuat gelombang panas bertahan lebih lama dan pada intensitas yang lebih tinggi. Ini tentu menjadi kabar buruk untuk penghuni bumi, karena industrialisasi tetap berjalan seiring pertumbuhan bumi.


Karena Kapitalisme

Pertumbuhan ekonomi dan investasi seolah menjadi juru kunci untuk senantiasa mengeksploitasi bumi. Mereka bersembunyi di balik watak asli kapitalisme, rakus. Segala jenis pembangunan yang digalakkan hanya bertumpu pada kacamata ekonomi, bukan kemaslahatan, kesejahteraan. Wajar jika para aktor di balik itu selalu berdompet tebal, sedang rakyat kadangkala menyumpal perut dengan penghapus.

Adalah ulah tangan mereka seperti alih fungsi lahan gambut, penebangan hutan secara liar untuk pembangunan, eksploitasi tambang yang sembarangan, dan masih banyak lainnya yang membawa petaka bagi bumi. Ya, manusia seluruhnya juga bumi membayar mahal tingkah bejat sebagian manusia yang memenuhi kerakusannya.

Kapitalisme yang dianut negeri ini menjadikan penguasa sekadar regulator. Kekayaan alam yang menjadi milik umum atau milik negara diserahkan pengelolaannya kepada swasta/pengusaha, asing maupun dalam negeri. Alhasil, kekayaannya akan dikerok sebanyak mungkin hingga tak berbekas. Berlindung di balik "bayar pajak" mereka berlaku semena-mena. Bahkan tak jarang setelah mengorek tambang, mereka pergi meninggalkan lubang bekas galian.

Penguasa juga pengusaha di dalam kapitalisme berlaku seperti itu. Hal ini karena materi jadi tujuan utama. Pun segala yang dijalankan memang bertujuan meraih materi, tanpa peduli halal haram, aturan agama seolah tak penting.


Islam Solusi

Sungguh, problem gelombang panas ekstrem yang mendunia ini butuh solusi yang mendunia pula. Ketika dunia dalam cengkeraman kapitalisme alih-alih beri solusi justru menjadi biang masalah, Islam hadir menjadi solusi persoalan global ini.

Di dalam Islam, penguasa adalah raa'in, pelindung dan perisai rakyatnya, bukan sebatas regulator. Kepemilikan dalam Islam juga tak se-semrawut di sistem kapitalisme, justru dibagi menjadi tiga jenis yang pengelolaan dan peruntukannya telah jelas.

Di dalam Islam, Allah juga dengan jelas melarang dalam kitab mulia, Al-Qur'an, untuk tidak membuat kerusakan di bumi. Manusia entah apapun posisinya, penguasa atau pengusaha sekalipun tidak memiliki hak untuk membuat kerusakan. Lebih lanjut, segala aturan yang ada jika dilanggar pasti ada sanksi yang menjerakan.

Ditambah, setiap individu rakyat telah diasuh dengan Islam, ditanamkan ketakwaan sedari kecil sehingga "patuh kepada Allah" menjadi nomor satu, tidak dikalahkan dengan "materi dunia". Penting ditegaskan, segala "kekhasan" dan "Islam yang menyolusi" ini hanya akan terwujud ketika syariat telah diterapkan secara sempurna, yang satu-satunya hanya bisa diterapkan dalam khilafah.

Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Khaulah
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments