Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Sistem yang Tidak Islami, Tuai Generasi Mati Hati

TintaSiyasi.com -- Pinter tapi keblinger. Kasus penipuan dengan menggunakan modis QRIS palsu dilakoni oleh orang yang tidak sembarangan. 

Dilansir dari Linkedin, Mohammad Iman Mahlil pernah menduduki jabatan prestisius. Tercatat, sebagai Managing Director selama tiga tahun. Kemudian bekerja di PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk selama 12 tahun 7 bulan. Adapun, jabatan yang pernah diemban Government’s Project Relationship Manager, Assistant Manager dan Auditor. (liputan6.com, 12/04/2023)

Baru-baru ini kembali dihebohkan dengan kasus yang sangat memprihatinkan. Niat baik masyarakat untuk membantu pembangunan masjid seakan dimentahkan karena adanya penipuan QRIS ini. Polda Metro Jaya mengungkap 38 lokasi yang menjadi target penipuan QRIS palsu kotak amal masjid. Lokasi tersebut disebar oleh tersangka Mohammad Iman Mahlil Lubis (MIML) di beberapa tempat secara terpisah. (merdeka.com, 11/04/2023)

Ibarat sudah mati hatinya,  seseorang yang berpendidikan menggunakan ilmu yang dimilikinya justru untuk menipu umat. Fakta ini mejadi salah satu contoh dari bobroknya mental generasi, salah satu di antara banyaknya masalah pemuda penerus bangsa kini.

Solusi Tidak Tepat Sasaran

Hal yang semestinya disorot dan menjadi perhatian para pengamat dan pemangku kebijakan adalah bagaimana mengatasi krisis mental pemuda, bukan sekedar berupa dorongan peningkatan keamanan, himbauan untuk berhati-hati atau tips terhindar dari penipuan.

Jika hanya berbicara pada tataran teknis semata, niscaya masalah serupa akan bermunculan kembali. Berkembangnya teknologi pastilah beriringan dengan kemampuan dan kecerdasan manusianya, apalagi dengan adanya dukungan materil. Maka jika mental tak di benahi, antara kecerdasan dan kriminalitas akan selalu saling melengkapi.

Watak sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini berlandaskan sekulerisme atau memisahkan agama dari kehidupan. Menjadikan akal manusia yang terbatas sebagai standar dalam membuat aturan kehidupan kemasyarakatan. Maka dalam urusan pendidikan, Wajar jika generasi yang terbangun jauh dari fitrahnya, tidak tau untuk apa tujuan manusia dihidupkan di dunia ini, kehidupan dengan pola pikir dan pola sikap yang 'bebas', sehingga jadilah manusia yang hanya cenderung pada kesenangan dunia, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan materi.

Tidak ada penanaman akidah, moral  dan minimnya pemahaman ilmu agama, menjadikan para pemuda tersesat dan di luar kendali, melanggar aturan, hingga tak peduli jika perbuatannya hanya akan merugikan diri sendiri, keluarga bahkan orang lain.

Demikian juga kebebasan dalam bersosial media, kebebasan dalam berpendapat dan berperilaku, dipertontonkan dalam dunia maya, menjadi faktor yang sangat merusak. Gaya hidup mewah yang kerap dipertontonkan menjadi inspirasi sebagian pemuda untuk berlomba meraih kemewahan dengan cara instan.

Beginilah nasib buruk generasi saat ini dalam sistem kapitalisme. Negara tidak mampu melindungi bahkan sebaliknya rakyat dibiarkan bertarung sendiri menghadapi kerusakan. Negara seakan berlepas tangan dengan membiarkan kebebasan terus berlangsung dan meracuni pemikiran hingga menghasilkan perilaku yang rusak.

Islam The Only Solution

Menyelamatkan generasi secara fundamental hanya bisa dilakukan jika Islam diterapkan sebagai sebuah ideologi, dengan diterapkan aturan Islam secara kaffah. Pada aspek pendidikan Islam, landasan pendidikan yang harus dibangun dengan kokok sejak dini adalah aqidahnya. Adanya pondasi akidah yang kuat, akan menjadikan anak memiliki pola pikir dan pola sikap islami.

Pola pikir dan pola sikap Islami yang terbangun akan melahirkan pemuda yang tangguh dan cerdas serta berakhlaqul karimah dan senantiasa melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk.

Dengan adanya dukungan sistem yang baik, selain pendidikan, juga aspek ekonomi yang mensejahterakan, orang tua akan memiliki pemahaman dan mampu menjalankan peran dengan maksimal untuk mendidik anak-anak sesuai perintah Allah dan Rasulullah Saw.
Peran orang tua dalam mendidk anak-anak mengacu kepada Qur’an dan Sunnah. Sebagimana hadits Rasulullah Saw. Tiga perkara yang ditekankan rosulullah dalam mendidik anak-anak, sebagaiman diriwayatkan oleh Ath Tabrani dari Ali bin Abi Thalib RA.
‘’Didiklah anak-anakmu atas tiga hal; mencintai nabimu, mencintai ahlul baitnya dan membaca quran. Karena orang yang mengamalkan Qur’an nanti akan mendapatkan naungan Allah pada hari ketika tiada naungan kecuali dari-Nya bersama para nabi dan orang-orang suci."

Negara memiliki peran yang sangat penting, sebab negara atau pemerintahan merupakan lembaga yang mengurusi kehiduoan bermasyarakat agar manusia bisa menjalankan peran dan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Negara juga sebagai pelindung keamanan warga negara dan orang-orang yang meminta keamanan dan perlindungan.

Demikian juga media, sebagai sarana penghantar pemikiran Islam hingga sampai ke masyarakat. Dalam Islam, keberadaan media memiliki peran strategis untuk melayani masyarakat dalam memahami tsaqofah Islam. Keberadaan media dalam sistem Islam justru akan mewujudkan masyarakat cerdas karena memiliki aturan yang jelas dalam segala aspek kehidupan, mampu membedakan yang benar dan salah. Selain itu juga mewujudkan masyarakat yang peduli dan kritis terhadap lingkungan dengan budaya amar ma'ruf nahi mungkar. Oleh karena itu, peran keluarga, media, serta negara tidak bisa dipisahkan. Ketiganya saling berkaitan demi terciptanya generasi yang sehat, termasuk sehat secara mental. Jika hal ini hanya menjadi perhatian orang tua sedang negara diam serta acuh tak acuh, maka jangan heran kedepan nantinya akan masih banyak lagi anak-anak yang melakukan hal yang sama bahkan lebih parah dari ini.

Hal ini dapat terwujud dengan menerapkan Islam kaffah satu-satunya solusi dalam segala aspek kehidupan. Sehingga tak ada ruang lagi bagi para ramaja untuk melakukan kemaksiatan, karena setiap perbuatan akan didasarkan pada hukum syara’. Selain itu sistem Islam juga akan meniscayakan adanya sinergi yang kokoh antara keluarga, masyarakat serta negara untuk mendidik generasi muda, sehingga menjadikan mereka siap untuk membawa perubahan dan melenyapkan kezaliman serta kerusakan di muka bumi. Wallahu ‘alam bisshowwab.

Oleh: Linda Maulidia, S.Si.

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments