TintaSiyasi.com -- Kilang minyak terbakar lagi! Kali ini terjadi di Dumai, Riau, yang menyebabkan 9 orang pekerja terluka, sejumlah rumah warga rusak dan plafon masjid roboh. Sejauh ini, belum diketahui pasti apa penyebab kebakaran kilang minyak tersebut (money.kompas.com,02/04 2023).
Sederet Insiden Pertamina
Sebelum insiden terbakarnya kilang minyak Dumai, sudah 10 fasilitas perusahaan pelat merah ini yang meledak dan terbakar dalam kurun waktu 4 tahun. Pada 29 Maret 2021, kilang minyak PT Pertamina RU VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat terbakar. Pada 11 Juni 2021 dan 13 November 2012 kebakaran melanda kilang minyak Cilacap.
Pada 15 Mei 2022, kilang minyak di Balikpapan terbakar setelah sebelumnya terbakar pada 4 Maret 2022. Insiden fatal juga terjadi pada fasilitas distribusi, yakni meledaknya pipa di Cimahi pada 22 Oktober 2019. Pada tahun yang sama, ledakan juga terjadi akibat bocornya minyak dari blok Offshore North West Java (ONWJ) yang dikelola PT Pertamina Hulu Energi.
Sedang pada Maret tahun ini, kapal pengangkut BBM milik Pertamina terbakar di perairan Mataram, NTB pada tanggal 26. Sebelumnya, pada tanggal 3 terjadi kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara. Pada kasus ini, rumah-rumah warga ikut dilahap si jago merah dan setidaknya ada 17 orang yang dilaporkan meninggal dunia.
Menyoal Profesionalisme
Kebakaran kilang minyak Pertamina yang terjadi kesekian kalinya memunculkan pertanyaan tentang profesionalisme Pertamina dalam mengelola bisnis besar dan keuntungan besar milik negara ini. Sebagai pengelola bisnis besar dan keuntungan besar milik negara, mestinya berhati-hati dalam pengelolaannya maupun pendistribusiannya.
Diketahui bersama bahkan BBM mudah terbakar. Sekali dua kali terbakar, mesti secepatnya dievaluasi. Karena jika tidak, kejadiannya berulang seperti yang terjadi di negeri kita ini. Selain fasilitas yang rusak, banyak warga yang kena getahnya, yakni meninggal atau tempat tinggal yang ikut dilahap si jago merah. Apalagi, banyak kilang minyak yang berdampingan dengan perumahan warga.
Pertanyaan terkait profesionalisme Pertamina ini bahkan datang dari Ekonom senior, Dr. Rizal Ramli. Ia bahkan meminta agar pucuk pimpinan di Pertamina yakni dirut dan korut diberhentikan. Karena kebakaran yang kerap terjadi adalah indikasi lemahnya sistem keamanan Pertamina. Ditambah, pejabat Pertamina kerap menjadikan faktor alam, petir sebagai faktor utama terjadinya kebakaran seperti yang terjadi di Cilacap.
Akibat Utama
Pencegahan berulangnya kebakaran pada aset milik perusahaan pelat merah tidak hanya pada aspek person pucuk pimpinan. Akan tetapi, pembenahan mestinya dari dasar, dimana aturan terkait kebijakan perusahaan besar negara berasal, yakni sekuler kapitalisme. Dengan sekular kapitalisme, BUMN seolah bukan lagi milik negara, tetapi seperti kata publik, milik nenek moyang.
Demikian terjadi, karena perusahaan negara yang harusnya mengurusi hajat hidup rakyat justru menyusahkan bahkan mengorbankan rakyat. Contoh sederhana, banyak rakyat meninggal dan luka-luka akibat salah tata kelola di perusahaan pelat merah ini. Contoh lainnya di mana harga BBM yang seringkali melonjak tajam, menyusahkan rakyat.
Islam sebagai Solusi
Dalam sistem Islam, diatur terkait kepemilikan. Pertamina yang merupakan perusahaan milik negara akan mengelola sumber daya alam untuk kepentingan rakyatnya, secara langsung maupun tidak langsung. Contoh sederhananya, rakyat tidak akan antri panjang untuk membeli seliter minyak tanah.
Pemimpin-pemimpin yang menduduki jabatan di Pertamina adalah pemimpin yang pada dirinya melekat dua sifat dasar yakni mampu dan amanah. Mereka akan mengelola sebisa mungkin untuk kepentingan rakyat, bukan semata untuk diri dan kelompok. Ketakwaan yang ada pada mereka menjauhkan diri mereka dari tindakan korupsi, abai, juga lalai.
Wallahu a’lam bishshawab.[]
Oleh: Khaulah
(Aktivis Dakwah)
0 Comments