TintaSiyasi.com -- Semenjak Daulah Turki Utsmani runtuh pada tahun 1924, praktis umat Islam tak memiliki pelindung lagi. Umat Islam tak lagi menerapkan syariat Islam secara kaffah. Sebaliknya, umat Islam justru menjadi sasaran invasi politik dan budaya asing kufur yang jelas- jelas bertentangan dengan Islam. Termasuk dari Inggris dan AS yang menjadi mercusuar dunia paska keruntuhan Daulah Turki Utsmani.
Inggris, dengan sistem kerajaannya ternyata menerapkan sederet aturan yang justru menimbulkan banyak permasalahan. Kerajaan Inggris telah melegalkan minuman keras untuk dikonsumsi. Meski dalam aturannya hanya mereka yang berusia di atas 18 tahun yang boleh mengkonsumsinya, nyatanya banyak ditemukan anak- anak di bawah umur yang telah menenggak miras. Terkait obat- obatan terlarang, hanya marijuana yang dinyatakan dilarang. Akibat pengaruh legalnya barang- barang haram ini, banyak kejahatan yang dilakukan oleh warga Inggris; pencurian, 'ngutil' biasa terjadi. Tak hanya dilakukan oleh warga sipil, bahkan pangeran Harry yang notabene anggota kerajaan yang harusnya menjunjung UU negara pernah kepergok mengkonsumsi miras dan marijuana. Termasuk putra Perdana Menteri dan Mantan Mendagri Inggris pun pernah melakukan kejahatan.
Di AS lebih menyedihkan lagi. Tercatat pembunuhan terjadi setiap 20' sekali, pemerkosaan terjadi 5' sekali, perampokan 49" sekali, dan pencurian 10' sekali. Sungguh miris! Pemerintah AS sampai harus mengeluarkan anggaran sebesar 675 miliar dolar pertahunnya untuk mengatasi berbagai kejahatan ini. Tercatat pula 2500 tahanan dewasa adalah pelaku kejahatan bahkan sejak mereka masih kanak- kanak!
Demikianlah potret kehidupan sosial di barat yang ternyata sungguh menyedihkan. Sistem sekuler kapitalisme yang mereka usung ternyata tak mampu mewujudkan kehidupan yang sejahtera tapi justru menimbulkan efek buruk seperti gambaran di atas. Dan mereka sebagai penguasa peradaban dunia saat ini ingin menyebarkan ideologi mereka ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke negeri- negeri muslim.
Pariwisata, menjadi salah satu pintu masuknya nilai dan budaya barat ke negeri- negeri muslim. Jamak kita ketahui pasti ada pusat perbelanjaan di sekitar tempat wisata, ada hotel dan sarana hiburan lainnya. Pariwisata dan paket lengkapnya telah menimbulkan budaya konsumerisme, kebebasan, dan sederet nilai asing lainnya yang tanpa terasa masuk dan mempengaruhi kaum muslimin.
Terkait posisi nilai- nilai keluarga dalam pandangan Barat, pengusung ide kapitalis ini memandang keluarga bukanlah prioritas. Yang menjadi prioritas adalah bahwa laki- laki dan perempuan adalah aset bagi perekonomian. Posisi ibu rumah tangga itu tidak bernilai. Sehingga muncullah gerakan feminis yang digadang- gadang sebagai gerakan pembebasan perempuan atas nama ekonomi. Sehingga para ibu di barat didorong untuk menjadi wanita karir. Mereka rela menghabiskan separuh lebih dari gajinya untuk membayar pengasuhan anaknya. Tak masalah, yang penting mereka tetap bisa bekerja.
Adapun di AS, pada tahun 1960 sekumpulan anak muda AS melakukan pemberontakan atas nama revolusi seksual. Mereka menuntut agar penggunaan pil KB dilonggarkan. Mereka juga menuntut agar pemerintah mengurangi sensor atas tayangan dan tontonan yang dianggap tidak pantas. Tak hanya itu, mereka juga menuntut agar aborsi dilegalkan. Akibat dari revolusi ini akhirnya terjadilah pengabaian ikatan pernikahan. Tingkat perceraian pun meningkat. Dan yang jelas aborsi juga meningkat.
Kehidupan sosial dan keluarga yang terjadi di barat jelas sangat bertentangan dengan Islam. Islam punya aturan yang sangat khas dan sempurna dalam mengatur kehidupan masyarakat. Islam mendorong masyarakat untuk senantiasa menyuburkan amar ma'ruf nahi munkar. Setiap individu muslim juga dituntut untuk selalu mengikatkan dirinya dengan syariat Islam. Dengan sinergi individu dan masyarakat di atas, sistem Islam telah melakukan antisipasi dan perlindungan masyarakat dari berbagai kerusakan.
Untuk menjaga nilai- nilai dalam keluarga, Islam juga punya cara yang sangat efektif. Negara Islam akan melakukan edukasi kepada masyarakat tentang pandangan keluarga dalam Islam. Negara Islam juga akan menerapkan sistem pendidikan Islam yang diharapkan akan melahirkan generasi muslim yang bersyakhsiyah Islamiyah. Negara juga akan menerapkan kebijakan yang tegas dan efektif terkait media. Media dalam sistem Islam akan menciptakan lingkungan yang sehat dan kondusif bagi pembinaan umat Islam. Takkan ada celah bagi tontonan dan konten- konten unfaedah yang bisa merusak generasi.
Sungguh, invasi politik dan budaya asing itu nyata dan terjadi di depan mata kita saat ini. Tapi Islam punya solusi praktis dan efektif untuk menanggulangi invasi tersebut. Dan hal ini hanya bisa diwujudkan dalam sistem Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Wallahu a'lam bishshowab.[]
Oleh: Salma Azizah
Aktivis Muslimah
0 Comments