TintaSiyasi.com -- Menjelang dilaksanakannya Piala Dunia U-20 sangat ramai diperbincangkan di Indonesia. proses pengundian peserta grup akan digelar akhir bulan ini. Kehadiran tim sepak bola Israel mulai menarik perhatian. Sejumlah kalangan secara terang-terangan menyampaikan penolakan kehadiran tim itu. Hingga pada akhirnya jadwal undian(drawing) babak grup yang sedianya dilakukan pada 31 Maret di Bali resmi dibatalkan FIFA.
Berbagai media mulai memberitakan berbagai penolakan kedatangan Timnas Israel U-20 ke Indonesia. Seperti yang dilansir dari media Voaindonesia.com (10/03/2023), Aksi penolakan kehadiran tim Israel di Piala Dunia U-20 mulai bermunculan. Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI KH. Muhyiddin Junaidi, Wakil Ketua Komisi X DPR Abdul Fikri Faqig, Partai Keadilan Sejahtera PKS hingga ormas yang selama ini mendorong kemerdekaan Palestina telah mendesak pemerintah agar berani mengambil sikap, dengan menolak kehadiran delegasi Israel di Piala Dunia U-20.
Begitupun alasan dibatalkannya jadwal undian(drawing) di Bali diakibatkan adanya penolakan dari Gubernur Bali itu sendiri. Seperti dikutip dari sports.sindonews.com (26/03/2023), Arya menjelaskan pembatalan undian babak grup tersebut dilakukan karena adanya penolakan kedatangan Timnas Israel ke Pulau Dewata oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster.
Padahal, undian tak bisa digelar jika semua peserta tidak ikut. "Karena adanya penolakan dari Gubernur Bali yang menolak kedatangan tim Israel. Sedangkan drawing tidak bisa dilakukan jika semua peserta tidak ikut," tambahnya.
Alasan Penolakan Timnas Israel U 20 Ke Indonesia
Adanya penolakan yang sangat kuat di Indonesia ini bukan tanpa alasan. Indonesia yang terkenal ramah dan penuh empati sangat tidak mungkin untuk menerima negara yang sudah sangat jelas berperilaku seperti penjajah. Seperti yang kita ketahui dalam sejarah panjang Israel dari dulu hingga saat ini, Israel masih melakukan penjajahan, penyiksaan, dan pembunuhan kepada Palestina.
Sebagai manusia yang memiliki naluri kemanusiaan yang baik pasti akan menolak Israel, sebab jika kita mendukungnya maka kitapun sama seperti mendukung penjajahan.
Selain itu Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim di dalamnya tentu saja akan sangat banyak penolakan. Sebab Palestina merupakan bagian dari kaum muslim yang harus kita bela sebagai saudara sesama muslim.
Saat ini, langkah paling awal yang bisa kita lakukan untuk Palestina adalah dengan tidak mendukung Israel dalam bentuk apapun. Walaupun banyak pihak yang sangat menyayangkan atas penolakan ini karena akan berpengaruh pada berbagai bidang lainnya selain olahraga. Salah satunya potensi ekonomi dari adanya perhelatan Piala Dunia yang akan sangat menguntungkan, mulai dari hotel, pariwisata, kuliner, dan lainnya.
Negara pun akan meraup banyak keuntungan dengan adanya pelaksanaan Piala Dunia U-20 ini di Indonesia.
Namun potensi keuntungan ekonomi tersebut tidaklah sebanding dengan kejahatan yang dilakukan oleh saudara muslim kita di palestina. Berjuta-juta orang dibunuh, kehidupan yang gelisah setiap saat, kemiskinan merajalela, pemukiman yang tak layak harus dinikmati oleh mereka.
Keuntungan ekonomi yang akan di raih oleh Indonesia tak akan pernah bisa menandingi penderitaan rakyat Palestina.
Kita hanya bisa membatasi Israel di media sosial saja, namun kita lihat di ramadhan kali ini banyak hal yang dilakukan Israel pada Palestina. Mulai dari membatasi akses masuk masjid, menyerbu komplek Al-Aqsa, dan mengusir kaum muslim yang sedang beribadah. Dan semua itu tidak terjadi pada tahun ini saja, bahkan sedari puluhan tahun yang lalu.
Pemisahan Politik dan Sepak Bola adalah Ilusi
Memisahkan politik dan sepak bola memanglah sebuah ilusi, apalagi dalam tingkat internasional. Seperti yang kita ketahui, sepak bola merupakan olahraga yang sangat disenangi oleh berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Banyak orang rela berkerumun dan berdesak-desakan hanya demi menonton sepak bola. Maka sepakbola akan menjadi satu pusat kerumunan yang akan mengundang banyak perhatian publik apalagi skala internasional, dan akan menjadi sarana efektif untuk membangun opini dan meneguhkan sikap.
Hal ini sebagaimana yang sempat terjadi pada Piala Dunia 2022 di Qatar, bagaimana Qatar sebagai tuan rumah menjadikan sepakbola menjadi salah satu media untuk mengenalkan Islam ke mata dunia. Lalu ada aksi tutup mulut yang dilakukan oleh Timnas Jerman sebagai bentuk protes atas larangan kampanye ‘One Love’ di Piala Dunia 2022. Dan Momen pemain maroko yang mengibarkan bendera Palestina usai kalahkan spanyol di perempat final sebagai aksi solidaritas terhadap rakyat Palestina. Begitupun dengan FIFA yang memberikan sanksi kepada Rusia akibat adanya penyerangan terhadap Ukraina.
Semua hal diatas menjadi dapat menggiring opini publik, serta menjadi penguat atas sikap kita terhadap sesuatu.
Maka politik sangat tidak bisa dipisahkan dari sepak bola, apalagi kita pura-pura tidak tahu bahwa sepak bola bisa membawa bahagia atau malah membawa bahaya. Begitupun kita sebagai umat muslim yang peduli pada saudara kita, momen ini bisa menjadi sarana untuk menunjukan pembelaan kita untuk Palestina.
Pembatasan Israel Tidak Cukup
Seperti dikatakan sebelumnya bahwa saat ini yang bisa kita lakukan hanyalah pembatasan terhadap Israel di media sosial saja. Dukungan kita terhadap Palestina saat ini hanya mampu sebatas doa dan pemberian semangat tanpa bisa melakukan aksi nyata.
Namun hal ini bukan solusi tuntas yang mampu menolong Palestina, tidak bisa kita hanya sekadar mengutuk Israel, atau menolak kedatangan tim sepak bolanya saja. Kewajiban seorang kaum muslim adalah memerangi siapa saja yang berani menyerang kaum muslim.
Seperti disebutkan dalam hadits, di sisi Allah, hilangnya nyawa seorang muslim lebih lebih besar perkaranya dari pada hilangnya dunia. “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani).
Bisa kita bayangkan berapa nyawa Kaum Muslim Palestina yang terbunuh? Namun saat ini kekuatan Kaum Muslim tak akan memberikan pengaruh signifikan pada Israel. Sebab Israel tak bisa kita perangi secara individu atau personal. Perlu adanya kekuatan besar yang mampu menaungi Kaum Muslim agar mampu bergerak membantu Palestina.
Satu-satunya institusi yang mampu membela Palestina ialah negara Islam dalam bingkai Khilafah Islamiyah. Khilafah tak akan membiarkan umat Muslim tertindas apalagi hingga terbunuh. Seperti pada kisah seorang wanita Muslim yang kain bajunya dipaku oleh seorang yahudi, hingga akhirnya bajunya tersingkap dan terlihatlah auratnya. Maka Rasulullah sebagai pemimpin umat Muslim saat itu memerintahkan untuk memberikan pelajaran bagi yahudi tersebut. Maka sudah menjadi kewajiban kita sebagai seorang Muslim untuk membela Palestina, dengan mewujudkan Khilafah Islamiyah.
Wallahu A'lam Bishshawab.[]
Oleh: Rheiva Putri R. Sanusi
(Mahasiswi)
0 Comments