Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Pengerdilan Makna Pengajian

TintaSiyasi.com -- Hadir di pengajian dianggap melalaikan anak adalah tuduhan tak berdasar.  Ini adalah salah satu bentuk salah paham terhadap aktivitas menuntut ilmu agama yang hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim termasuk muslimah.

Ramai beredar mengenai video Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri yang sedang berbicara mengenai ibu-ibu di Indonesia yang suka mengikuti pengajian, sehingga lupa mengurus pekerjaan rumah dan anaknya.

Pernyataan ini sontak menjadi sorotan kembali setelah pidatonya memicu kontroversi di media sosial (medsos). Bahkan ada beberapa tokoh yang menanggapi pernyataan Megawati Soekarnoputri. Pidato Megawati itu terucap saat ia menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana' di Jakarta Selatan pada Kamis (16/2/2023)..

Dalam video yang beredar tersebut, Megawati mempertanyakan nasib anak-anak yang sering ditinggalkan Ibunya pengajian. Dikutip dari tayangan YouTube Tribun Medan TV.

Megawati menyampaikan bahwa pengajian yang diikuti oleh ibu-ibu itu akan sampai kapan hingga mempertanyakan bagaimana nasib anak-anaknya.
Dia mengaitkannya dengan aktivitas keagamaan kaum ibu yang waktunya tersita untuk pengajian sehingga lupa mengurus anak. Alhasil, ia sampai berpesan agar kaum ibu bisa membagi waktu agar waktunya tidak habis untuk pengajian dengan melupakan asupan gizi anak.

Megawati pun bakal menginstruksikan kepada dua menteri yang mengurusi ibu-ibu dan stunting, yaitu Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati alias Bintang Puspayoga dan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini untuk mengatur waktu ibu-ibu, supaya tidak terus mengikuti pengajian karena sampai melupakan asupan gizi anak.

Pernyataan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri yang menyindir ibu-ibu pengajian ditanggapi oleh Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Andi Nurpati. Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) itu mengatakan bahwa pengajian tidak dilakukan setiap hari.

Andi Nurpati menuturkan, pengajian itu terkadang dilakukan seminggu sekali atau sebulan sekali. Dia menambahkan, di dalam pengajian juga terkadang banyak membahas tentang kesehatan.
 "Sangat tidak pantas menyoal ibu-ibu pengajian, kenapa enggak menyoal ibu-ibu yang dugem (dunia gemerlap, red) ke diskotik? Ibu-ibu yang bekerja full day?" kata Andi Nurpati kepada SINDOnews, Minggu (19/2/2023).

Maka itu, Andi Nurpati menyayangkan pernyataan Megawati yang menyindir ibu-ibu pengajian tersebut. "Apalagi sudah pernah jadi pemimpin negeri, ketum parpol, penasihat atau pembina BRIN, sudah professor dan lain-lain. Mestinya bukan menghujat, tapi memberi support, motivasi dan lain-lain bagaimana supaya ibu-ibu lebih care dengan anak-anaknya supaya tidak kena stunting," ungkapnya.

Dalam hal ini  Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH Muhammad Cholil Nafis, juga menanggapi pidato Megawati Soekarnoputri terkait ibu-ibu pengajian. 

Menanggapi hal tersebut, Kiai Cholil mengatakan, ibu-ibu yang rajin ke pengajian tidak menelantarkan anak-anaknya. Karena kebanyakan ibu-ibu yang datang ke pengajian, anak-anaknya sudah besar.

Ia mengingatkan, bahkan ibu-ibu yang datang ke pengajian lebih sebentar menghabiskan waktu.
"Waktunya untuk pengajian lebih sebentar daripada wanita yang kerja kantoran atau bisnis," kata Kiai Cholil kepada Republika, Ahad (19/2/2023).

Ia menambahkan, malah dengan ikut pengajian, ibu-ibu jadi tahu dan peduli mengurus anak. Sebab, tidak ada ceritanya ibu-ibu rajin pengajian menjadi bodoh dan tidak kreatif.

Ngaji itu melatih hati dan pikiran. "Soal tidak senang ngaji, tak apalah, tapi tak usah usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji sampai kapan pun," ujar Kiai Cholil.

Adapun tanggapan dari tokoh Ketua Umum Badan Kontak Majelis Taklim (BMKT) Pusat, Syifa Fauzia, menyayangkan pernyataan Megawati Soekarnoputri yang menanyakan mengapa ibu-ibu suka ke pengajian. Majelis taklim atau pengajian disebut sebagai wadah bagi para ibu menimba ilmu dan menambah iman.

"Pengajian adalah sarana informal untuk menuntut ilmu. Kami sangat menyesalkan jika ibu Mega terkesan seperti mempertanyakan mengapa ibu-ibu suka sekali datang ke pengajian," ujar dia saat dihubungi Republika, Ahad (19/2/2023

Justru, ia menyebut apa yang dilakukan ibu-ibu ini harus diberi semangat. Mereka berupaya untuk mencari ilmu di luar ilmu-ilmu formal atau tingkat pendidikan formal. Dengan posisi sudah menikah dan punya anak, Syifa menyebut mereka akan berat dan susah jika disuruh melanjutkan pendidikannya di sisi formal, termasuk dari sisi waktu dan uang. Kondisi mereka tidak bisa diseragamkan seperti waktu masih sekolah atau kuliah.

Demikian tanggapan dari para tokoh yg menyayangkan sikap pernyataan dari Megawati Soekarnoputri yang menyindir ibu ibu pengajian.
Seharusnya pengajian menjadi tempat alternatif untuk memahami berbagai hukum Allah secara kaffah yang dibutuhkan dalam mengarungi kehidupan,termasuk dalam mendidik anak. agar selalu dalam Ridha Allah.  Ilmu wajib yang justru tidak didapatkan di bangku sekolah yang memiliki kurikulum sekuler. Ilmu agama bahkan dianggap tak penting sehingga hanya diberi waktu 2 jam /minggu, dan juga diwacanakan untuk dihapus dari kurikulum.

Tingginya angka stunting merupakan akibat buruknya negara meriayah rakyatnya . Tidak ada hubungannya dengan keaktifan ibu-ibu di pengajian. Mengaitkan pengajian sebagai sebab stunting bukan sekadar tidak nyambung, tetapi terkesan lempar tanggung jawab.

Sejatinya, pernyataan yang mencuat kali ini adalah bagian dari sejumlah pernyataan sebelumnya yang menunjukkan adanya islamofobia pada sebagian politisi dan pejabat di negeri ini. Gejala islamofobia tersebut tampak dalam pernyataannya yang menyakiti hati umat Islam.

Dahulu, ada pejabat yang mengatakan agar umat jangan mau dibohongi pakai Al-Qur’an. Juga ada stigma tentang ideologi tertutup dan tudingan “peramal masa depan” pada kelompok Islam. Selain itu, ada juga pejabat yang melarang belajar agama secara mendalam. Akhir-akhir ini, muncul seruan untuk menolak politik identitas yang hakikatnya ditujukan pada kelompok Islam. Kini, tudingan negatif tertuju pada ibu-ibu pengajian.

Hendaknya hal ini menjadi pelajaran bagi umat Islam bahwa meski jumlah umat Islam mencapai ratusan juta di negeri ini, nyatanya aspirasi Islam tidak menjadi agenda politik para politisi sekuler. Jika umat ingin mewujudkan Islam dalam kehidupan, mereka jelas tidak bisa berharap pada politisi, melainkan harus berjuang dengan dakwah amar makruf nahi mungkar.

Dalam negara Islam, mengkaji Islam secara kaffah itu bagian dari program pembinaan kepribadian setiap individu, yang terintegrasi dalam kurikulum dan kebijakan negara lainnya,sehingga menghasilkan individu yang beriman dan bertakwa, tinggi taraf berpikirnya, kuat kesadaran politiknya  yang juga menjadi bekal bagi para ibu untuk mendidik anaknya menjadi muslim yang berkepribadian Islam calon pemimpin masa depan .

Mengkaji Islam Adalah Kewajiban.
Pernyataan Megawati itu tentu sangat menyakiti hati umat Islam. Betapa tidak, mengkaji Islam merupakan sebuah kewajiban yang Allah Swt. dan Rasulullah saw. perintahkan. 

Allah Swt. berfirman,

 يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ

“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS Al-Mujadilah: 11).

Rasulullah saw. juga menegaskan wajibnya mengkaji Islam,

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍَ

“Mencari ilmu adalah kewajiban setiap muslim.” (HR Ibnu Majah).

Mengkaji Islam penting bagi setiap muslim agar selamat di dunia dan akhirat. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

“Barang siapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barang siapa menginginkan akhirat, hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat), hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

Oleh karenanya, merupakan hal aneh ketika ada yang menganggap buruk aktivitas mengkaji Islam dan menudingnya sebagai penyebab stunting. Bagaimana bisa seorang muslim menganggap buruk sebuah kewajiban yang Allah Swt. dan Rasulullah saw. perintahkan? Apakah ini sebuah sikap menentang perintah Allah SWT ??.

Mengkaji Islam Itu Mencerdaskan.
Selain wajib dan penting, mengkaji Islam juga mencerdaskan. Dalam forum pengajian, akan dibahas Islam sebagai solusi problematika umat. Mulai dari masalah akidah hingga syariat, ibadah hingga muamalah, bahkan ekonomi hingga politik dalam dan luar negeri.

 // Bangga berIslam kaffah.
Yok mengkaji Islam secara kaffah.
Meraih sakinah dengan menjalankan syari'at secara kaffah//

Oleh: Elyarti
Aktivis Muslimah

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments