Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Kekerasan Menjadi Budaya Generasi

TintaSiyasi.com -- Saat ini mendengar kata kekerasan rasanya sudah menjadi makanan sehari-hari, karena semakin marak dan banyaknya tindak kekerasan yang dilakukan, tidak saja dilakukan oleh anak- anak dan generasi muda tetapi juga oleh kalangan orang yang sudah berumur (tua).

Maraknya kekerasan yang terjadi saat ini adalah gambaran bahwa terdapat adanya kesalahan dan bukti gagalnya sistem kehidupan yang digunakan hingga saat ini. Siapapun yang hidup dalam sistem kehidupan saat ini, maka tidak bisa menghindar dari lingkaran setan kekerasan. Baik sebagai pelaku, saksi, maupun korban. Baik kedudukannya sebagai seorang suami, istri, orang tua maupun anak-anak. Masyarakat saat ini begitu mudah tersulut emosi, cenderung agresif dan beringas.

Kekerasan yang dilakukan bukan hanya kekerasan fisik seperti penganiayaan maupun pembunuhan tetapi juga kekerasan psikis berupa kekerasan verbal, makian, hujatan hingga body shaming, serta ditambah lagi dengan kekerasan seksual yang angkanya sangat mengerikan. 

Sebagai contoh kekerasan atau kasus penganiayaan yang dilakukan oleh anak pejabat pajak yang bernama Mario Dandy Satriyo, terhadap putra petinggi GP Ansor Jonathan Latumahina yang bernama David. Penganiayaan secara brutal oleh Mario ini terjadi di sebuah perumahan di Pesanggarahan, Jakarta Selatan, Senin (20/2) sekitar pukul 20.30 WIB (CNN Indonesia, Sabtu, 25 Februari 2023).

begitu juga kekerasan yang dilakukan oleh lima pemuda yang masih berstatus pelajar Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Purwakarta.  Menurut Kapolres Purwakarta, AKBP Edwar Zulkarnain, kelima pemuda tersebut diamankan lantaran melakukan percobaan pencurian dengan kekerasan (curas) (jurnalpolri.com, Rabu, 22 Februari 2023). 

Melihat fenomena kekerasan yang terjadi diatas bisa disebabkan tidak memahami tata cara mengendalikan amarah, tidak memahami cara memperlakukan orang lain, dan tidak memahami konsep ukhuwah atau ta'awun, gagalnya sistem pendidikan membentuk anak didik yang beriman dan bertaqwa dan berakhlak mulia, lemahnya peran serta keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji hingga rusaknya masyarakat, yang menjadikan skala manusia menjadi penentu segala sesuatu.

Selain itu, kekerasan juga dipicu oleh depresi akibat tekanan hidup yang sangat tinggi. Hidup serba sulit dari kata kesejahteraan, seperti himpitan ekonomi, relasi yang buruk dengan pasangan, keluarga yang tidak harmonis atau lingkungan yang permisif terhadap kekerasan. Itu semua adalah buah dari sistem kehidupan kapitalis sekuler yang diterapkan, yaitu sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan, sehingga membuat manusia semakin jauh dari suasana keimanan.

Islam Sebagai Solusi

Islam memiliki solusi untuk memutus mata rantai kekerasan. Berikut solusi Islam dalam mengurai hal tersebut :

Pertama, secara individu. Mencoba menjadi pribadi yang tidak mudah tersulut emosi, dengan mendekatkan diri kepada Allah, memahami syariat, terkait tata cara mengendalikan emosi dan tata cara berinteraksi dengan masyarakat, serta memahami cara menyelesaikan setiap persoalan hidup tanpa jalan kekerasan.

Kedua. Secara masyarakat. Harus memiliki perasaan yang sama yaitu menimbang segala sesuatu hal dengan standart halal dan haram yang sama, menumbuhkan tradisi amar makruf nahi munkar, saling menegakkan kebenaran dan mengingatkan jika ada penyimpangan dari syariat dengan lemah lembut.

Ketiga. Secara negara. Menegakkan syariat Islam secara sempurna. Syariat Islam menutup celah dari semua faktor pemicu kekerasan. Dalam sektor pendidikan, aqidah Islam menjadi pondasi dalam seluruh aspek kurikulum sehingga tertanam akhlak dan karakter kepribadian yang jauh dari sikap temperamental. Apabila terdapat sikap temperamental, maka ditundukkan dengan syariat.

Keempat, secara ekonomi. negara membuka lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya, membagikan harta dari baitul maal untuk yang miskin, dan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok masyarakat.

Kelima, secara sosial. Negara menegakkan tata pergaulan yang sehat. Memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan, sehingga tidak terjadi interaksi yang tidak diinginkan.

Keenam, secara hukum. Islam tegas menghukum pelaku kekerasan sehingga membuat jera dan menyadarkan pelaku agar bertaubat, serta mencegah orang lain agar tidak melakukan kekerasan.

Penerapan sistem Islam secara kaffah atau menyeluruh akan menjadi jaminan rahmat dan kebaikan. Sistem Islam menjaga jiwa, menjaga akal, menjaga akidah, menjaga harta, menjaga kehormatan serta menjaga wibawa negara. Sehingga hanya dengan menerapkan sistem Islamlah yang dapat mensolusi tuntas untuk menjauhkan kekerasan dari peradaban manusia. Wallahu’alam Bishshawab.[]

Oleh: Dewi Rahayu Cahyaningrum
Komunitas Muslimah Rindu Jannah Jember

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments