TintaSiyasi.com -- Layanan kesehatan merupakan kebutuhan vital bagi masyarakat. Tidak hanya strata atas yang membutuhkan pelayanan tersebut. Strata bawah juga mempunyai urgensi terhadap layanan kesehatan.
Afghanistan memiliki tingkat kematian ibu melahirkan yang jauh lebih tinggi dibanding gabungan enam negara tetangganya, demikian menurut laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang dirilis pada Kamis (23/2).
Juru bicara Doctors Without Borders MSF Brienne Prusak mengatakan pada VOA, larangan yang diberlakukan Taliban pada perempuan baik untuk menempuh pendidikan maupun untuk bekerja, telah “Mencegah perempuan mengakses layanan kesehatan.” (Voaindonesia.com, 24/02/2023).
Selain itu, para pakar lainnya mengatakan krisis kesehatan ibu dikhawatirkan akan makin memburuk. Hal itu dapat melumpuhkan ekonomi nasional dan memaksa jutaan warga Afghanistan jatuh dalam kemiskinan.
Tahun 2019, rasio penduduk miskin ekstrem dunia sebesar 8,4% dari total populasi dunia. Turun 0,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pandemi covid-19 membuat penduduk miskin dunia diperkirakan bertambah 119 juta-124 juta orang pada tahun 2022 (Kompas.id, 27/10/2022).
Kasus yang terjadi di Afghanistan tidak lepas dari kelalaian sistem dalam riayah umat. Taliban dengan sistem yang memaksa. Membuat rakyat Afghanistan terkhususnya wanita menderita. Dengan menguasai pemerintahan. Taliban berusaha menerapkan keadilan di Afghanistan. Nyatanya, kemiskinan terus melanda. Bahkan, populasi kemiskinan tercatat naik. Jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya.
Infrastuktur pun dinilai tidak memadai untuk melakukan pelayanan kesehatan yang layak. Ini tidak jauh dari kategori Afghanistan sebagai salah satu negara terbelakang. Sehingga, pembangunan infrastuktur terhalangi dengan minimnya dana yang tersedia.
Solusi Tuntas Bukan Solusi Utopis
Ketika pasukan asing mulai ditarik, naiknya Taliban ke tampuk kekuasaan menyebabkan bantuan asing yang mendanai sistem perawatan kesehatan Afghanistan dibekukan.
Para pendonor dari negara-negara Barat, termasuk AS dan kelompok seperti WHO. Mengaku kesulitan memberi dana kepada Taliban dan pasukan medis ke bandara Kabul yang kacau (bbc.com, 21/09/2021).
Fakta tersebut menunjukkan. Bahwa, dunia termanipulasi dengan solusi semu. Mereka merasa terbantu oleh belas kasih negara-negara Barat. Terlebih para korban dari rezim saat ini. Mereka lupa bahwa negara-negara Barat merupakan dalang pembuatan skenario kebiadaban.
Ungkapan piagam PBB dapat membantu mereka. Merupakan ujaran kedustaan yang digaungkan. Demi langgengnya kekuasaan.
Meskipun, beberapa organisasi internasional atau relawan juga datang dan mengirim bantuan. Tetap saja, itu hanya solusi jangka pendek. Problematika dunia tetap menjadi masalah sistemik. Benang merah dari segala liku problematika ada pada sistem yang diterapkan. Dalam sisitem sekularisme hanya ada penawaran solusi semu dan utopis. Tidak menuntaskan akar masalah. Apalagi ketika tidak ada cost dan benefit di dalamnya.
Dalam Islam, kebutuhan pokok masyarakat terjamin. Pembangunan infrastuktur akan dilakukan dengan tujuan riayah umat. Dan demi melaksanakan maqasidus syar’i. terlebih infrastuktur untuk fasilitas vital umat. Kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lainnya. Solusi tuntas dari problematika ini tidak dapat dicampurkan dalam sistem bathil. Butuh wadah untuk melakukan pelaksanaan sistem Islam secara kaffah. Yaitu, Daulah Islam. Wallahu a’lam. []
Oleh: Hilwa Imadiar
Aktivis Muslimah
0 Comments