Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Islam Bangkitkan Taraf Berpikir

TintaSiyasi.com -- Masyarakat Provinsi Bengkulu dihebohkan dengan insiden sejumlah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang melakukan tindakan melukai tangan dengan silet di salah satu SMP Negeri di Argamakmur, Kabupaten Bengkulu Utara.

52 siswi SMP di Bengkulu Utara itu melakukan aksi melukai diri dengan cara menyayat tangan secara beramai-ramai.
Kapolres Bengkulu Utara AKBP Andy Pramudya Wardana mengatakan, pihak kepolisian dan dinas terkait sudah turun langsung memeriksa kasus ini.
Hasilnya, siswi ini seperti mengikuti trend kekinian, sebagai tanda seolah-olah ada gangster di sekolah. (https://www.tribunnews.com/10 Maret 2023)

Sementara itu, beberapa waktu sebelumnya diberitakan oleh CNNIndonesia.com (03 Maret 2023),  seorang perempuan di Leuwiliang, Kabupaten Bogor ditemukan tewas dengan kondisi leher menggantung di sebuah tali. Korban berinisial W (21 tahun) tersebut tewas saat membuat konten candaan gantung diri di hadapan teman-temannya via video call. 

Beberapa fakta tersebut tentu sangat memprihatinkan. Generasi hari ini seolah kehilangan jati dirinya. Demi eksistensi diri dan mengejar materi apapun dilakukan meski diluar akal sehat. Bahkan berujung dengan kematian sia-sia.

Media sosial hari ini memang menjadi salah satu platform yang digandrungi masyarakat terutama para remaja. Dikutip dari wikipedia, dalam teori generasi (Generation Theory) yang dikemukakan Graeme Codrington & Sue Grant-Marshall, Penguin, remaja saat ini termasuk generasi Z. 

Generasi Z adalah generasi yang lahir dalam rentang tahun 1996 sampai dengan tahun 2009. Generasi yang disebut juga generasi internet ini merupakan generasi pertama dunia digital. Smartphone dan media sosial tidak dilihat sebagai perangkat dan platform, tapi lebih pada cara hidup. Bahkan Generasi Z menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas.

Hal ini tentulah hasil dari sistem kehidupan yang diyakini masyarakat dalam seluruh aspeknya. Negara sekuler kapitalistik yang sangat rendah taraf berfikirnya, dimana tujuan hidup yang hanya sekedar mengejar materi dan kesenangan dunia semata, dengan mengesampingkan agama sebagai pedoman hidup. Sehingga perilaku hidonis dan materialistik telah membudaya di tengah-tengah masyarakat.

Saatnya mengembalikan generasi yang rusak ini kepada Islam. Dengan kesempurnaan Islam sebagai agama yang mengatur segala aspek kehidupan, tentu akan terwujud peradaban cemerlang sebagaimana yang pernah terjadi berabad-abad silam.

Generasi muda merupakan aset peradaban yang sangat berharga. Oleh karenanya, sudah selayaknya Islam memberikan perhatian khusus dalam mendidik dan membina mereka agar tumbuh menjadi generasi yang berkepribadian Islam. 

Dalam sistem Islam sudah  barang tentu negara akan menerapkan pendidikan islam yang berlandaskan aqidah Islam. Hingga tujuan hidup para generasi akan terarah sesuai fitrahnya yakni beribadah kepada Allah Swt dengan taat syari’at-Nya.

Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa peradaban Islam telah banyak melahirkan para ilmuan dan cendekiawan pada masa kejayaannya, tentu hal ini tidak lepas dari dukungan negara yang memberikan fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang pendidikan.

Bukan sekadar melahirkan ulama yang hafizd Qur’an atau mahir dalam bidang agama semata, tetapi ulama yang mampu dalam pengembangan iptek. Oleh karena itu, kemajuan teknologi terutama digital seperti saat ini dapat diimbangi dengan kejernihan berfikir sehingga dapat menyaring berbagai konten yang merusak pemikiran Islam.

Sebaliknya, dapat digunakan untuk membuat konten dan tayangan yang edukatif, dalam rangka amar makruf nahi mungkar. Bahkan, mampu membuat aplikasi yang memudahkan dakwah tersebar luas ke seluruh penjuru dunia. Dengan demikian Islam rahmatan lil’alamin akan terwujud. Wallahu’alam bishshowab.

Oleh: Dewi Ratih
(Aktivis Muslimah)

Baca Juga

Post a Comment

0 Comments