Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Dari Turis Jadi Pebisnis, Kapitalisme Buat Mereka Eksis


TintaSiyasi.com -- Menjadi tempat tujuan wisatawan bagi kota Bali tidak selalu membawa keberuntungan. Sejak orde baru menetapkan kota Bali sebagai destinasi wisata asing, sejak itulah permasalahan mulai muncul dan hingga kini belum juga dapat terselesaikan. Turis asing di Bali nyatanya tidak hanya menikmati keindahan alam, namun mereka berulah hingga membuat masyarakat asli Bali resah. Para turis sering melecehkan tempat ibadah, mencuri, dan merampas pendapatan masyarakat asli Bali dengan menjadi pengusaha rental sepeda motor, pemandu wisata, penjual sayur, dan lain-lain.

Meski pemprov Bali telah mendeportasi turis nakal dan membuat aturan sewa motor hanya di rental travel resmi, namun tetap saja ulah turis yang berbisnis tak kunjung habis. Apalagi bagi Turis Rusia dan Ukraina yang negaranya kini dilanda perang. Turis asing ini menjadikan Bali sebagai tempat persinggahan untuk menghindari perang. Inilah akibatnya jika negara menggantungkan ekonomi ke sektor pariwisata. Ibarat buah simalakama, bertindak apapun jadi serba salah. Menutup pariwisata dampaknya negara tak dapat devisa. Membuka pun menuai permasalahan yang tak kunjung reda.

Melansir dari tirto.id (9/3/2023), I Wayan Willyana (33 tahun), seorang pemandu wisata asal Bali mengeluhkan ulah turis asing yang berbisnis di Bali bukanlah praktik yang baru. Masyarakat asli Bali sudah sering cek-cok dengan turis. Tanpa ketegasan dari pemerintah ulah turis nakal tetap terjadi. Ia mendesak pemerintah Bali untuk menyelesaikan permasalahan ini karena tidak mungkin diselesaikan sendiri oleh masyarakat, penyelesaian secara struktural dengan sistem yang memastikan tak ada lagi turis asing yang berulah.

Puluhan tahun sudah masyarakat Bali dirundung resah, namun inilah lingkaran sekularisme kapitalisme yang hanya memberi peluang kepada pemodal. Bukan tidak mungkin jika tidak ada perubahan sistemik maka para turis yang menguasai modal besar akan benar-benar menggusur bisnis masyarakat asli Bali. Sudah jamak diketahui, karakteristik kapitalisme yang memberi peluang kepada penguasa dan pemilik modal untuk berjaya. Para WNA yang awalnya jadi turis 'dapat jaminan' hingga tetap eksis. Sedangkan rakyat kecil semakin tergusur dan tertindas.

Dunia Islam butuh khilafah untuk melindungi potensi alam dari eksploitasi para oligarki. Juga untuk melindungi manusia dari keterjajahan. Kondisi ketika penduduk asli sulit mengembangkan naluri kemanusiaan, juga sulit mencari penghidupan karena potensi yang ada telah dikuasai oleh segelintir elit. Yakni penguasa yang ingin terus bertahta juga pengusaha yang ingin mengumbar keserakahannya.

Jika kita merujuk kepada sumber hukum Islam, sejatinya keindahan alam bukan lah sumber eksploitasi untuk menghasilkan cuan. Allah menghendaki dengan keindahan alam semesta, manusia menjadikannya sebagai objek berfikir yang menghasilkan kesadaran akan kelemahan dan keterbatasan dirinya, sekaligus menyadari Kemahakuasaan Allah sehingga manusia taat syariat dan senantiasa memperkokoh keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Allah berfirman, "Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah malam dan siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan jangan (pula) bersujud kepada bulan, tetapi bersujud lah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah" (TQS. Fushilat: 37).

Mempromosikan keindahan alam manapun, termasuk keindahan alam di Bali, baik berupa pantai, pegunungan, air terjun, dan bangunan peninggalan sejarah, sama artinya dengan mengajak manusia, dalam hal ini turis asing dan domestik untuk berpikir dan menghayati hakekat penciptaan alam semesta, manusia, dan kehidupan yang telah Allah berikan. Negara dapat menyediakan seorang promotor wisata dan guide yang mempunyai kapasitas untuk menjelaskan hal itu. Harapannya agar wisatawan Muslim akan makin kokoh keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Sedangkan bagi wisatawan asing yang berasal dari negara kafir mu'ahid dan musta'min, agar menyadari kekuasaan Allah, memuliakan Islam dan kaum Muslim serta mengagungkan peradaban Islam.

Inilah sejatinya wujud syukur masyarakat Bali yang dianugerahi oleh Allah dengan keindahan alam yang mampu memukau dan menarik turis. Masyarakat Bali khususnya, dan dunia Islam umumnya membutuhkan sistem kenegaraan yang mampu mewujudkan politika will yang akan membantu pemerintah untuk menyelesaikan persoalan komplek yang terjadi di Bali. Solusi dari masalah sumber pendapatan, interaksi sosial, etika bisnis, dsb sehingga tidak menjadikan sektor pariwisata sebagai satu-satunya sumber ekonomi. Pemerintah dengan mandiri dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Juga menghindarkan masyarakat agar tidak terjadi konflik sosial dengan turis. Negara juga akan dapat melindungi umat dari invasi budaya asing yang merusak, seperti liberalisme, sekularisme, hedonisme yang dibawa oleh para turis dari negerinya. Wallahu a'lam bishshawab. []


Oleh: Liyah Herawati
Kelompok Penulis Peduli Umat
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments