Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

The Rising Generation: Ketika Potensinya Dibajak Kita Bisa Apa?


TintaSiyasi.com -- Tiap kali kuhadapi masalah-masalah besar, yang kupanggil adalah anak muda, begitu kira-kira ucapan Amirul Mukminin Umar Bin Khattab ra. Jelas generasi muda bukan generasi sembarangan, aset luar biasa yang tak ternilai harganya. Pada pundaknya peradaban ini akan terus berlanjut, di tangannya perubahan akan menemukan arah.
 
Tidak salah juga seorang tokoh untuk membakar semangat pemuda dengan berucap. “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia” (Ir. Soekarno). Kata yang cukup meningkatkan percaya diri pemuda bahwa Ia berharga. Pemuda memiliki peran yang sangat strategis untuk peradaban. Energi lebih sebagai sosok dengan ide kreatif, dinamis. Mereka juga berpotensi sebagai kekuatan intelektual untuk menyongsong perubahan. Perannya yang cukup strategis memberikan ruang gerak luas untuk melakukan perbaikan. 

Namun saat ini kita disuguhkan fakta yang seolah harapan kita pada pemuda kian pupus. Potensi mereka dibajak, arah hidup mereka disetir, mental mereka berantakan, standar hidup mereka bukan lagi Islam. Benar saja, menurut kepala BKKBN Dr (HC) dr. Hasto Wardoto, Sp,Og setidaknya ada tiga hal yang mencadi ancaman pada generasi muda Indonesia yaitu stunting mental emotional disoreder (gangguan emosil mental), difabilitas dan narkotika. Beliau juga menambahkan bahwa gangguan emosi mental pada pemuda di indonesia kian bertambah dari tahun ke tahun dari 6,1 persen menjadi 9,8 persen hal ini menjadi perhatian yang serius (edisi.co.id, 6 juli 2022). Mengingat tingkah laku mereka makin hari makin brutal, kasar dan lepas kendali, dan dekadensi moral. 

Jika ditelisik lebih dalam saat ini keadaan pemuda sangat mengkhawatirkan. Mereka diserang dari berbagai sisi, ditekan dari berbagai arah. Satu hal mendasar yang saat ini tengah membidik mereka yaitu ide sekuler kapitalisme yang juga menyerang dunia Islam. Ide yang berbahaya ini mengalihkan pemikiran dan tujuan hidup mereka agar jauh dari Islam, setidaknya membuat pemahaman mereka buram, samar tentang kesempurnaan Islam.

Pemahaman kapitalis sebagai dasar berdirinya pemikiran cabang yang cukup menggoyahkan kedudukan tangguh pemuda Muslim, mereka terus diaruskan kepada pemahaman tentang kesetaraan gender, liberalisme, moderasi beragama dan pluralisme. Hal ini hanya segelintir fakta bagaimana kondisi mereka tak baik-baik saja, masih banyak fakta lain yang mengejutkan, seolah kita tak bisa berharap lagi kepada mereka. Namun masa ini akan terus berlalu generasi terdahulu harus ada yang menggantikan. Tak ada lagi yang bisa kita lakukan selain menjaga mereka, membuka pemikiran mereka agar muncul kesadaran bahwa mereka tengah dibajak dan menyeru mereka lagi agar kembali kepada Islam nan kaffah. 

Wahai pemuda! Jangan biarkan dirimu jatuh terpuruk dalam kubangan arus hedonisme, pergaulan yang salah hingga berdampak pada krisis identitas sebagai pemuda Muslim. Bumbui gerakan yang murni berlandaskan kepedulian dengan kekuatan Islam. 

Wahai pemuda! Perkayalah pemikiran dengan tsaqofah Islam, agar tsaqofah itu menggerakanmu untuk mengembalikan kehidupan Islam dengan pemikiran yang cemerlang. 

“ … Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (TQS. Az-Zumar: 9).

Pemuda Muslim, dialah seseorang yang menyibukan diri dalam ketaatan. Karenanya Islam memberikan perhatian besar terhadap generasi muda (pemuda), karena kelak merekalah yang akan menjadi penerus peradaban ini. Sungguhlah dalam sistem pendidikan Islam hal ini akan menjadi perhatian lebih. Tidak hanya sekadar menguasai knowledge yang begitu luar biasa, seorang pemuda Muslim juga begitu dekat dengan pencipta-Nya. Hingga wajar sistem Islam melahir pemuda yang berkualitas dari segi keimanan dan pengetahuan. Sebut saja Muhammad bin Idris as-Syafii, Iyash bin Mu’awiyah, belum genap berusia 15 tahun telah mampu memberi fatwa. Tak hanya itu, banyak pemuda pemuda dalam menorehkan prestasi dunia yang bervisi akhirat. 

Semua itu tak akan bisa tercipta dengan sendirinya, harus ada peran semuanya pihak untuk dapat mewujudkanya. Mulai dari lingkungan yang kondusif hingga negara sebagai penggerak seluruh regulasi yang ada. Namun apa yang dapat kita lakukan sekarang, dimana sistem yang diterapkan bukanlah Islam.

Pertama, tanamkan dalam hati bahwa Islam adalah agama sempurna yang mengatur kehidupan secara kaffah. Berikan mereka ruang untuk berpikir dengan mengindera fakta-fakta yang ada saat ini. Kemudian tuntun mereka untuk mengkaitkannya dengan akidah Islam sebagai solusi mendasar dari semua persoalan hidup.

Kedua, teruslah belajar Islam ideologi, tidak hanya ilmu dunia tetapi juga ilmu tentang Allah, agar senantiasa terikat dengan hukum syarak dalam setiap aktivitas. Islam tidak hanya agama ritual semata tetapi ia adalah agama yang juga aturan. Paparkan kepada mereka bahwa Islam adalah konsep hidup yang berasal dari Allah yang kuasa, konsep hidup tanpa cacat, tanpa kepentingan pihak. 

Ketiga, hadirkan ketendensiusannya terhadap Islam. Sejarah panjang Islam mengajarkan kepada kita bahwa aturannya mampu menaungi seluruh alam selama lebih kurang 13 abad. Kehidupan ideal itu Allah sampaikan akan kembali terjadi, sebagaimana juga kabar gembira yang rasul sampaikan.

Keempat, jadikan dakwah sebagai poros kehidupan dengan melakukan aktivitas dakwah sebagai wujud kepedulian terhadap umat, Islam dan generasi ini. Sudah saatnya kita membentuk bangunan kokoh untk menghadang musuh-musuh Islam yang juga dengan sistematis terus perjuang unruk memperlambat kebangkitan Islam. 

Kembalinya seluruh kehidupan diatur dengan aturan Islam yang komprehensif adalah kunci dari terbentuknya pemuda Muslim yang tangguh dan cara untuk mengembalikan predikat yang telah Allah SWT berikan kepada kaum Muslim, yaitu umat terbaik (QS. Ali Imran:110).

Sudah sepatutnya kita mempersiapkan, melayakkan diri untuk menyambut kembalinya sistem Islam dalam menaungi kehidupan yang menjadi bisyarah Rasulullah. Janji Allah kepada orang-orang yang bertakwa. Allahu Akbar. []


Oleh: Fira Faradillah
Aktivis Muslimah
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments