TintaSiyasi.com -- "Di balik pria yang hebat, ada sosok wanita hebat di belakangnya". Demikianlah kata orang bijak tempo dulu. Allah SWT telah menganugerahkan fitrah kelembutan dan kasih sayang pada seorang perempuan. Anugerah tersebut dapat tercermin dalam kesungguhannya ketika menjalankan peran sebagai seorang ibu.
Ibu adalah ustadzah pertama, sebelum si kecil berguru kepada ustaz-ustazah manapun. Maka kecerdasan, keuletan dan perangai sang ibu adalah faktor dominan bagi masa depan anak-anaknya.
Namun, sosok ibu hari ini diakui setengah hati. Peran strategisnya tidak didukung oleh peradaban sistem yang baik. Penerapan ideologi sekuler kapitalis bukan mendukung terlakasananya tugas keibuan dengan baik, sebaliknya malah menggerus fitrah mulianya.
Seperti berita yang berhasil gegerkan publik baru-baru ini, dilansir dari KOMPAS.com (04/02/2023), seorang wanita berinisial NT (25) diduga melakukan pelecehan seksual terhadap 11 anak di bawah umur di Kawasan Rawasari, Kota Jambi.
Wanita pemilik rental PlayStation (PS) ini dilaporkan oleh salah satu orangtua dari 11 korban yang terdiri dari 9 laki-laki dan 2 perempuan, melakukan pelecehan seksual terhadap anak-anak tersebut.
Sungguh peristiwa yang sangat menyayat hati. Namun, peristiwa itu mungkin saja bisa dikatakan sebagai fenomena gunung es. Sebab Masih banyak lagi potret rusaknya fitrah keibuan dalam menjalankan tugas utama nya sebagai ummun wa rabatul bayit (ibu dan pengurus rumah tangga).
Disisi lain, hampir tidak pernah luput berita yang masih sering muncul terkait penganiayaan hingga berujung korban jiwa yang dilakukan seorang ibu terhadap anaknya yang dilatarbelakangi oleh berbagai faktor.
Kasus ini benar-benar membuktikan betapa rusaknya sistem kehidupan yang berlandaskan kepada sekulerisme kapitalisme sekarang. Fitrah keibuan pun menjadi rusak, dan ini adalah bukti nyata bobroknya sistem ini.
Perempuan yang selama ini dianggap sebagai korban, ternyata bisa menjadi pelaku, bahkan dalam perbuatan yang sangat keji. Karena itu, tidak sepantaasnya umat berharap kebaikan dalam sistem ini, karena sistem ini merusak kehidupan manusia.
Padahal, Islam memiliki aturan kehidupan yang sempurna dan menyeluruh untuk mengatur kehidupan dunia dan menetapkan adanya pertanggungjawaban di akherat. Dengan demikian manusia tetap terjaga dalam fitrahnya sebagai manusia yang merupakan sebaik-baik ciptaan bukan malah membuat kerusakan.
Ketika perempuan mengikuti syariat, pilar peradaban akan kuat. Maka dari itu perempuan tidak boleh putus referensi-referensinya terkait ajaran Islam.
Seperti halnya ibunda Imam Asy-Syafi'i yakni Fatimah binti Ubaidillah yang berhasil mendidik imam Asy-Syafi'i dengan nilai-nilai Islam, pada usia belia 9 tahun sudah menghafal Al-Qur'an.
Sosok perempuan mulia dalam Islam telah mampu membuktikan bahwa mereka bisa menjadi pilar peradaban yang kokoh. Sungguh keberadaan perempuan yang taat syariat begitu penting bagi suatu peradaban dan menjadi penolong bagi kehidupan rumah tangga dalam kehidupan akhirat.
Rasulullah SAW Bersabda, "Hendaklah salah seorang dari kalian memiliki hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir dan istri mukmin yang membantu kalian dalam perkara akhirat." (HR. Ibnu Majah).
Semoga kita bisa menjadi bagian dari para perempuan yang mentaati syariat dan tidak kehilangan fitrah nya. Sehingga mampu menjadi pilar peradaban Islam dan mampu menolong pasangan hidup kita dalam perkara akhirat. Aamiin. Wallahua'lam bishshowab []
Oleh : Mesi Tri Jayanti, S. H.
(Aktivis Muslimah)
0 Comments