Terbaru

6/recent/ticker-posts

Header Ads Widget

Satu Abad Nestapa Dunia Tanpa Khilafah

TintaSiyasi.com -- Baru saja kita melewati Bulan Rajab 1444 Hijriah. Bulan Rajab menyimpan peristiwa sejarah yang penting bagi umat Islam. Salah satunya adalah Tragedi Penghapusan Khilafah Utsmaniyah pada tanggal 28 Rajab 1342 H (3 Maret 1924 M) oleh Mustafa Kemal Ataturk.

Seorang dari etnis Yahudi Dunama yang merupakan antek Inggris. Khilafah Utsmaniyah merupakan khilafah terakhir umat Islam. Penghapusan Khilafah Utsmaniyah menandai sekularisasi di Dunia Islam. Penghapusan khilafah juga menandai dimulainya penderitaan kaum Muslim di seluruh dunia hingga hari ini. Tepat satu abad dunia tanpa perisai umat Islam atau Khilafah.

Dunia Tanpa Khilafah

Khilafah adalah satu-satunya sistem pemerintahan di dalam Islam. Istilah khilafah dan khalifah, jamaknya khulafa‟, bukanlah istilah yang asing di kalangan kaum Muslim sepanjang zaman; kecuali orang yang jahil tentang Islam. Menurut Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, “Khilafah, Imamah Kubra dan Imarah al-Mu‟minin merupakan istilah-istilah yang sinonim dengan makna yang sama.” (Az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuhu, 9/881).

Imam al-Mawardi [w. 450 H] menyatakan, “Imamah (khilafah) dibuat untuk menggantikan kenabian dalam menjaga agama dan mengurus dunia.” (Al-Mawardi, Al-Ahkam as-Sulthaniyyah, hlm. 3).

Dalam sejarah Islam, era khilafah dimulai sebagai kelanjutan dari Daulah Islamiyah yang didirikan oleh Rasulullah SAW di Madinah. Pasca beliau wafat, para sahabat kemudian mengangkat khalifah dan menegakkan khilafah. Dimulailah era Khulafaur Rasyidin. Setelah itu berturut-turut dilanjutkan dengan Khilafah Umayyah, Khilafah Abbasiyah, hingga terakhir Khilafah Utsmaniyah.

Khilafah Utsmaniyah merupakan Kekhalifahan Islam terbesar. Menurut Philip K. Hitti dalam History of the Arabs, Khilafah Utsmaniyah berjaya antara 1517-1924 M. Namun, sejak Khilafah Utsmaniyah dihapuskan, Dunia Islam terus mengalami kemunduran. Makin hari makin parah. Disusul dengan berbagai prahara dan bencana yang menimpa umat Islam di seluruh dunia.

Hal itu terus berlangsung tanpa henti hingga hari ini. Benarlah apa yang dinyatakan oleh Imam Ahmad ra, dalam riwayat Muhammad bin Auf bin Sufyan al-Hamshi: "(Akan terjadi) fitnah (kekacauan) jika tidak ada seorang imam (khalifah) yang mengurusi urusan manusia." (Al-Qadhi Abu Ya‟la al-Farra‟, Al-Ahkamus Sulthaniyyah, hlm. 23).

Karena itulah para ulama menyebut khilafah sebagai taj al-furudh (mahkota kewajiban). Dengan khilafah, semua kewajiban di dalam agama Islam akan tertunaikan. Tanpa khilafah, syariah Islam tak bisa diterapkan secara kaffah. Tanpa khilafah, bahkan penyebaran risalah Islam ke seluruh dunia dengan dakwah dan jihad fi sabilillah terhenti.

Selain itu, tanpa khilafah, banyak kerugian yang menimpa umat Islam dan dunia secara umum. Di antaranya:

Pertama. Dunia Islam terpecah-belah dan tertindas. Pasca Khilafah Utsmaniyah dihapuskan, umat Islam hidup terpecah-belah atas dasar nasionalisme di lebih dari 50 negara. Akibatnya, kaum Muslim menjadi lemah. Padahal jumlah mereka banyak. Lebih dari 1,5 miliar.

Namun, mereka menjadi santapan empuk negara-negara imperialis Barat. Demikianlah yang menimpa saudara-saudara kita di Palestina, Kashmir, Afghanistan, Irak, Muslim Rohingya, Uighur, dan lain-lain. Ini persis seperti yang digambarkan oleh Rasulullah SAW:

“Telah berkumpul berbagai bangsa mengelilingi kalian sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul mengelilingi piring mereka.” Mereka bertanya, “Apakah pada saat itu kami sedikit, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Tidak. Pada saat itu kalian banyak, tetapi, kalian seperti buih di lautan.” (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Kedua. Kekayaan alam negeri-negeri Muslim dirampok. Negeri-negeri Muslim adalah negeri yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Namun sayang, kekayaan alam tersebut tidak dinikmati oleh umat Islam. Kekayaan alam tersebut diambil-alih oleh negara atau oleh perusahaan-perusahaan swasta baik dari dalam maupun luar negeri. Negara-negara kafir Barat pun, melalui perusahaan-perusahaannya, menjarah kekayaan alam di negeri-negeri Muslim atas nama investasi. Padahal kaum Muslim adalah pemilik seluruh sumber daya alam tersebut. Rasulullah SAW bersabda:

"Kaum Muslim bersekutu dalam tiga perkara: padang rumput, air dan api." (HR Abu Dawud, Ahmad dan al-Baihaqi).

Jika ada khilafah, khilafah akan mengelola sumberdaya alam tersebut. Kemudian hasilnya akan dikembalikan kepada rakyat. Baik dalam bentuk fasilitas ataupun pelayanan berupa pendidikan dan kesehatan gratis serta hal lainnya yang menjadi kebutuhan pokok rakyat.

Ketiga. Muncul penguasa ruwaybidhah dan sufaha‟ (dungu). Saat  ini  kita juga   menyaksikan   para pemimpin   dengan  karakter ruwaybidhah. Siapa ruwaybidhah? Sabda Rasulullah SAW, ruwaybidhah adalah, "Orang bodoh yang mengurusi urusan orang banyak." (HR al-Hakim).

Muncul juga para pemimpin sufaha' (bodoh/dungu). Siapa mereka? Sabda Rasulullah SAW, mereka adalah: "Para pemimpin sesudahku yang tidak mengikuti petunjukku dan tidak pula berjalan dengan sunnahku."(HR Ahmad).

Keempat. Umat Islam kehilangan kewibawaan. Allah SWT menyebut umat Islam dengan sebutan khairu ummah (umat terbaik) (Lihat: QS Ali 'Imran [3]: 110). Namun faktanya, tanpa khilafah, saat ini umat Islam bukanlah terbaik. Bahkan menjadi umat yang terbelakang. Tanpa khilafah, umat Islam pun kehilangan wibawa. Dihinakan oleh kafir Barat.

Kelima. Tempat suci umat Islam ternoda.
Tanpa khilafah, banyak tempat-tempat suci kaum Muslim ternoda. Salah satunya al-Quds. Kiblat pertama umat Islam. Al-Quds telah lama dinodai oleh Zionis Israel hingga hari ini.Tanpa khilafah yang menerapkan syariah Islam secara kaffah, yang kemudian digantikan dengan kehidupan yang diatur dengan nilai-nilai Barat sekuler, umat Islam semakin terasing dengan ajaran agamanya sendiri. 

Mereka menganggap syariah Islam sudah tidak sesuai dengan kondisi dan tuntunan zaman. Mereka sampai pada tahap memusuhi ajaran agamanya sendiri, seperti khilafah. Inilah akibat dari proses sekularisasi yang telah sekian lama merasuki pikiran umat Islam.

Ketujuh. Al-Qur'an dan Rasulullah SAW dihinakan. Kita juga tidak lupa dengan penghinaan dan pelecehan yang dilakukan kafir Barat terhadap Al-Qur'an dan Rasulullah SAW. Ini sudah sering terjadi dan terus berulang.

Kewajiban Syariah

Dengan semua nestapa yang menimpa umat Islam di atas, akankah kita berdiam diri? Tentu tidak. Saatnya kaum Muslim di seluruh dunia bergerak untuk mengembalikan Khilafah ala minhaj an-Nubuwwah. Apalagi menegakkan khilafah adalah kewajiban syariah. Bahkan kewajiban syariah terbesar. Kewajiban ini telah menjadi Ijmak Sahabat. Imam al-Haitami menegaskan, "Sungguh para Sahabat—semoga Allah meridhai mereka—telah bersepakat bahwa mengangkat seorang imam (khalifah) setelah zaman kenabian berakhir adalah wajib. Bahkan mereka menjadikan upaya mengangkat imam/khalifah sebagai kewajiban paling penting. Faktanya, mereka lebih menyibukkan diri dengan kewajiban itu dengan menunda (sementara) kewajiban menguburkan jenazah Rasulullah SAW." (Al-Haitami, Ash-Shawâ‟iq al-Muhriqah, hlm. 7).

Kedudukan Ijmak Sahabat sebagai dalil syariah—setelah Al-Qur'an dan as-Sunnah—sangatlah kuat. Imam as-Sarkhashi [w. 483 H] menegaskan: "Siapa saja yang mengingkari kedudukan Ijmak sebagai hujjah yang secara pasti menghasilkan ilmu berarti benar-benar telah membatalkan fondasi agama ini. Karena itu orang yang mengingkari Ijmak sama saja dengan berupaya menghancurkan fondasi agama ini." (Ash- Sarkhasi, Ushûl as-Sarkhasi, I/296).

Bahkan khilafah telah menjadi Ijmak Ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah. Khususnya empat mazhab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali). Syaikh Abdurrahman al-Jaziri (w. 1360 H) menuturkan: "Para imam mazhab (yang empat) telah bersepakat bahwa Imamah (Khilafah) adalah wajib." (Al-Jaziri, Al-Fiqh „ala al-Madzâhib al-Arba‟ah, V/416).

Hal senada ditegaskan oleh Ibnu Hajar al-Asqalani, “Para ulama telah sepakat bahwa wajib mengangkat seorang khalifah dan bahwa kewajiban itu adalah berdasarkan syariah, bukan berdasarkan akal.” (Ibn Hajar, Fath al-Bâri, 12/205).

Karena itu kita tentu sangat berharap Khilafah ala minhaj an-Nubuwah ini segera bisa ditegakkan kembali oleh kaum Muslim. 

Khilafah Adalah Sebuah Keniscayaan

Hari ini, 101 tahun umat hidup tanpa khilafah. Banyak di antara umat manusia yang masih belum paham kewajiban dan urgensi menegakkan syariah kaffah dalam naungan khilafah. Dan malah sebagian manusia ada yang justru menolak dan berdiri di pihak penentang penegakan syariat dan khilafah.

Perang antara haq dan batil terus terjadi. Di tengah situasi kritis seperti ini, dakwah Islam ideologi terus menyeruak di tengah umat. Situasi ini seakan menjadi lonceng kematian bagi negara adidaya dan semua rezim antek yang menopangnya.

Allah SWT berfirman di dalam Surat An Nuur ayat 55:

“Allah telah menjanjinkan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana dia menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhoi. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barangsiapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Oleh karena itu, jalan satu-satunya untuk menghilangkan akar masalah dari penindasan umat Islam, kemudian stigmatisasi, dan fitnah atas ajaran Islam dan umatnya adalah melalui perlawanan. Perlawanan tanpa senjata, hanya dengan dakwah via lisan dan tulisan dengan menggunakan segala platform media.

Mungkin banyak umat yang tak sabar dan terus mempertanyakan efektivitas dakwah seperti ini. Namun hendaknya mereka mengerti, dakwah seperti inilah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Kendati lama menuju garis finish, namun itulah kesejatian ittiba‟, meneladani semua yang dituntun Muhammad SAW dalam perkara yang kita diwajibkan mengikutinya. Apa yang dialami umat hari ini, yang menjadi sasaran narasi kebencian, tak jauh beda dengan yang dialami Rasulullah SAW dan para sahabat ra. 

Mereka melalui kehidupan dakwahnya dengan menghadapi kebencian kaum kafir jahiliah. Kafir Quraisy menggunakan berbagai propaganda seperti berdebat, menggugat, mencaci, melemparkan berbagai isu dan tuduhan. Propaganda itu juga digunakan untuk menyerang akidah Islam dan para pemeluknya, membusuk-busukkan dan menghina esensi ajaran Islam. Persis kondisi hari ini.

Menghadapi semua itu, mereka tetap sabar menjalaninya dan tak berhenti mendakwahkan ajaran Islam kaffah, tanpa menyembunyikan satu pun atau menyesuaikan ajaran itu demi mendapatkan ridha musuh Allah. Sunnatullah dakwah adalah kesediaan menanggung risiko perjuangan. Karena hanya dengan cara seperti itu, musuh-musuh Islam makin gentar dan kian kacau dalam menyusun langkahnya.

Percayalah, kebangkitan, kemenangan Islam, dan kejayaan khilafah adalah keniscayaan. Bila masanya tiba, hanya penyesalan saja yang dirasakan para pembenci Allah, Rasulullah SAW, dan kaum Muslim.

Rasulullah SAW telah mengingatkan umat Islam tentang kembalinya khilafah ;

“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu, Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang zalim; ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Allah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian.” (HR Ahmad dalam Musnad-nya (no.18430), Abu Dawud al-Thayalisi dalam Musnad-nya (no.439); Al-Bazzar dalam Sunan-nya(no.2796)).

Wallahu a'lam bishshawab.[]

Oleh: M.Diki Wahyudi
(Agitasi Propaganda–PW Gema Pembebasan Bogor Raya)
Baca Juga

Post a Comment

0 Comments