TintaSiyasi.com -- A bad workman always blames his tools.
"Seorang pekerja yang buruk selalu menyalahkan perkakasnya"
Mungkin itulah idiom yang cocok mewakili kondisi proyek kereta cepat Jakarta Bandung yang sedang mengalami cost overrun. Sejak awal proyek KCJB ini sudah banjir penolakan dari publik termasuk Menteri Perhubungan dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman saat itu. Akan tetapi itu semua tidak menghentikan proyek ambisius ini dengan menggandeng China.
Pemerintah melalui menteri BUMN, Erick Thohir mengungkapkan pembengkakan ini bukan karena korupsi melainkan kenaikan harga bahan konstruksi dan terhambatnya pengerjaan proyek akibat Covid19.
Wakil Menteri BUMN II Kartiko Wirjoatmodjo menambahkan, bahwa salah satu faktor terbesar pembengkakan biaya proyek KCJB yaitu kalkukasi China yang tidak sesuai alias meleset.
Padahal China yang digadang-gadang bisa menggarap proyek ini lebih murah dari Jepang akhirnya membuat pemerintah gigit jari. Ini bukanlah pembengkakan yang pertama proyek KCJB. Menurut detikcom pada 2021 silam, biaya awal KCJB dibangun dengan investasi US$ 5,573 miliar. Kemudian menjadi US$ 5,98 miliar, dan bengkak lagi menjadi US$ 6,071 miliar.
Pada November 2022, melonjak lagi yang semula US$ 6,071 miliar jadi US$ 7,5 miliar, dengan kenaikan sebesar US$ 1,449 miliar atau sekitar Rp 22,7 triliun lebih.Tahun ini pemerintah telah mengumumkan anggaran yang semula direncanakan sekitar Rp113 triliun, naik menjadi Rp131 triliun.
Sesuai porsi kepemilikan saham konsorsium Indonesia akan menanggung 60% pembengkakan sedangkan China menganggung sisanya sebesar 40%. Oleh karena itu kementrian BUMN sudah mengajukan pinjaman ke China Development Bank (CDB) sebesar $550 juta, yang diperkirakan akan cair dalam waktu sebulan.
Betapa besar tumpukan hutang yang akan ditanggung oleh rakyat ditengah kondisi yang serba sulit seperti hari ini. Jika benar proyek itu akan selesai, belum tentu bisa dirasakan langsung oleh rakyat. Sebab kereta cepat merupakan opsi alternatif dari pesawat, yang secara tarif tiket serta efisiensi waktu tidak jauh berbeda.
Kereta cepat biasa dipakai apabila aktivitas penerbangan sudah terlampau padat sementara mobilitas masyarakat antar dua kota itu masih tinggi. Belum lagi sudah ada beberapa jalur kereta api yang masih layak digunakan. Ini hanya buang-buang duit rakyat.
Padahal ada banyak pembangunan lain yang lebih urgent dan butuh segera dieksekusi, misalnya rumah layak huni, perbaikan bangunan sekolah atau jalan-jalan yang banyak memakan korban, hingga membangun kemudahan akses mobilitas di daerah-daerah yang membutuhkan. Sungguh dzalim ketika pemerintah secara sadar mengabaikan kebutuhan rakyat hanya karena swasta kurang tertarik memberikan "dana sponsor" kepada hal-hal yang kurang profitable.
Sebagaimana seorang pekerja yang buruk akan selalu menyalahkan peralatannya, padahal alat hanyalah benda mati. Seharusnya yang perlu berbenah adalah orang itu sendiri sebagai pembuat keputusan. Bukan malah melempar kesalahan, seolah-olah harus ada yang jadi kambing hitam atas hasil kerjanya yang buruk.
Sedari awal proyek ini diambil dengan skema B2B alias business to business. Maka tak heran selain China terhitung ada 20 perusahaan lainnya yang terlibat operasional KCJB. Jadi, kesalahan ada pada mindset dalam memenuhi kebutuhan rakyat itu wajib cuan. Tipikal negara yang mengadopsi sistem kapitalis-sekuler, selama-lamanya tidak mengenal ketulusan dalam meri'ayah rakyatnya.
Pemerintah sebagai pembuat kebijakan nantinya akan bertanggung jawab dihadapan Allah swt, mestinya sudah sangat memahami bahwa sistem dzalim kapitalis-sekuler mustahil mewujudkan kebijakan yang adil bagi rakyatnya meski sudah dipikirkan dengan sangat baik. Rasulullah pun mengecam tipikal pemimpin yang seperti ini melalui sebuah hadits:
"Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka tempatnya di neraka” (HR Ahmad).
Sebagai seorang muslim kita pasti meyakini bahwa tidak ada sosok pemimpin yang lebih adil dari Rasulullah SAW. Jika keteladanannya ditinggalkan dan ancamannya diabaikan bagaimana mungkin rakyat punya sosok pemimpin adil? Malah justru sebaliknya, pemimpin tersebut akan semakin bertambah kedzalimannya. Na'uudzubillah min dzaalik.[]
Oleh: Harumi
Aktivis Muslimah
0 Comments