TintaSiyasi.com -- Pengajian merupakan kegiatan menuntut ilmu agama atau bertolabul ilmi dan menjadi kewajiban bagi kaum muslim maupun muslimah. Dalam HR Ibnu Majah menyebutkan bahwasannya, “Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim”. Bahkan surat pertama yang turun kepada Rasullah SAW saat menjadi Nabi adalah surat Al-Alaq, yang ayat pertamanya berbunyi Iqro’ berarti ‘Bacalah’. Oleh karena itu, keutamaan dalam belajar dan mengajarkan ilmu sangatlah penting di kalangan umat Islam (https://alazharasysyarifsumut.sch.id.)
Berbeda persepsi tentang pengajian di kalangan akademisi yang notabene pandai dalam ilmu pengetahuan umum dan pemerintahan tanpa diimbagi dengan ilmu-ilmu agama seperti akidah, akhlak, syariah, dan dakwah. Menurut pendapat mayoritas penduduk negeri ini, pandai dalam hal akademik adalah suatu keberhasilan dan kebanggaan.
Hal tersebut dapat mengantarkan seseorang untuk menempati posisi jabatan yang tinggi dan disegani. Namun, pandai dalam hal ilmu agama dianggap biasa saja, bahkan sama sekali tidak diindahkan. Sampai-sampai kefakiran ilmu nampak jelas dalam diri tokoh-tokoh akademisi yang katanya berjasa untuk negeri.
Seperti contoh kasus yang baru-baru ini sedang naik daun. Satu-satunya wanita yang pernah memimpin negara Indonesia, pernah menjabat sebagai wakil pemimpin negara, DPR, dan saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) sekaligus sebagai Ketua Umum PDIP, bahkan sudah pernah melaksanakan ibadah haji dua kali dan umroh tiga kali, Megawati Soekarnoputri menyindir ibu-ibu pengajian.
Dilansir dari tribunnews.com (18/02/2023) ketika mengisi acara Kick Off Pancasila dalam Tindakan ‘Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, KDRT, dan Bencana Alam’ pada Kamis (16/02/2023), Megawati mempermasalahkan serta mempertanyakan mengenai nasib anak-anak yang sering ditinggal ibunya pengajian.
“Saya melihat ibu-ibu itu ya, beribu maaf jangan lagi nanti saya di-bully, maaf ya sekarang kan kayaknya budayanya kenapa to seneng banget ngikut pengajian ya."tutur Megawati. “Iya lho, maaf beribu maaf, saya sampai mikir gitu ini pengajian sampai kapan to yo, anak e arep dikapakke (Ini pengajian sampai kapan ya, anaknya mau diapain), ya dong?” imbuhnya. Walaupun pernyataan Megawati disertai dengan kata maaf, namun statement yang ia lontarkan sangat memalukan dan tidak berdasar.
Mengapa hal demikian bisa terjadi? Tentunya karena sistem pendidikan di Indonesia selama ini hanya memuat dan mengajarkan sistem sekuler-kapitalisme. Mata pelajaran agama sangat sedikit intensitasnya dalam pendidikan di sekolah-sekolah. Terlebih informasi baru-baru ini mata pelajaran agama akan dihapuskan dari kurikulum pendidikan. Coba bayangkan jika hal itu benar-benar terjadi
Bagaimana nasib generasi negeri ini? Penduduk hanya dijadikan budak korporat, di mana hukum-hukum yang dibuat dan ditetapkan hanya berpihak kepada golongan tertentu, namun menindas bahkan menzalimi sebagian besar umat manusia.
Apakah pantas mentersangkakan ibu-ibu pengajian yang bahkan ia rela meluangkan waktunya barang satu hingga dua jam di tengah kesibukannya dalam mengurus anak dan rumah tangga untuk bertolabul ilmi? Sedangkan ibu-ibu pengajian haus akan ilmu untuk terus belajar dan memperbaiki diri maupun kehidupannya.
Mengapa tidak mentersangkakan ibu-ibu karir yang gemar menitipkan anaknya ke baby sister atau ibu-ibu yang bekerja di tempat-tempat haram dengan pola asuh anak yang buruk? Mereka membutuhkan waktu lebih banyak dan menyita waktu untuk mengurus anak serta keluarga. Bukankah itu jauh lebih logis?
Sepanjang sejarah tidak ada fakta yang menunjukkan bahwa dengan mengikuti pengajian akan menjadi bodoh atau dungu. Justru dengan mengaji maka akan membuka hati serta pikiran kita mengenai hal-hal baik dalam menjalankan kehidupan sesuai syariat Islam. Pengajian bukan hanya sekadar belajar ilmu agama saja, namun dapat belajar pula mengenai ilmu parenting yaitu ilmu tentang mendidik anak-anaknya dengan baik dan masih banyak lagi ilmu-ilmu lain yang didapatkan ketika mengikuti pengajian, bahkan ilmu-ilmu tersebut tidak pernah diajarkan maupun didapatkan di bangku sekolah. Dengan demikian, kefakiran terhadap ilmu agama nampak jelas terlihat melalui pidato kontroversial Megawati yang bahkan beliau adalah seorang professor.
Solusi dari permasalahan di atas salah satunya dengan merubah sistem pendidikan di Indonesia yang selama ini diterapkan yaitu sistem pendidikan sekuler kapitalis menuju sistem pendidikan yang lebih baik dan bermanfaat. Lalu pertanyaannya, sistem pendidikan seperti apa yang pantas diterapkan untuk saat ini? Jawabannya adalah sistem pendidikan Islam. Mengapa demikian?
Karena tujuan sistem pendidikan Islam adalah untuk mencetak generasi yang berakhlak mulia, bermoral, berkarakter, dan tentunya memiliki intelektual yang didasarkan pada nilai-nilai Islam. Selain itu, untuk menanggapi pidato Megawati yang kontroversial solusinya, perlu ada peran negara untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat sehingga kebutuhan gizi rakyat terpenuhi sehingga stunting dan permasalahan kesehatan pada anak dapat lebih diatasi.[]
Oleh : Atik Widyaningrum
(Sahabat TintaSiyasi)
0 Comments