TintaSiyasi.com -- Belakangan ini viral sebuah video di media sosial terkait isu penculikan anak di sejumlah daerah di Indonesia. Pada awal Januari lalu, bocah usia 11 tahun diculik dan dibunuh oleh dua remaja di Makassar. Motivasi atas aksi tersebut dilakukan karena tergiur uang milyaran rupiah. Selain itu, muncul juga video seorang anak yang dimasukkan ke dalam karung oleh lelaki tak dikenal. Namun, pihak polisi menyatakan video tersebut hoax. Meskipun begitu tetap saja tidak ada yang menyanggah bahwa isu tersebut adalah rekayasa. Artinya, penculikan semacam itu nyata adanya dan terjadi di dekat kita. Pasalnya, data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) pada 2020 lalu mencapai 28 kasus sepanjang tahun tersebut (Tempo, 31/01/2023).
Akibat Mengingkari Titah Ilahi
Fenomena penculikan anak seolah menjadi persoalan yang tak memiliki ujung. Maraknya aksi kriminalitas termasuk pembunuhan menjadi suatu hal yang lumrah di dalam sistem yang mengingkari titah Ilahi. Akibatnya, berbagai macam cara dilakukan. Naluri kemanusiaan pun seakan mati rasa, bahkan lebih buruk dibanding binatang. Tidak dipungkiri, meski telah banyak regulasi yang disahkan namun kerusakan yang terjadi di setiap lini kehidupan hampir-hampir tidak bisa dinalar akal sehat lagi. Bahkan hari ke hari justru malah bertambah parah.
Jika ditelisik ada beberapa faktor yang menjadi sorotan akibat adanya masalah penculikan anak. Di antaranya, lemahnya pondasi akidah dalam rumah tangga. Ketika kebutuhan pokok yang tidak mencukupi dan naiknya harga sembako secara kontinu membuat orang tua tidak maksimal membersamai anak dalam memahami pondasi yang kokoh, sebab sibuk dengan urusan perut. Di samping itu, terciptanya kehidupan masyarakat yang makin individualis. Saling menasehati seolah tidak memiliki waktu dikarenakan sibuk dengan rutinitas bekerja tanpa dibarengi dengan pemahaman Islam yang benar, hal ini dapat memunculkan berbagai kriminalitas lainnya.
Selain kedua faktor tersebut, negara juga abai menjalankan peranannya dalam mengayomi rakyatnya. Dengan paham yang memisahkan agama dari lini kehidupan (sekularisme) membuat segala kebijakan dengan menempuh aturan yang prematur. Sudah terbukti bahwa hukum buatan manusia begitu lemah dan bersifat sebagai tambal sulam belaka. Terlebih diperparah dengan sistem ekonomi kapitalis, di mana rakyat hanya dijadikan sebagai budak penggerak roda perekonomian.
Sistem yang Mensejahterakan
Jika sistem yang sedang eksis saat ini (kapitalisme) telah membuat begitu banyak kerusakan, maka sudah seharusnya beralih kepada sistem yang mampu memberikan kesejahteraan kepada manusia dan seluruh makhluk. Itulah sistem Islam yang telah terbukti secara historis dan empiris selama 13 abad. Penerapan sistem syariah Islam yang diemban sebuah negara juga telah terbukti membentuk peradaban gemilang.
Islam memiliki aturan yang tegas dan detail. Mengenai kasus penculikan anak sekaligus pembunuhan termasuk dosa besar. Menghilangkan satu nyawa tanpa alasan syari sama halnya telah membunuh manusia seluruhnya. Selain itu, negara dalam sistem Islam berupaya melakukan preventif guna dalam rangka me-riayah atau mengayomi rakyat. Mulai dari pemenuhan kebutuhan pokok individu hingga kebutuhan pokok publik. Semua dilakukan tidak lain atas dasar ketakwaan kepada Allah sehingga InsyaaAllah akan tercipta kesejahteraan hidup tanpa batas dan tanpa diskriminasi.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Sartika
Tim Pena Ideologis Maros
0 Comments