TintaSiyasi.com -- Masa muda merupakan masa mencari jati diri, membuktikan eksistensi, penuh semangat, di mana segala potensi dalam diri bisa dikembangkan, diasah, digali, saatnya menorehkan segala prestasi. Tetapi jika potensi itu disalurkan ke arah yang baik, tentu pemuda bisa menjadi mulia, sebaliknya jika disalurkan ke arah yang tidak baik akan timbullah masalah sebesar gunung Everest.
Seperti halnya saat ini, fakta menunjukkan masalah pemuda yang begitu kompleks, free sex di mana angka kehamilan di luar nikah terus meningkat hingga dispensasi pernikahan, narkoba bukan hanya pemakai tapi juga pengedar, penyakit mental sampai mengakhiri hidup, tindak kriminal, gaya hidup pemuda yang sangat bebas, tidak adanya kontrol yang jelas.
Seharusnya pemuda menjadi influencer peradaban selanjutnya, tapi gagal fokus bahkan gagap untuk merintis kegemilangan masa depan. Kehidupan yang sudah jauh dari tuntunan moral dan agama. Kehidupan seperti itu hanya akan muncul dalam sistem sekuler-liberal di mana aturan manusialah yang diterapkan dalam kehidupan saat ini, manusia bebas mengekspresikan diri 'tubuhku otoritasku'. Standar kehidupannya hanya untuk mendapatkan kebahagian di dunia dengan segala cara tidak peduli itu merugikan diri sendiri apalagi orang lain.
Rantai kerusakan ini harus segera diakhiri tetapi bukan hanya ditambal sulam jika ingin mengembalikan peran pemuda yang sebenarnya, harus segera diputuskan rantainya, generasi yang bukan hanya fokus pada urusan pribadinya tapi mampu mengurusi umat, perlu adanya kontrol dan pembinaan.
Jika kerusakan yang dihasilkan oleh sistem maka harus dipatahkan dengan sistem juga, dan hanya sistem Islam lah yang mampu, di mana sejarah telah membuktikan betapa epic-nya para pemuda terdahulu menata sebuah peradaban negara adidaya dalam naungan Islam kaffah, seperti perjuangan Muhammad Al-Fatih, Fatimah Al-Fikri, Zaid bin Haritsa dan masih banyak lagi, yang sejak kecil sudah fokus dilatih untuk tujuan menata masa depan umat.
Pendidikan yang steril sampai mereka dewasa sangat dibutuhkan, pendidikan dalam sistem islam mampu mencetak generasi yang taat kepada Sang Khaliq Allah SWT, karena akan ditanamkan pada setiap individu kepribadian Islam, di mana pola pikir dan pola sikap yang sesuai dengan Islam. Pemuda dididik menjadi sosok yang mampu menghadapi tantangan masa depan dan mampu menyelesaikan permasalahan umat dengan ilmu kehidupan. Mereka akan fokus dalam pengembangan diri agar bisa berguna bagi agama dan masyarakat.
Sistem pergaulan juga akan dijaga dimana interaksi antara laki-laki dan perempuan akan terjaga tidak ada khalwat, ikhtilat, tabarruj, dan lain-lain yang berpotensi menimbulkan syahwat.
Dalam negara Islam media juga berfungsi sebagai edukator bukan hanya fasilitator kemaksiatan ataupun kekerasan, tidak akan ada tontonan yang tidak layak dipertontonkan, hanya akan ada tontonan yang menambah keimanan dan pengetahuan yang akan menjadikan pemuda mampu berpikir politis untuk menjaga negaranya.
Wahai pemuda, umat saat ini menunggu peran generasi yang mampu mengurusi rakyatnya dengan keadilan dan aturan yang haq dari Sang Khaliq. Wallahu a'lam bishshawab []
Oleh: Indi Lestari, A.md.
Aktivis Muslimah
0 Comments