TintaSiyasi.com -- Muslim itu ibarat satu tubuh, jika ada satu bagian yang sakit maka bagian tubuh lain akan merasakan sakit juga. Kepedulian itu yang mulai tumbuh di dalam tubuh umat Muslim, meski belum keseluruhan. Simpati maupun empati umat Muslim yang mengucur kepada saudara seimannya di Palestina tak kunjung putus. Prihatin terhadap penderitaan mereka. Mengecam kekejaman zionis tak beradab.
Bahkan kepedulian itu tidak hanya datang dari umat Muslim saja. Kasus kemanusiaan yang sungguh mengerikan yang telah terjadi puluhan tahun, konflik berkepanjangan yang memilukan. Mengundang empati masyarakat dunia secara keseluruhan baik Muslim maupun non-Muslim. Artis dunia pun tak mau ketinggalan, banyak sekali dari mereka yang mengunggah postingan bentuk kepedulian mereka terhadap luka mendalam warga Palestina.
Tagar #FreePalestine tak henti-hentinya mengisi trending topik media sosial. Pekikannya lantang diteriakkan di bawah langit-langit seluruh penjuru dunia. Aksi damai dilakukan di seantero dunia. Indonesia, Tokyo, Sydney, dan masih banyak lagi negara yang ikut andil di dalamnya. Tak hanya sampai situ. Anyir darah suci rakyat Palestina telah memanggil masyarakat dunia untuk berkorban satu rasa dengan memberikan bantuan kemanusiaan ke Palestina.
Palestina sebelum zionis datang merupakan negara yang damai, keberagaman warga negaranya tak pernah barang secuilpun menimbulkan konflik ras maupun agama. Islam, katholik, ras kulit putih, ras kulit hitam, semua hidup aman dan bahagia di sana. Palestina negeri suci bagi banyak umat beragama tentram ketika sistem Islam masih menaungi.
Dimulai ketika Sholahuddin Al-Ayyubi menaklukannya. Tak ada setetes darah pun yang mengalir karena paksakan agama. Sultan Abdul Hamid 2 dengan menggadaikan nyawanya tak mau mengerahkan Palestina sejengkal pun ke tangan Theodor Hertzel, Bapak zionis.
Hingga saat ikatan persatuan umat Muslim mengendor, pencabutan sistem Islam perlahan tapi penuh kepastian dan sangat sistematis. Si penjajah Yahudi datang dengan 2 pilar penyokong, Inggris dan Amerika. Muncullah berbagai perjanjian, deklarasi, maupun konferensi yang melicinkan jalan si penjajah.
Perjanjian sepihak yang sama sekali tidak memberikan keuntungan bagi umat muslim maupun penduduk asli Palestina. Perjanjian Sykes-Picot, deklarasi balfour merupakan mimpi buruk bagi umat Muslim hingga saat ini.
Kebiadaban zionis tak pernah lekang oleh zaman, berulang-ulang dengan kasus yang semakin mengerikan dan menjijikkan. Tak lagi pandang bulu dalam menyerang dan membunuh.
Dikutip dari CNN Indonesia (13/02/2023), pasukan Isr4el telah membunuh sorang bocah Palestina di Tepi Barat, Minggu (12/2/2023).
Kementerian Palestina mengatakan bocah berusia 14 itu, Qusai Radwan Waked tewas setelah mengalami luka parah pada bagian perut karena tembakan tentara Israel di wilayah Jenin, sebuah kota di bagian utara Tepi Barat.
Begitu banyak stereotip palsu buatan mereka yang menohok umat Muslim, menuduhnya hingga menjebloskannya ke penjara tanpa dasar yang jelas. Tak tanggung-tanggung, penduduk Palestina yang melakukan perlawanan kepada tentara Israel dituduh sebagai teroris dan mendapatkan kartu hijau penghilangan nyawanya. Gerak Muslim Palestina semakin sempit, wilayah penduduk asli Palestina semakin kecil karena caplokan zionis semakin melebar.
Baru-baru ini pemerintah Israel mengesahkan UU yang bisa mencabut kewarganegaraan penduduk Arab-Israel yang terbukti melakukan terorisme (perlawanan terhadap tentara Israel-pen).
Dikutip dari CNN Indonesia (16/02/2023), Israel mengesahkan undang-undang yang dapat mencabut status kewarganegaraan orang Arab-Israel jika kedapatan melakukan "tindakan terorisme" dan menerima dana dari pemerintah Palestina pada Rabu (15/2/2023)
UU tersebut telah disahkan oleh hasil Knesset (parlemen Israel) meski mendapat pertentangan 10 suara, ia tetap eksis dengan dukungan 94 suara. Dengan adanya keputusan ini gerbang pengusiran penduduk Palestina semakin lebar. Warga Arab Israel -merupakan keturunan warga Palestina yang selamat dalam perang Arab-Israel pada 1948. Perang itu menjadi awal mula pembentukan Israel sebagai sebuah negara. Lebih dari 700 ribu warga Palestina terusir dari wilayah mereka yang kini diduduki Israel semakin terasingkan (CNN Indonesia,16/02/2023).
Penduduk asli yang lebih berhak tinggal di tanah mereka dideportasi ke wilayah Tepi Barat dan kamp-kamp pengungsian lainnya, bantuan dari pemerintah Palestina pun semakin sulit didapatkan karena dihalangi oleh pemerintah Israel.
Solusi Nyata, Umat Buka Mata
Arogansi zionis semakin hari semakin menjengkelkan. Pemimpin muslim yang dielu-elukan menjadi solusi malah menikam dari belakang. Banyak sekali individu maupun negara yang telah mengecam aksi Zionis tersebut. Namun tak mendapat respon. Sudah barang tentu sebanyak apapun kecaman, Israel memiliki "bekingan" kuat. Jika tak dilakukan invansi penyerangan nyata institusi yang dapat menandingi Israel ataupun sekutunya maka penduduk Palestina akan tetap pada keadaannya yang sekarang.
Namun sayangnya tak banyak yang sadar dan mengetahui solusi ini bagi pembebasan Palestina. Umat saat ini hanya berdoa, mengirim batuan logistik, mengecam di sosmed, aksi damai dan lain-lain. Umat masih berharap pada negeri mayoritas muslim untuk mengecam kependudukan Israel. Lupa bahwa dunia saat ini sedang dicengkram sistem demokeasi-kapitalis. Sistem saat ini menjadikan musuh sebagai kawan dan kawan sebagai musuh. Semua memiliki topeng yang dapat merubah identitas.
Saudara kita di Palestina sedang mengalami perang panas. Tidak ada harapan untuk membebaskannya kecual mengimbanginya dengan pengiriman pasukan untuk mengusir zionis. Pengirimannya tentara muslim yang tidak mungkin dilakukan oleh pemimpin boneka negara kapitalis.
Perang yang tak dimaksudkan untuk harta, menjajah, maupun menguasai negeri dengan kekejaman. Perang dalam Islam adalah jihad yang membawa perdamaian bagi seluruh alam. Dengan aturan Islam, jihad bukan sekadar "tebas rampas harta" tapi bagaimana cara agar tebasan itu tak salah sasaran dan dapat membebaskan negeri yang dicengkram para tiran. Menaunginya dengan aturan Ilahi hingga rahmat, kesejahteraan terasa oleh seluruh penghuni negeri.
Maka sudah saatnya kita bersatu, mengerahkan segala daya upaya untuk berdakwah demi menegakkan institusi independen yang dapat menandingi negara adidaya sekarang ini. Mengembalikan kedamaian Palestina sebagaimana ketika dalam kepemimpinan Shalahuddin Al-Ayubi, Umar bin Khatab dengan menggunakan sistem yang mereka terapkan, sistem Ilahi, sistem Islam. Allahu Akbar!
وَلَنْ يَّجْعَلَ اللّٰهُ لِلْكٰفِرِيْنَ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ سَبِيْلًا
"Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang beriman." (An-Nisa : 141).[]
Oleh: Keysa Neva
Aktivis Muslimah
0 Comments