TintaSiyasi.com -- Pada era digital hari ini banyak sekali kemudahan yang kita dapatkan hanya dengan melalui smartphone, salah satunya kemudahan dalam belanja. Berbagai macam e-commerce bisa kita download seperti shopee, tokopedia, bli bli dan lain-lain. Berbagai macam fitur ditawarkan dalam aplikasi tersebut. Di antaranya fitur paylater atau beli sekarang, bayar kemudian.
Sekilas hal ini terlihat menggiurkan untuk masyarakat. Dibtengah tuntutan keinginan yang harus dipenuhi, namun di sisi lain tidak memiliki uang untuk membelinya sekarang, maka paylater menjadi solusi mudah untuk mereka. Namun sayangnya kemudahan ini malah membinasakan mereka di kemudian hari yaitu tunggakan utang yang harus mereka bayar bersama bunga dan denda akibat keterlambatan membayar cicilan.
Sekilas fitur paylater ini mirip dengan kartu kredit, yang membedakannya adalah medianya saja. Jika kartu kredit menggunakan kartu, maka paylater cukup dengan menggunakan smartphone yand ada dalam genggaman.
Kemudahan yang ditawarkan oleh fitur paylater telah menarik minat masyarakat untuk menggunakannya. Berdasarkan riset KataData Insight Center, dari 5.204 responden yang di survei, sebanyak 16,5 persen adalah gen Y atau milenial yang banyak menggunakan fitur PayLater. Sementara dari gen Z jumlahnya berkisar di angka 9,7 persen (republika.co.id, 15/11/2022).
Berdasarkan data tersebut, diketahui banyak para generasi kita yang menggunakan paylater ini. Bahkan bisa jadi diantaranya anak remaja yang masih sekolah, yang artinya mereka belum memiliki penghasilan sendiri.
Penggunaan paylater yang kebablasan bisa menjadi masalah dikemudian hari. Hal ini dialami oleh sejumlah pengguna Twitter yang membagikan tangkapan layar, disana menunjukkan tagihan paylater yang membuatnya merasa “sesak” membayar (bbc.com, 29/12/2022).
Jebakan paylater yang dialami oleh generasi kita hari ini adalah dampak dari gaya hidup konsumerisme dan hedonisme ala barat yang melanda kita hari ini. Keinginan untuk membeli barang diluar kebutuhan menjadi hal yang harus diperturutkan dengan dalih mengikuti tren dan bermerek. Namun disisi lain tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya karena harganya yang mahal, hingga tawaran paylater diambil agar bisa memiliki barang yang diinginkan tersebut.
Sedangkan pemerintah saat ini juga menfasilitasi konsep paylater ini dengan alasan sudah terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta memudahkan masyarakat dalam berbelanja. Sekilas memang benar memudahkan, tapi justru sebenarkan ini adalah jebakan untuk menjerat masyarakat dalam utang riba. Hal seperti ini memang tidak dipandang oleh pemerintah kita, karena saat ini kita dalam sistem hidup sekulerisme, yaitu pemisahan aturan agama dengan kehidupan.
Sistem kehidupan yang sekuler, ditambah dengan gaya hidup konsumerisme dan hedonism dijadikan momentum bagi para kaum rentenir gaya baru (para kapitalis/pemilik modal) menawarkan paylater kepada masyarakat. Paylater yang menjerumuskan masyarakat dalam jeratan utang dengan ribanya. Hal ini jelas tidak ada dalam Islam.
Pinjaman Paylater hari ini mayoritas mengandung riba. Hal ini dapat dilihat dari adanya perjanjian bunga pinjaman (meski rendah) dan terkena denda jika telat membayar. Sedangkan Islam mengharamkan riba (tambahan). Dalam Al-Qur’an dijelaskan, “Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (QS Al-Baqarah: 275).
Selain itu, dalam sistem kehidupan Islam, masyarakatnya akan dibimbing untuk menjadi manusia yang berkepribadian islam, dimana pola pikir dan pola sikapnya terikat dengan islam. Jadi gaya hidup konsumerisme dan hedonisme tidak akan muncul dalam pribadi setiap masyarakatnya, karena hal itu bertentangan dengan syariat Islam, dimana islam melarang untuk kita berbuat diluar batas atau berlebih-lebihkan, termasuk dalam membeli barang.
Selanjutnya pemuda dalam sistem kehidupan Islam akan mendapatkan pendidikan terbaik yang mengantarkannya untuk menjadi insan mulia yaitu taat dengan Allah dan Rasul-Nya serta bermanfaat untuk umat. Sehingga para pemudanya tidak tergoda dengan gaya hidup Barat yang konsumtif dan hedonis. Karena mereka paham bahwa hal tersebut adalah racun yang akan menghancurkan kepribadian Islam mereka.
Dengan demikian, jebakan “beli sekarang, bayar kemudian “ harus kita waspadai saat ini. Ditengah gempuran gaya hidup barat yang melalaikan, maka kita perlu berpegang teguh pada keislaman kita dengan sungguh-sungguh mengkajinya secara keseluruhan dan mendakwahkannya kepada yang lain agar umat dapat terhindar dari jebakan “beli sekarang, bayar kemudian”.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Sarinah A.
Pegiat Pena Banua
0 Comments