TintaSiyasi.com -- Artis Revaldo Fifaldi kembali berurusan dengan pihak kepolisian lantaran penyalahgunaan narkoba jenis sabu-sabu dan ganja. Mirisnya, aktor pemeran Rangga dalam sinetron "Ada Apa Dengan Cinta" Revaldo Fifaldibmerupakan residivis dikasus yang sama. Pasalnya, artis kelahiran 1982 ini sudah tiga kali mendekam di balik jeruji besi, dua diantaranya terlibat kasus penyalahgunaan narkoba. Sehingga penangkapan kali ini merupakan penangkapan yang ketiga kalinya secara beruntun dikasus yang sama. (Republik.co.id,12/01/2023).
Bukan hanya Revaldo Fifaldi, sederet artis juga terbukti pernah menyalahgunakan narkoba dan mayoritas mereka berasal dari kalangan artis-artis muda figur publik ditengah masyarakat. Meski telah ditangkap dan dipenjarakan berkali-kali, mereka tetap saja mengonsumsinya. Seolah bagi mereka, narkoba sudah menjadi kebutuhan hidup.
Sungguh Ironis
Maraknya penyalahgunaan narkoba di kalangan artis, menjadi potret maraknya peredaran barang haram -narkoba- di tengah masyarakat. Sungguh ironis, meski mayoritas penduduk negeri ini muslim, ternyata Indonesia justru menjadi pasar peredaran narkoba. Tidak hanya sebagai pasar, bahkan Indonesia telah menjadi pabrik produsennya. Pasalnya, Polda Metro Jaya telah menggeledah sindikat industri pembuatan liquid vape pada tanggal 15 Januari kemarin di Jakarta Barat. Liquid vape yang diproduksi mengandung narkoba jenis sabu-sabu cair.
Menyasar di Kalangan Pemuda
Narkoba jenis sabu-sabu cair sabu liquid merupakan narkoba jenis baru yang menyasar di kalangan pemuda. Bagaimana tidak, narkoba jenis baru ini -sabu liquid- bisa dikonsumsi bersamaan dengan vape atau rokok elektronik dan bukankah dominasi yang menggunakan rokok elektronik kebanyakan anak-anak muda ? Sehingga jelas, bahwasanya sasaran peredaran narkoba dituju pada generasi muda.
Narkoba Makin Subur
Peredaran narkoba bukanlah hal yang pertama kali terjadi, melainkan telah berlangsung selama puluhan tahun lamanya. Berbagai upaya dilakukan, alih-alih memusnahkan justru malah menyuburkan. Inilah akibat penerapan sistem kapitalisme, pemuda dibiasakan hidup dalam hedonisme sehingga mudah dijerat narkoba. Diantaranya, salah pergaulan akibat terpengaruh budaya fun, ingin cepat kaya dengan mudah dan instan. Disamping itu, akidah dari sistem kapitalisme yakni sekulerisme. Sejatinya sekulerisme telah menjauhkan pemuda dari agama, mereka agama hanya sebatas nama dan kata. Paham yang memisahkan agama dari kehidupan -sekulerisme- inilah yang membentuk prinsip hidup mereka bahwa agama tidak berhak melarang mengonsumsi atau mengedarkan narkoba.
Selamatkan Pemuda Dengan Islam
Sesungguhnya suatu aktivitas tergantung persepsi -pemahaman- seseorang termasuk para pemuda. Pemuda tidak akan terjerat dalam cengkeraman narkoba apabila mereka memiliki kesadaran bahwa narkoba itu haram, dimurkai Allah. Persepsi terkait halal haram nya suatu aktivitas hanya bisa didapatkan melalui pendidikan yang benar serta penanaman tsaqofah yang jelas, baik dari keluarga, sekolah, masyarakat bahkan negara.
Islam merupakan agama yang berlandaskan keimanan kepada Allah Azza wa Jalla. Sehingga sudah menjadi suatu keharusan akan keterikatan kita kepada hukum syara' yakni aturan yang dibuat sang Khaliq (Allah). Ketika telah tertanam persepsi yang benar pada pemuda bahwa hidup hanya untuk beribadah, dan beribadah yang dimaksud bukan hanya sekedar ibadah mahdhoh, melainkan semua aktivitas yang kita kerjakan Lillahi ta'al maka itupun termasuk kategori ibadah yang bermakna luas.
Dengan demikian, mereka dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah menurut kacamata Islam. Mereka pun akan memahami mana yang bisa dikonsumsi dan mana yang tidak diperbolehkan.
Wallahu'alam Bisshawab.
Oleh: Sartika
Tim Pena Ideologi Maros
0 Comments