TintaSiyasi.com -- Seperti tiada henti, kasus kekerasan maupun kejahatan terhadap perempuan dan anak di negeri ini selalu kita temukan setiap harinya. Makin hari makin miris, menampakkan lemahnya sistem hukum yang berlalu nyatanya tidak juga merubah keadaan menjadi lebih baik.
Menjadi sesuatu yang mahal, mendapatkan keamanan bagi anak dan perempuan yang seringnya dianggap sebagai kaum lemah.
Beberapa fenomena kasus kita temukan. Seperti penemuan korban mutilasi seorang perempuan (Angela Hindriati) yang diketahui ialah mantan aktivis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) yang dinyatakan hilang sejak Juni 2019. Korban meninggal dalam keadaan sadis, dimutalasi oleh pelaku.
Ada lagi persoalan kekerasan seksual terhadap anak, yang belakangan dikunjungi oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) di Kota Binjai. Adanya kasus anak perempuan berusia 12 tahun yang tengah hamil 8 bulan diduga akibat kekerasan seksual yang dialaminya.
Atau kasus anak Malika, yang diculik oleh seorang pemulung dan disiksanya untuk bekerja siang dan malam demi mendapat cuan. Dari kisah ceritanya yang disiksa, dipukul ketika meminta dirinya kembali pada ibunya.
Kejadian yang terus berulang, terlebih menimpa anak dan perempuan yang seharusnya berada dalam posisi dilindungi. Hal ini tentu menjadi evaluasi terhadap sistem hukum yang ada, nyatanya justru mandul yang tak mampu memberikan efek jera terhadap tindak kejahatan. Produk hukum sekularisme buatan manusia tengah nyata membuat masalah kian merajalela. Bagaimana tidak, karenanya produk hukum yang ada adalah buatan manusia yang jelas sekali kekuarangan.
Akibat Mencampakkan Islam
Manusia sebagi makhluk yang terbatas dan serba kurang sudah barang tentu memiliki banyak kekurangan. Termasuk dalam hal ini ketika membuat produk hukum, dan faktanya tidak menyelesaikan persoalan.
Kasus kejahatan terhadap anak dan perempuan marak terjadi, adalah bukti kegagalan produk hukum hari ini. Hukuman yang ringan terhadap pelaku, adanya grasi, belum lagi pelaku atas produk hukum yang bermasalah makin membuat runyam keadaan.
Sekularisme: Pangkal Masalah
Oleh karena itu, bisa kita simpulkan bahwa akar penyebab maraknya kejahatan anak dan perempuan yang terus berlarut ialah diterapkannya sistem sekularisme dalam kehidupan.
Sistem sekularisme tengah membawa kerusakan akan keamanan yang tidak lebih mahal daripada materi. Pun sekularisme tengah menjadikan akhlak manusia rusak, hingga melakukan berbagai bentuk kejahatan sebab hilangnya pemahaman atas konsekwensi keimanan bahwa semua amal akan dipertanggungjawabkan.
Di titik kesimpulan, kita butuh Islam sebagai solusi hakiki. Islam memiliki aturan yang menyeluruh, dan hukum yang diterapkan mampu memberikan efek jera sebab datangnya dari Dzat yang menciptakan manusia.
Wallahu a'lam bishshawab. []
Oleh: Yuni Ernawati
Aktivis Muslimah
0 Comments